Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 9 Mei 2015. Jodha datang ke kamar Salim, tapi ternyata Salim sudah tak ada di kamar'nya. Akhir'nya Jodha berbincang dengan Ruqaiya yang masih berada di kamar Salim...
Jodha berkata dengan rona wajah bahagia : “Apa kau tahu, Salim mencintai seorang gadis di Ameer. Bahkan aku juga sudah membicakaran hal ini dengan Shahenshah. Apa kau tahu siapa gadis itu?”
Ruqaiya berpura-pura ikut antusias ingin tahu : “Siapa dia?”
Jodha : “Dia tak lain adalah putri dari kakak'ku BaghwanDas, Maan Bai”
Jodha lanjut berkata : “Dia juga mencintai Salim. Kami akan mengumumkan perjodohan mereka saat hari jadi Pernikahan'ku. Aku rasa itu juga adalah hari yang Istimewa untuk Salim, bukan begitu?”
Ruqaiya : “Benar, itu bagus sekali. Aku juga menyukai Maan Bai. Selamat, Ratu Jodha.”
Jodha : “Kau juga, ibu'nya.”
Jodha lalu permisi pergi : “Aku permisi dulu, Salam.”
Ruqaiya : “Salam”
Jodha hendak pergi, tapi kemudian ia berbalik dan berpesan pada Ruqaiya : “Ruqaiya Beghum, jangan beritahu Salim dulu soal ini.”
Ruqaiya : “Ya ya, tentu. Jangan khawatir, aku tak akan memberitahu Salim”
Jodha tertawa seraya berkata : “baiklah”
Jodha'pun berlalu pergi dari kamar Salim, setelah Jodha pergi, apa yang terjadi pemirsah?????
Oooooh, pasti para pemirsa setia Jodha Akbar sudah tahu apa yang terjadi selanjut'nya frown emotikon
Ya, wajah Ruqaiya yang tadi pura-pura tersenyum ikut bahagia, kini nampak asli'nya yang menyebalkan...
Ruqaiya berkata dengan senyum licik'nya : “Tentu saja, Ratu Jodha. Aku tak akan memberitahu Salim bahwa menurut'mu dia menyukai Mann Bai. Aku juga tak akan memberitahu'mu, kalau Salim mencintai seorang gadis biasa. Salim tak akan tahu, begitu'pun juga dengan ibu'nya. Ini akan menjadi sebuah rencana yang bagus. Aku tak perlu menjadi Mariam Uz-Zamani untuk menjadi pemimpin. Yang aku perlukan adalah pikiran yang pintar seperti Ruqaiya Beghum. Yang bisa melampaui pemikiran Shahenshah dan Mariam Uz-Zamani.”
http://m.facebook.com/akdhalover
Ke'esokan hari'nya. Di Ruang Dewan. Semua orang sudah berkumpul, anggota keluarga kerajaan, para mentri, dan juga Jalal sudah duduk manis semua di tempat'nya masing-masing.
Penjaga mengumumkan kedatangan Pangeran Salim. Salim berjalan memasuki ruang sidang. Semua orang berdiri memberi salam. Salim langsung menghadap Jalal, ia tersenyum manis dan memberi Salam : “Shahenshah Hindustan, putra'mu Salim memberi salam.”
Salim melihat kanan dan kiri kemudian lanjut berkata dengan senyum di wajah'nya : “Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan anda.”
Jalal : “Katakan'lah, Sekhu Baba”
Salim : “Shahenshah, sebelum'nya aku memang telah menolak untuk menjadi seorang Pewaris Tahta Kerajaan, tapi kini aku akan menerima jabatan Pewaris Tahta”
Semua yang hadir disana langsung tersenyum senang begitu mendengar pernyata'an Salim.
Jalal langsung berdiri dan menghampiri Salim seraya berkata : “Itu memang sudah menjadi hak'mu anak'ku. Dan aku dengan senang hati akan memberikan'nya”
Kemudian Jalal menoleh ke Maan Singh seraya berkata : “Raja Maan Singh”
Maan Singh berjalan menghampiri Jalal seraya berkata : “Ya, Shahenshah”
Jalal : “Bawakan stempel dan pedang untuk Calon Pewaris Tahta Kerajaan.”
Jalal lalu membawa Salim untuk duduk di Singgasana khusus Calon Pewaris Tahta Kerajaan. Salim duduk di singgasana'nya, dan kemudian pelayan datang membawakan stempel Kerajaan dan pedang untuk'nya bersama dengan pendeta dan ulama.
