Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 502

Posted by

Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 502. Adegan dimulai dengan melanjutkan proses perceraian Jalal dan Jodha di Divan-I-Khas. Sheikh Mubarak lanjut berkata: “Perceraian ini adalah bersifat resmi. Maka sesuai hukum Islam Shahenshah akan memberikan harta (Mahar) kepada Jodha” Jalal menjawab ya ia setuju akan  hal itu. Sheikh Mubarak berkata: “Harta itu akan berupa emas, perhiasan, coin emas dll.”   Jodha tiba-tiba berkata: “Stop! Hanya sebegitu kah Mahar yang diberikan kepada ku? Hume svīkār nehī karēṅgē. Jika begitu aku menolak semua ini. Aku ingin lebih dari itu!!!” Jodha mengatakan ini dengan wajah geram. Sementara itu Sheikh Mubarak berkata: “Magar itni maher mukar… Akan tetapi Malika Hindustan itulah yang telah ditetapkan” Jodha menjawab: “Nehi yeh kam hai! Jika begitu maka jawab ku tak setuju. Jika seorang perempuan memasuki rumah mertuanya maka bersama dengan itu dirinya telah menjalin hubungan kekerabatan dengan keluarga barunya. Dengan ini Amijan adalah bagian dari keluarga ku. Kau Shahenshah dan diri ku telah menjadi keluarga karena hubungan yang kita jalin sebagai pasangan. Begitu juga dengan istri-istri mu yang lainnya. Mereka adalah bagian dari keluarga ku juga. Haruskah hubungan kekeluargaan ini berakhir begitu saja dengan perceraian ini? Perceraian ini adalah sebuah ketidak adilan bagi ku”

Jalal kemudian berkata: “Hubungan kekeluargaan yang mana yang kau maksudkan? Bukankah Amijan tak lagi menggangap diri mu sebagai putrinya? Apa yang ku berikan kepada mu adalah sesuai hukum perkawinan Islam yang berlaku. Katakanlah apa yang kau inginkan Jodha” Jodha menjawab: “Kalau begitu semua yang disebutkan tadi tak lah mencukupi” Semua makin tercengang dan Ruqaiya bertanya kepada Salima: “Apa-apan ini yang dilakukan Jodha?” Salima menjawab ia juga tak mengerti. Sementara Hamida cuma bisa duduk terbengong-bengong. Jalal kemudian menyuruh Sheikh Mubarak mengikuti keiinginan Jodha. Jalal menyuruh agar ditambah lagi. Para pelayan istana pun berdatangan dengan membawa lebih banyak emas kehadapan Jodha. Hamida pun berdiri dan melepaskan anting-anting berlian yang dipakai dan menaruhnya bersama emas2 permintaan Jodha.

Melihat hal itu Jodha kemudian maju dan menghampiri Mahar tersebut dan mengambil anting Hamida, lalu menaruh dikeningnya sebagai tanda hormat. Digenggamnya anting itu lalu ia pun berkata: “Bas Shahenshah. Hamāra harjana pura ho. Cukup Shahenshah. Tak ada lagi yang kubutuhkan. Permintaan ku semua  sudah terpenuhi. Hanya benda ini yang berharga bagi ku. Sekarang Amijan ku telah memberikan anting-antingnya untuk ku. Benda inilah yang satu-satunya amat berharga bagi diri ku. Benda yang lain tak ada artinya dihadapan ku. Hamē talāqa svīkāra  Aku menerima keputusan cerai ini” Jodha mengatakan semua hal ini dengan tenang menjaga martabat serta harga dirinya. Jalal terbengong begitupun Hamida. Salim sejak tadi terdiam menahan amarahnya. Badannya terlihat agak bergetar dan matanya pun berkaca-kaca menyaksikan Ibunya.