Pendeta lalu melakukan ritual aarti kepada Salim. Setelah selesai, seorang ulama kemudian memakaikan Mahkota Calon Pewaris Tahta Kerajaan di kepala Salim dan kemudian mendoakan'nya. Jalal tersenyum bahagia, dan kemudian Jalal memberikan pedang Calon Pewaris Tahta Kerajaan kepada Salim.
Salim'pun menerima'nya dengan senang hati dan kemudian Salim dan Jalal berpelukan. Para mentri berseru mengucapkan : “Mubarak Ho”
Dari balik tirai Jodha tersenyum haru dan bahagia, mata'nya berkaca-kaca.
Kemudian pelayan berlutut di hadapan Salim memberikan Stempel Calon Pewaris Tahta Kerajaan, Salim menyentuh'nya dengan senyuman di wajah'nya.
Jalal berkata : “Sekhu Baba, sekarang kau bisa menggunakan stempel kerajaan ini demi kebaikan orang lain.”
Salim mengangguk dan tersenyum.
Para Mentri menyerukan nama mereka : “Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar...Zindabab!!!
Shahenshah Akbar...Zindabad!!!
Mughal Sultanat...Zindabad!!!
Dari balik Tirai, Ruqaiya tersenyum licik, dalam hati'nya ia berkata : “Salim mungkin sudah mendapatkan jabatan'nya kembali. Akan tetapi, aku yang berhak menggunakan'nya. Terimakasih, aku akan menggunakan kekuasa'an yang Salim dapat.”
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Siang hari, dengan duduk di singgana'nya di tengah taman Istana, Salim menstampel surat pernyataan perekrutan prajurit baru.
Salim berdiri dan berjalan kedepan, Salim memanggil Qadir : “Qadir, kemarilah.”
Qadir sudah berpakaian prajurit Mughal, disana'pun ada beberapa prajurit lain'nya dan juga Maan Singh, Murad dan Qutub.
Qadir memberi hormat dan menghampiri Salim dengan terus membungkuk.
Salim berkata : “Mulai sekarang, kau menjadi bagian dari pasukan Kerajaan Mughal”
Salim kemudian menyerahkan Surat Resmi yang sudah di stampel oleh'nya kepada Qadir.
Qadir menerima'nya seraya berkata : “Aku tak tahu bagaimana caranya aku mengucapkan terima kasih'ku pada'mu”
Salim tersenyum dan berkata : “Mudah sekali cara'nya berterimakasih kepada'ku, kau bisa memeluk'ku”
Salim langsung merentangkan kedua tangan'nya dan memeluk Qadir.
Qadir kembali turun dan bergabung dengan prajurit lain'nya. Salim lalu mengumum'kan : “Kalian semua telah bertugas dengan baik. Untuk itu, aku menaikkan jabatan dan gaji kalian mulai hari ini. Aku ingin agar kalian para prajurit terus bertugas dengan baik.”
Maan Singh menyerahkan Surat Resmi'nya kepada seorang prajurit.
Qadir dan para prajurit'nya langsung menyerukan nama Salim : “Shehzade Salim...Zindabad!!!
Mughal Sultanat...Zindabad!!!
Pewaris Tahta...Zindabad!!!
Shehzade Salim...Zindabad!!!”
http://m.facebook.com/akdhalover
Sementara itu, diatas balkon istana.
Ternyata oh ternyata, ada Haidar yang menyaksikan apa yang dilakukan Salim di bawah.
Haidar tersenyum licik dan berkata : “Bagaimana menurut'mu, Paman?”
Ohhooooo, ternyata Haidar bersama dengan kompor mbleduk Shahabbuddin toh tongue emotikon
Shahabuddin berkata : “Akhirnya Salim mengambil jabatan'nya sebagai Pewaris Tahta.”
Haidar : “Kau hanya melihat'nya sebagai seorang calon Pewaris Tahta Kerajaan, akan tapi tak bisa melihat bagaimana masa depan'nya nanti.”
Shahabbuddin : “Maksud'mu?”
Haidar : “Maksud'ku, aku akan membuat peperangan antara Salim sang Pewaris Tahta dengan ayah'nya karena cara berfikir mereka itu berbeda.”
Shahabuddin berjalan mendekati Haidar dan berkata : “Bagaimana kau bisa memikirkan hal itu?”
Haidar : “Shahenshah dan Pewaris Tahta akan saling bertentangan selama'nya. Dan akan terjadi perpecahan di Kerajaan kita, dan kedudukan Jalal akan terancam. Dan Salim Pewaris Tahta akan mempunyai pasukan yang akan melawan Shahenshah Jalaluddin Akbar”
Shahabbudin : “Lalu?”
Haidar menoleh menatap kompor mbleduk dan berkata : “Kita akan menyusun siasat untuk membalas dendam atas Ayah'ku dan Nenek'ku dengan cara memecah belah Kerajaan ini”
Shahabbudin : “Tentu, aku yakin...Waktu'nya akan tiba dimana kau akan berjaya. Tapi aku ingin tahu Haidar, kau akan memihak siapa? Shahenshah atau Salim?”
Haidar : “Aku akan memihak pada kedua belah pihak. Tapi aku akan mempengaruhi pikiran Shahenshah dan Salim. Dan aku akan menjadi ular diantara mereka berdua. Dan kemudian aku akan mengeluarkan racun'ku.”
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Adegan berpindah.
Dikamar Jodha, Jodha sedang melakukan ritual pemujaan kepada Dewa Krishna.
Jalal masuk ke kamar Jodha dengan tak melepas alas kaki'nya seraya berkata dengan penuh semangat : “Ratu Jodha aku ingin.....”
Jodha menoleh dan memberi isyarat untuk Jalal pergi dulu. Maksud Jodha adalah Jalal melepaskan sepatu'nya, tapi Jalal hanya berjalan mundur beberapa langkah.
Jodha berkata : “Shahenshah, kau lupa.”
Jalal : “Apa?”
Jodha : “Kau tak boleh memakai alas kaki di saat pemujaan terhadap Dewa Krishna. Apa kau lupa?”
Jalal melihat kebawah dengan tampang oon, ternyata benar, ia masih memakai alas kaki'nya. Jalal berbalik kembali untuk melepas alas kaki'nya, sementara Jodha tersenyum di depan Mandir
Setelah melepas alas kaki'nya, Jalal langsung bergegas masuk kembali. Jalal langsung mengatupkan kedua tangan'nya di hadapan patung Dewa Krishna seraya berkata : “Maaf'kan aku, Dewa Krishna”
Jodha menyelesaikan ritual'nya dan berdiri.
Jalal berkata sambil cengangas-cengenges : “Karna begitu gembira'nya aku sampai lupa.”
Jodha : “Tidak apa. Katakan padaku apa yang membuat'mu sangat gembira?”
Jalal : “Aku begitu bahagia mendengar semua prajurit menyerukan nama'nya”
Jodha : “Ya, Shahenshah. Aku juga melakukan puja pada Dewa Krishna untuk berterimakasih karna ini. Salim telah menjalankan tanggung jawab'nya sebagai Pewaris Tahta dengan serius”
Jalal : “Dan tak lama lagi, nama'nya akan tertulis sebagai Pewaris Tahta. Dan lihat'lah nanti Ratu Jodha, nama'nya juga akan tertulis sebagai Raja yang hebat suatu saat nanti.”
Jodha : “Aku yakin, kau pasti akan membimbing dia dengan baik. Tapi apa yang kau lakukan hingga Salim menerima jabatan'nya sebagai seorang Pewaris Tahta? Pertama aku tak mengerti maksud'mu, lalu kemudian aku terkesan dengan apa yang kau lakukan”
Jalal tersenyum dan berkata : “Terima kasih Ratu Jodha, tapi itu adalah ide'nya Raja Birbal”
Jodha : “Ya,, tapi kau juga ikut berperan. Karna kau'lah yang telah memberikan kedudukan di Dewan Istana pada Raja Birbal. Itu sangat luar biasa, Shahenshah.”
Jalal : “Benarkah?”
Jodha lalu meletakkan kepala'nya dengan manja di bahu Jalal seraya berkata : “Ini adalah hadiah terbaik di Hari Ulang Tahun Pernikahan kita. Salim kini telah menjadi seorang Pewaris Tahta.”
Jalal : “Tapi aku masih punya hadiah pernikahan yang lain untuk'mu, Ratu Jodha”
Jodha terkejut senang : “Benarkah? Hadiah apa yang akan kau berikan padaku? Apa itu? Aku ingin tahu.”
Jalal tersenyum dan berkata : “Aku akan memberitahu'mu nanti. Tapi sekarang kau harus ikut aku dan berikan makanan pada'ku.”
Jodha tersenyum dan kemudian Jalal menggandeng Jodha mengajak'nya entah kemana.
http://m.facebook.com/akdhalover
Malam hari di Istana Agra.
Terlihat Salim sedang berdiri melamun di balkon Istana.
Adik-adik'nya, Murad, Danial, ShakrunNissa, Khannum, Aram Bano si bungsu yang mungil nan comel menggemaskan, dan juga Qutub dan Mehtab menghampiri Salim.