Jalal bertanya kepada Hamida: “Magar kyu? Akan tetapi kenapa?” Hamida menjawab: “Kyuṁ ki ham keh rehī hai. Kenapa?! Karena aku yang mengatakannya begitu!” Jalal kesal membalas perkataan MM: “Hum hai Shahenshah Amijan. Aku adalah Raja, Amijan. Tak seorangpun berhak menghalangi ku!” Hamida tambah kesal dan berkata: “Mat bolo Jalal agar tum Shahenshah ho. Tum Mariam Makani hai!. Jalal jangan kau bawa-bawa kedudukan mu sebagai Raja disini! Aku adalah Mariam Makani. Kau tak kuijinkan menceraikan Jodha. Memangnya kesalahan apa yang telah ia perbuat? Baru kali ini ia melawan perintah mu. Bukankah ia telah banyak berjasa bagi dirimu dan diri ku, juga bagi kerajaan ini?“ Jalal menjawab: “Benar Amijan. ia sama sekali tak menuruti perkataan ku Amijan. ia akan mengganti agamanya!” Hamida lalu menangis terisak dan akhirnya  mengaku dihadapan Jalal: “Maiṁ usē majabūra kiyā. Itu karena aku memaksanya. Semua karena perkataan ku. Aku mengakui bahwa aku menekannya agar pindah agama”  Hamida akhirnya membuka semua perlakuannya kepada Jodha selama Jalal pergi perang. Sementara Jalal diam memandangnya penuh ingin tahu. Hamida lanjut berkata: “Aku hanya berniat ingin menghentikan perang ini. Oleh karenanya aku mogok makan. Ternyata putri ku Jodha teramat mencintai ku. Ia tak sanggup melihat ku menderita, maka putri ku Jodha memutuskan untuk pindah agama demi menyelamatkan ku. Semua ini bukanlah salah Jodha tetapi sepenuhnya salah ku. Tak terpikirkan oleh ku bahwa Jodha akan menanggung hukuman yang teramat berat demi diri ku. Dalam hal ini kau memang seorang Raja akan tetapi aku adalah Ibu kandung Raja bukan?! Oleh karena nya aku memerintahkan melarang mu menceraikan Jodha” Sedari tadi Jodha hanya diam mendengarkan dengan mata yang berkaca-kaca.  Sementara Hamida secara bergantian memandang Jalal dan Jodha sambil menangis penuh rasa bersalah. Salima berdiri disana dengan wajahnya yang dibasahi oleh airmata. Sementara Salim dan Murad terlihat terharu menahan airmata. Ruqaiya hemmm Ruqaiya what can I say about her?! Ia memandang tajam sambil bersungut-sungut lalu tertunduk kecewa. Ruqaiya akhirnya terbelalak kaget. Pada awalnya Jalal terlihat diam dan agaknya ada keharuan yang di sembunyikan dimatanya. Begitu MM berhenti bicara Jalal langsung tersenyum lebar dan membuat semua yang hadir terkejut penuh tanda tanya? Ada apa gerangan dengan dirinya? Sudah gila kah dia? Jalal masih terus tersenyum sambil mengeleng-gelengkan kepala ia berkata: “Sungguh aku tak pernah bisa memahami semua hal yang menyangkut hubungan, antara seorang Ibu dan menantu perempuannya. Aku memohon maaf kepada kalian semua.  Maafkan aku telah mengecoh kalian berdua dalam drama perceraian ini. Tak akan pernah terlintas sekalipun dalam pikiran ku untuk menceraikan Jodha. Aku menyadari bahwa Jodha berada dibawah tekanan yang besar. Hal ini bukan ku ketahui dari Amijan akan tetapi aku sendiri dapat memperkirakannya. Aku ingin membuat Amijan menyadari sendiri bahwa apa yang dilakukannya salah besar” Jalal kemudian memandang Jodha penuh rasa sesal dan lanjut berkata: “Amijan telah memaksa putrinya. Sedangkan selama ini Amijan selalu membelanya dihadapan ku. Kalian berdua telah memberi contoh terbaik tentang bagaimana seharusnya hubungan antara Ibu dan Putrinya. Tiap kali aku berangkat perang kalian berdualah, yang selama ini selalu menjadi sumber kekuatan ku. Hamida sambil berlinang air mata memandang Jodha dan memohon maaf darinya: “Jodha aku mohon dengan sangat agar kau memaafkan kesalahan ku ini” Jodha kemudian memegang kedua tangan MM dan mencium tangannya: “Amijan orang tua hanya pantas mengangkat tangannya untuk memberikan berkat doa dan bukan untuk meminta maaf” Jodha dan MM berpelukan erat dan menangis bahagia.  Semua yang hadir tampak lega. Salim, Murad dan Daniyal tampak tersenyum haru.

jalal berkata  kepada Jodha: “Nah sekarang semua telah kembali baik antara kalian berdua. Maka aku pun memohon maaf ku kepada mu Jodha” Tetapi Jalal mendapatkan sambutan yang tak terduga dari nya. Jodha tak membalas senyuman Jalal malahan ia langsung membuang muka dan pergi meninggalkan ruangan. (Hemmm ..  It serves you right Shahenshah. You asked for it and now you get it!!! Rasain deh Shahenshah.  Memangnya enak dibuat begitu? Siapa menebar benih ia yang menuai buahnya lah ya) Hamida yang kaget sambil menangis berkata kepada Jalal: “Ayo cepat kau pergi kejar putri ku itu. Cegah ia. Rayu/ tenangkanlah dirinya. Jika tak maka jangan kau perlihatkan wajah mu itu  kehadapan ku lagi!” Jalal menjawab: “Aneh kau ini Amijan. Kemarin kau tak sudi melihat wajah putri mu akan tetapi sekarang demi putri mu kau tak mau melihat wajah ku?”  Jalalpun pergi mengejar Jodha.