Mereka semua menyerukan nama Salim : “Shehzade Salim...Zindabad!!!
Waliahad...Zindabad!!!”
Salim menoleh dan tersenyum melihat adik-adik'nya.
Murad berkata : “Calon Pewaris Tahta Kerajaan, kami datang ingin memberi salam”
Salim tersenyum melihat adik-adik'nya membungkuk memberi salam hormat pada'nya.
Salim melihat Aram dan berkata : “Aku rindu sekali pada'mu. Kemarilah.”
Salim kemudian membawa Aram dalam gendongan'nya (emaaaaaaakkkkkk...aku mau jadi Aram Banoooo cry emotikon cry emotikon cry emotikon
Di gendong dan di kasih senyum semanis itu sama Ravi Bhatia... Oooooooohhhh....meleleh hati saya... Rasa'nya langsung luluh lantah menjadi butiran debu hati ini saat melihat Ravi Bhatia tersenyum semanis itu kiss emotikon
#plak...abaikan...Dewi Wulandari mulai kumat tongue emotikon )
Sambil menggendong si mungil nan centil Aram Bano, Salim tersenyum dan berkata : “Dengarkan, aku ini adalah kakak kalian, bukan Calon Pewaris Tahta Kerajaan”
Murad : “Tapi kakak, kami semua sangat bahagia saudara kami menjadi Calon Pewaris Tahta Kerajaan”
(Ya ampyuuuuuunnn... Si Aram comel'nyaaaaaaaaa....
Muka'nya itu loh, cute menggemaskan binggow saat di gendong sama my lope-lope pangeran tersayang'ku Ravi Bhatia kiss emotikon )
Salim berkata : “Murad, aku menerima jabatan ini hanya demi kepentingan rakyat, tak ada maksud lain.”
Murad mengangguk so cute, Khanum'pun tersenyum.
Salim lanjut berkata : “Dengan menerima posisi ini, aku bisa mewujudkan impian mereka”
Salim lanjut berkata : “Dan ya, aku ingin agar kalian tetap menganggap'ku sebagai Salim saudara kalian, bukan Calon Pewaris Tahta Kerajaan” (ya ampyuuun bang, kalau melihat dikau bersikap manis dan rendah hati seperti ini, makin lope-lope bang aku sama kamu... Tapi kalau dikau mulai koplak membangkang dan durhaka sama Abbujan dan Ammijan, rasa'nya pengen banget aku jitak kepala'mu pake linggis tongue emotikon tongue emotikon tongue emotikon )
Daniyal berkata : “Sekarang kau sangat berkuasa. Kau seorang Calon Pewaris Tahta Kerajaan, kau bukan hanya seorang Pangeran. kau bisa melakukan apapun, kau juga bisa perintahkan siapapun.”
Salim : “Daniyal, kekuasaan itu harus di gunakan demi kebaikan rakyat miskin. Dan disamping itu kekuasan dan penghormatan, keduanya bisa memudar.”
Di gendongan Salim kakak tersayang'nya, Si comel Aram Bano berkata : “Bhaijan, apa kau bisa membantu'ku atau tidak?”
Salim : “Tentu saja adik tersayang'ku, perintahkan saja aku.”
Aram dengan gaya comel menggemaskan lanjut berkata : “Kau adalah Pewaris Tahta. Dan aku adalah adik dari seorang Calon Pewaris Tahta Kerajaan, jadi kau harus membantu'ku, bukan? Dan aku bisa menghukum siapapun yang mengganggu'ku.”
Khanum dan yang lain'nya tersenyum mendengarkan celotehan Aram yang super menggemaskan.
Salim berkata pada Aram : “Tentu, katakan padaku siapa yang selalu mengganggu'mu. Beritahu aku.”
Aram : “Ibu yang selalu mengganggu'ku terus.”
Khanum tercengang mendengar celotehan Aram, Murad'pun tersenyum lucu.
Aram lanjut berkata : “Dia selalu saja menyuruh'ku untuk melakukan ini, melakukan itu.”
SakhrunNisa berjalan menghampiri Salim dan Aram, dan mencubit gerget pipi Aram dan berkata : “Ya ya, kau bukan seperti anak kecil melainkan seperti Dadijan untuk semua orang”
Salim tertawa menatap Aram Bano yang ngambek.
Aram mengomel : “Aku kesal dengan kalian semua, aku akan menghukum kalian!”
Salim tersenyum geli mendengar celotehan adik bungsu'nya, ia lalu menurunkan Aram dari gendongan'nya seraya berkata : “Aku akan memikirkan permintaan'mu”
Salim jongkok dan bertanya pada Aram : “Ha, Aram Bano, kya hua aap ko? Ada apa dengan'mu, Aram Bano?”
Aram ngambek, ia berkata : “Aku kesal pada kalian semua.”
Aram lalu berlari meninggalkan mereka semua. Salim berseru memanggil'nya, tapi Aram tak memperdulikan'nya.
Salim lalu bertanya pada adik-adik'nya : “Apakah dia (Aram) marah?”
Khanum berkata : “Nehi, Bhaijan. Itu tak benar. Aram Bano memang selalu seperti itu. Dia cepat ngambek dan ceria kembali. Dia akan kembali seperti semula dengan sendiri'nya.”
Salim tersenyum dan mengangguk.
Khanum lalu berpamitan mewakili yang lain : “Kami permisi dulu, kakak.”
Khanum, SakhrunNisa dan Mehtab'pun pergi.
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Cuaca berubah menjadi mendung, Murad berkata : “Salim bhaijan, menurut'ku lebih baik sekarang kau istirahat saja.”
Murad menunjuk langit dan lanjut berkata : “Sebentar lagi akan turun hujan.”
Suara petir'pun menggelegar di langit.
Salim berkata : “Kalian pergi'lah, aku ingin disini sebentar”
Murad meledek : “Acha? seperti'nya Salim bhaijan sedang merindukan gadis yang berada di Amer.”
Salim langsung mlototin Murad, Murad ketakutan dan langsung berpamitan dan pergi bersama Daniyal meninggalkan Salim, sementara Qutub tetap disana menemani Salim.
Salim kembali galau karna Murad mengingatkan tentang Batu Kali.
Suara petir menggelegar dilangit, dan hujan'pun turun dengan deras'nya.
Qutub berkata : “Shehzade, hujan'nya deras sekali, masuk'lah.”
Salim tetap diam, ia teringat kembali dengan Batu Kali. Salim teringat saat Batu Kali memplok di pundak'nya dan tanpa sengaja mengotori baju Salim.
Salim berkata pada Qutub dengan raut wajah yang tak enak di pandang : “Nehi, Qutub. Mungkin saja hujan ini bisa memadamkan api yang ada didalam diriku.”
Qutub : “Shehzade, ayo masuk, nanti kau bisa jatuh sakit.”
Salim : “Aku akan baik-baik saja, Qutub. Apa kau tahu? Hujan ini mengingatkan'ku dengan masa kecil yang ingin aku lupakan. Aku masih bisa merasakan penderita'an itu. Entah hujan ini akan bisa menghapus'nya atau tidak. Aku hanya ingin melupakan'nya.”
Rabba Is Pyar Mein'pun mengalun.
Terlihat Anarkali sedang berada diperjalanan dalam deras'nya hujan.
Qutub bertanya pada Salim : “Kau merindukan Anarkali, bukan?”
Salim terdiam sesaat, ia teringat saat ia hendak mengunjungi Anarkali, tapi ternyata kenyata'an pahit yang di dapat'nya.
Salim lanjut berkata dalam deras'nya hujan dengan raut wajah kesal penuh dendam dan amarah : “Kita merindukan orang yang kita cintai, tapi aku sangat membencinya. Aku ingin melupakan semua kenangan tentang dirinya”
Terlihat lagi Anarkali yang sedang dalam perjalanan di tengah deras'nya hujan. Anarkali teringat saat manis bersama Salim. Saat mereka sedang ngobrol berdua di tepi danau dan saat di perahu Anarkali memberikan minum pada Salim langsung melalui tangan'nya.
Terlihat wajah Salim yang menunjukan Amarah dan dendam bergantian muncul dengan Anarkali yang masih dalam perjalanan mencari Qutub (Salim).
Dalam hati'nya Anarkali berkata : “Ya Tuhan, pertemukan'lah aku dengan Qutub. Pertemukan'lah aku dengan'nya di Agra....Mengapa kau tak datang menemui'ku, Qutub. Mengapa kau tak menepati janji'mu, Qutub?”
Terlihat wajah Salim dan Anarkali muncul bergantian. Lagu Rabba Is Pyar Mein mengalun sepanjang scene Salim dan Anarkali. (Udah yaaaa scene loe Batu Kali, gw udah cape' nulis dialog loe yang ga' penting tongue emotikon
gara-gara loe, pengeran gw tengah malem ujan-ujanan frown emotikon ) http://m.facebook.com/akdhalover
Pagi hari, dikamar Jodha Ammijan.
Shamsad Bano (Ibu'nya Qutub) datang dan memberi salam pada Jodha : “Salam, Mariam Uz-Zamani. Anda ingin bertemu dengan'ku?”