Jodha tampak sedang bersama Moti Bai memberesan baju-baju untuk dibawa pergi. Jalal terlihat tergesa-gesa memasuki kamar Jodha dan menyuruh Moti Bai keluar. Jalal berkata: “Apa yang kau lakukan?” Jodha menjawab ketus: “Aku akan pergi!” Jalal berusaha menjelaskan: “Semua tadi hanyalah sandiwara belaka” Jodha marah: “Semua hanya lelucon konyol bagi mu Shahenshah!!! Begitu mudahnya kau mengatakan kau tak mencintai diri ku lagi!!! Kau akan menceraikan ku!!! Tak pernah kah sejenak kau pikirkan betapa semua ini menyakitkan hati ku!?!?! Kali ini aku tak sependapat dengan mu dan mengambil keputusan ku sendiri tetapi kau langsung memutuskan untuk menceraikan ku!!! Bukan kali pertama ini kau melukai hati ku Shahenshah!!!”

alal terus berusaha membujuk: “Jodha kau tahu aku tak pernah bermaksud begitu sama sekali. Aku mohon padamu” Jodha semakin kesal: "Cukup aku tak mau dengar lagi!!!” Jodha menjauh dan lanjut membereskan baju-bajunya. Jalal menghampirinya ia berusaha mendekati tetapi ragu ketika hendak memegang bahu Jodha. Ia takut istrinya itu semakin marah. Jalal berkata: “Maaf kan diri ku Jodha. Kau tahu aku tak pernah akan melakukan hal itu pada mu” Karena amarahnya yang tak bendung lagi Jodha mendorong-dorong Jalal dan menghalaunya. Jodha: “Pergi lah kau dari ku!!!” Jalal terus berusaha. Sedari tadi suara Jalal yang biasanya selalu terdengar dalam dan lantang berubah lembut dan pelan. Sedangkan kebalikannya, Jodha yang biasa lemah kembut menjadi lantang dan dalam.