Jodha tersenyum dan berkata : “Ya, Shamshad Bano, silahkan duduk.”
Shamshad Bano mengangguk dan duduk di tepi ranjang.
Jodha lanjut berkata : “Kau akan menjadi Ibu Mertua. Waktu berjalan begitu cepat. Aku merasa baru beberapa saat kau datang bersamaku kesini, tapi sekarang kau sudah akan menjadi Ibu Mertua.”
Jodha tertawa, Shamsad Bano hanya tersenyum kecil. Jodha lanjut bertanya : “Bagaimana dengan calon menantu kita?”
Shamsad Bano : “Dia adalah gadis yang baik dan juga cantik”
Jodha : “Aku ingin memberikan hadiah kepada Pengantin Wanita. Mari.”
Jodha kemudian memperlihatkan hadiah yang akan dia berikan untuk pengantin wanita'nya. Jodha berkata : “Aku sudah membelikan semua ini untuk'nya.”
Shamsad Bano : “Ini tak perlu, Ratu Jodha.”
Jodha : “Apa maksud'mu? Salim sudah seperti anak'mu sendiri, begitu juga dengan Qutub, dia juga sudah seperti anak'ku sendiri. Kau tak boleh menolaknya.”
Jalal tiba-tiba masuk dan menyela pembicara'an Jodha dan Shamsad Bano : “Itu benar sekali, Ratu Jodha. Aku setuju dengan'mu.”
Shamsad memberi salam pada Jalal : “Adaab, Shahenshah.”
Jalal : “Aku sudah mempersiapkan pernikahan untuk Qutub.”
Jalal lalu menepuk tangan'nya, seorang pelayan masuk, Jalal berkata : “Siapkan pernikahan yang sangat megah untuk Qutub.”
Pelayan : “Baik, Shahenshah.”
Shamsad Bano mengucapkan banyak terima kasih pada Jalal dan Jodha, lalu ia pamit pergi dan berlalu meninggalkan Jalal dan Jodha berdua di kamar.
Setelah Shamsad pergi, Jodha berkata pada Jalal : “Lihat, Shahenshah. Aku senang Qutub akhir'nya menikah. Aku juga ingin punya seorang menantu agar aku bisa memerintahkan'nya”
Jalal kemudian punya kesempatan meledek Jodha, ia berkata : “Apa Mariam Uz-Zamani masih merasa kurang dengan menguasai diri'ku?”
Jodha kesal, ia berkata : “Kau selalu saja menggodaku, Shahenshah. Sudah cukup! Pergilah! aku tak mau bicara dengan'mu lagi!”
Jodha ngambek, ia langsung berjalan menjauhi Jalal dan duduk di sisi tempat tidur. Jalal tersenyum melihat Jodha ngambek, ia pun bergegas menghampiri Jodha dan duduk pas nempel di samping Jodha.
Jalal berkata : “Aku menggoda'mu agar aku bisa dekat dekat dengan diri'mu setelah kita berbaikan. Lagipula, aku juga sudah mengundang kakak'mu untuk datang ke Agra dan membicarakan pernikahan Sekhu Baba dan putri'nya Mann Bai.”
Jodha yang tadi'nya ngambek, tiba-tiba langsung tersenyum menatap Jalal.
Jodha bertanya : “Benarkah?”
Jalal mengangguk. Jodha kemudian memegang bahu Jalal seraya berkata : “Shahenshah, bagaimana kau bisa mengerti isi hati'ku?”
Jalal : “Itu karena hati'mu adalah milik'ku. Dan hati'ku ada selalu bersama'mu.”
Jodha pura-pura sok cute, ia berkata : “Tidak tuh, aku bahkan sudah lupa hati'mu ada dimana?”
Jalal : “Jangan khawatir, kita akan mencari hati'nya bersama-sama.”
Jalal semakin mendekat kearah Jodha berusaha mencium'nya, tapi Jodha Ammijan malu-malu meong.
Jodha berdiri menghindari Jalal seraya berkata : “Shahenshah, aku tak punya waktu saat ini. Aku harus menyiapkan pesta pernikahan Qutub. Aku juga harus menyambut kedatangan kakak. Aku harus pergi.”
Jodha tersenyum dan bergegas pergi, Jalal hendak mencegah'nya, tapi Jodha sudah berlalu. Sebelum keluar dari kamar'nya, Jodha kembali menoleh dan tersenyum menggoda Jalal. Jalal'pun tersenyum lebar kearah Jodha Ammijan yang slalu pura-pura menghindar saat mau di dekati..
Jodha berkata dengan rona wajah bahagia : “Apa kau tahu, Salim mencintai seorang gadis di Ameer. Bahkan aku juga sudah membicakaran hal ini dengan Shahenshah. Apa kau tahu siapa gadis itu?”
Ruqaiya berpura-pura ikut antusias ingin tahu : “Siapa dia?”
Jodha : “Dia tak lain adalah putri dari kakak'ku BaghwanDas, Maan Bai”
Jodha lanjut berkata : “Dia juga mencintai Salim. Kami akan mengumumkan perjodohan mereka saat hari jadi Pernikahan'ku. Aku rasa itu juga adalah hari yang Istimewa untuk Salim, bukan begitu?”
Ruqaiya : “Benar, itu bagus sekali. Aku juga menyukai Maan Bai. Selamat, Ratu Jodha.”
Jodha : “Kau juga, ibu'nya.”
Jodha lalu permisi pergi : “Aku permisi dulu, Salam.”
Ruqaiya : “Salam”
Jodha hendak pergi, tapi kemudian ia berbalik dan berpesan pada Ruqaiya : “Ruqaiya Beghum, jangan beritahu Salim dulu soal ini.”
Ruqaiya : “Ya ya, tentu. Jangan khawatir, aku tak akan memberitahu Salim”
Jodha tertawa seraya berkata : “baiklah”
Jodha'pun berlalu pergi dari kamar Salim, setelah Jodha pergi, apa yang terjadi pemirsah?????
Oooooh, pasti para pemirsa setia Jodha Akbar sudah tahu apa yang terjadi selanjut'nya frown emotikon
Ya, wajah Ruqaiya yang tadi pura-pura tersenyum ikut bahagia, kini nampak asli'nya yang menyebalkan...
Ruqaiya berkata dengan senyum licik'nya : “Tentu saja, Ratu Jodha. Aku tak akan memberitahu Salim bahwa menurut'mu dia menyukai Mann Bai. Aku juga tak akan memberitahu'mu, kalau Salim mencintai seorang gadis biasa. Salim tak akan tahu, begitu'pun juga dengan ibu'nya. Ini akan menjadi sebuah rencana yang bagus. Aku tak perlu menjadi Mariam Uz-Zamani untuk menjadi pemimpin. Yang aku perlukan adalah pikiran yang pintar seperti Ruqaiya Beghum. Yang bisa melampaui pemikiran Shahenshah dan Mariam Uz-Zamani.”
http://m.facebook.com/akdhalover
Ke'esokan hari'nya. Di Ruang Dewan. Semua orang sudah berkumpul, anggota keluarga kerajaan, para mentri, dan juga Jalal sudah duduk manis semua di tempat'nya masing-masing.
Penjaga mengumumkan kedatangan Pangeran Salim. Salim berjalan memasuki ruang sidang. Semua orang berdiri memberi salam. Salim langsung menghadap Jalal, ia tersenyum manis dan memberi Salam : “Shahenshah Hindustan, putra'mu Salim memberi salam.”
Salim melihat kanan dan kiri kemudian lanjut berkata dengan senyum di wajah'nya : “Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan anda.”
Jalal : “Katakan'lah, Sekhu Baba”
Salim : “Shahenshah, sebelum'nya aku memang telah menolak untuk menjadi seorang Pewaris Tahta Kerajaan, tapi kini aku akan menerima jabatan Pewaris Tahta”
Semua yang hadir disana langsung tersenyum senang begitu mendengar pernyata'an Salim.
Jalal langsung berdiri dan menghampiri Salim seraya berkata : “Itu memang sudah menjadi hak'mu anak'ku. Dan aku dengan senang hati akan memberikan'nya”
Kemudian Jalal menoleh ke Maan Singh seraya berkata : “Raja Maan Singh”
Maan Singh berjalan menghampiri Jalal seraya berkata : “Ya, Shahenshah”
Jalal : “Bawakan stempel dan pedang untuk Calon Pewaris Tahta Kerajaan.”
Jalal lalu membawa Salim untuk duduk di Singgasana khusus Calon Pewaris Tahta Kerajaan. Salim duduk di singgasana'nya, dan kemudian pelayan datang membawakan stempel Kerajaan dan pedang untuk'nya bersama dengan pendeta dan ulama.
Pendeta lalu melakukan ritual aarti kepada Salim. Setelah selesai, seorang ulama kemudian memakaikan Mahkota Calon Pewaris Tahta Kerajaan di kepala Salim dan kemudian mendoakan'nya. Jalal tersenyum bahagia, dan kemudian Jalal memberikan pedang Calon Pewaris Tahta Kerajaan kepada Salim.