Jalal terus membujuk Jodha: “Ayo lah ikut aku” Jalal menarik tangan Jodha tetapi ia menolak katanya: “Lepaskan!!! Tinggalkan aku!!!” Jalal kembali menarik tangan Jodha dan mengajaknya keluar ke teras. Jodha terpaksa mengikutinya. Sesampainya diluar Jalal langsung menunjuk ke langit malam hari: “Lihatlah bintang-bintang di langit itu. Selama semua bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, maka aku tak akan meninggalkan mu. Aku hanya bersandiwara agar hubungan mu dengan Amijan pulih kembali” Jodha masih tetap marah dan menjawab cuek: “Rehne dijiye!” (emang gue pikirin) mungkin bahasa halusnya = tak usah kau pedulikan. Jodha menjauh dari Jalal dan berdiri disisi lain. Jodha menjawab: “Tahu kah kau?  Cinta mu itu bagaikan sinar bintang yang meredup dan hilang dipagi hari!!! Maka ceraikan lah aku dan tinggalkan aku. Aku akan mendapatkan banyak harta dan hidup dengan jiwa yang lebih tenang!!!” Jalal terkejut-kejut dan terbelalak tak percaya. Sambil tergagap ia bertanya: “Jadi kau ingin meninggalkan ku???” Berulang kali Jalal menanyakannya karena tak percaya. Jalal berjalan bolak-balik mengikuti Jodha mirip "a puppy following his master" (anak anjing yang mengikuti tuannya). Jodha terus mengiyakan bahwa ia ingin pergi. Katanya: “Aku ingin terbebas dari semua ketegangan ini!” Jalal terbingung tak percaya akan apa yang ia dengar. Dengan memelas Jalal berusaha terus: “Apa yang kau ingin ku lakukan? Jika kau inginkan, maka aku rela memohon maaf seperti halnya yang biasa dilakukan Aram Banu?” Jalal pasang wajah 'desperate' alias memelas dan berbicara dengan nada hampir putus asa. Mendengar hal ini Jodha pun tampak tersenyum kecil tapi ia tak memperlihatkanya pada Jalal. Jodha menjawab dengan raut wajah dan nada bicara yang mulai melembut:  “Tō hume rukana jate? Kau mau aku tetap tinggal disini?”  Jalal langsung menjawab cekatan: “Tentu saja!” Jodha lanjut berkata dengan nada meledek: “Kalau begitu apa yang akan kau lakukan untuk memohon agar aku tetap tinggal?” Jalal memelas: "Aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan” Jodhase makin meledek: “Apakah kau akan punya waktu untuk ku?” Jalal gelisah mirip anak kecil yang mau minta dibelikan sesuatu. Dengan antusias Jalal berkata: “Tentu aku akan menyediakan waktu untuk mu” Jodha menjawab tambah meledek: “Baiklah kalau begitu. Kau harus memenuhi beberapa syarat dari ku. Tiap kali aku meminta mu untuk berjalan-jalan bersama ku di taman istana maka kau akan meninggalkan apapun yang sedang kau lakukan saat itu juga. Kau akan segera datang menemui ku. Jalal langsung menjawab: “Koi baat nehi. Tentu saja tak masalah bagi ku” Jodha terus ngerjain Jalal dan memberi persyaratan yang lucu-lucu: “Kapan saja aku ingin makan Mangga maka kau harus memanjat pohonnya dan mengambilkannya untuk ku” Jalal bingung tapi tetap menjawab: “Manjat pohon Mangga? Oke baiklah” Kemudian suara percakapan mereka berdua tak diperdengarkan. Tetapi dari bahasa tubuh mereka berdua jelas terlihat bahwa Jodha terus memberikan persyaratan lain yang aneh-aneh. Dan Jalal terus mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan dan menyanggupi semuanya, tanpa pikir panjang lagi. Kemudian suara mereka akhirnya diperdengarkan. Syarat terakhir dari Jodha: “Nah sekarang kau peganglah kedua kuping mu itu, lalu jongkok dan bergayalah bagaikan seekor ayam, sambil kau ucapkan kalimat permohonan maaf mu itu" Jalal tambah bingung mau bagiamana caranya mengelak: “Tapi kan nanti banyak orang yang melihat ku disini? Bagaimana kalau kita masuk dan aku melakukannya untuk mu di dalam kamar saja?” Jodha menjawab pura-pura masih kesal: “Bukankah kau mempermalukan diri ku dimuka semua orang!? Maka hukuman yang setimpal harus kau terima dari ku!” Jalal pasrah: “Baiklah aku menerima hukumanmu ini” Jalal tak mampu mengelak ia pun memegang kedua kupingnya lalu bersiap jongkok. Akan tetapi Jodha langsung menghentikannya. Jodha menarik Jalal dan berkata dengan wajah serius: “Ap kabhi bhi hume talāq deni ki baat mat kijiye. Jangan pernah sekali-kali nya lagi kau menggunakan kata cerai pada ku!” Jalal terdiam sejenak dan menahan tangisnya. Ia terus memandangi istrinya tercinta itu. Dengan lirih Jalal menjawab: “Kabhi nehi karenge. Sama sekali tak akan ku lakukan” Kemudian Jalal sambil memeluk erat Jodha, berkata “Maafkan lah diri ku. Tahukah kau semua orang memihak kepada mu? Bahkan Salim datang kepada ku dan mengancam ku. Ia bahkan berkata seperti ini: Jika kau menceraikan Ibu ku (humare Massa), maka aku menolak untuk menjadi calon pengganti mu nanti” Jodha tercengang mendengarnya. Serasa ia tak percaya apa yang barusan di ucapkan Jalal.  Jodha terlihat amat terharu dan bangga. Ia berkata: “Kya kare ap Shahenshah? Apa yang kau katakan Shahenshah? Salim me hume  Massa keh kar to kar ap? ia memanggil diri ku Massa? Berarti Salim telah kembali merasakan aku sebagai Ibunya” Jodha bertanya lagi: “Hume viśvās? Bisakah kupercaya?” Jalal meyakinkkan Jodha lagi: “Benar putra mu menyebutkan kata Ibu ku (humare Massa)” Jodha: “Putra ku telah kembali pada ku”  Jalal dan Jodha pun berpelukan mesra.    Jalal dengan bangga berkata: “Sheikhkoo putra kita akan menjadi Raja Mughal yang baik nanti nya” Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 503


Tags: Jodha Akbar, Sinopsis

Terima Kasih sudah Membaca Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 502. Please share...!

Blog, Updated at: 03:18