Salim'pun menerima'nya dengan senang hati dan kemudian Salim dan Jalal berpelukan. Para mentri berseru mengucapkan : “Mubarak Ho”
Dari balik tirai Jodha tersenyum haru dan bahagia, mata'nya berkaca-kaca.
Kemudian pelayan berlutut di hadapan Salim memberikan Stempel Calon Pewaris Tahta Kerajaan, Salim menyentuh'nya dengan senyuman di wajah'nya.
Jalal berkata : “Sekhu Baba, sekarang kau bisa menggunakan stempel kerajaan ini demi kebaikan orang lain.”
Salim mengangguk dan tersenyum.
Para Mentri menyerukan nama mereka : “Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar...Zindabab!!!
Shahenshah Akbar...Zindabad!!!
Mughal Sultanat...Zindabad!!!
Dari balik Tirai, Ruqaiya tersenyum licik, dalam hati'nya ia berkata : “Salim mungkin sudah mendapatkan jabatan'nya kembali. Akan tetapi, aku yang berhak menggunakan'nya. Terimakasih, aku akan menggunakan kekuasa'an yang Salim dapat.”
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Siang hari, dengan duduk di singgana'nya di tengah taman Istana, Salim menstampel surat pernyataan perekrutan prajurit baru.
Salim berdiri dan berjalan kedepan, Salim memanggil Qadir : “Qadir, kemarilah.”
Qadir sudah berpakaian prajurit Mughal, disana'pun ada beberapa prajurit lain'nya dan juga Maan Singh, Murad dan Qutub.
Qadir memberi hormat dan menghampiri Salim dengan terus membungkuk.
Salim berkata : “Mulai sekarang, kau menjadi bagian dari pasukan Kerajaan Mughal”
Salim kemudian menyerahkan Surat Resmi yang sudah di stampel oleh'nya kepada Qadir.
Qadir menerima'nya seraya berkata : “Aku tak tahu bagaimana caranya aku mengucapkan terima kasih'ku pada'mu”
Salim tersenyum dan berkata : “Mudah sekali cara'nya berterimakasih kepada'ku, kau bisa memeluk'ku”
Salim langsung merentangkan kedua tangan'nya dan memeluk Qadir.
Qadir kembali turun dan bergabung dengan prajurit lain'nya. Salim lalu mengumum'kan : “Kalian semua telah bertugas dengan baik. Untuk itu, aku menaikkan jabatan dan gaji kalian mulai hari ini. Aku ingin agar kalian para prajurit terus bertugas dengan baik.”
Maan Singh menyerahkan Surat Resmi'nya kepada seorang prajurit.
Qadir dan para prajurit'nya langsung menyerukan nama Salim : “Shehzade Salim...Zindabad!!!
Mughal Sultanat...Zindabad!!!
Pewaris Tahta...Zindabad!!!
Shehzade Salim...Zindabad!!!”
http://m.facebook.com/akdhalover
Sementara itu, diatas balkon istana.
Ternyata oh ternyata, ada Haidar yang menyaksikan apa yang dilakukan Salim di bawah.
Haidar tersenyum licik dan berkata : “Bagaimana menurut'mu, Paman?”
Ohhooooo, ternyata Haidar bersama dengan kompor mbleduk Shahabbuddin toh tongue emotikon
Shahabuddin berkata : “Akhirnya Salim mengambil jabatan'nya sebagai Pewaris Tahta.”
Haidar : “Kau hanya melihat'nya sebagai seorang calon Pewaris Tahta Kerajaan, akan tapi tak bisa melihat bagaimana masa depan'nya nanti.”
Shahabbuddin : “Maksud'mu?”
Haidar : “Maksud'ku, aku akan membuat peperangan antara Salim sang Pewaris Tahta dengan ayah'nya karena cara berfikir mereka itu berbeda.”
Shahabuddin berjalan mendekati Haidar dan berkata : “Bagaimana kau bisa memikirkan hal itu?”
Haidar : “Shahenshah dan Pewaris Tahta akan saling bertentangan selama'nya. Dan akan terjadi perpecahan di Kerajaan kita, dan kedudukan Jalal akan terancam. Dan Salim Pewaris Tahta akan mempunyai pasukan yang akan melawan Shahenshah Jalaluddin Akbar”
Shahabbudin : “Lalu?”
Haidar menoleh menatap kompor mbleduk dan berkata : “Kita akan menyusun siasat untuk membalas dendam atas Ayah'ku dan Nenek'ku dengan cara memecah belah Kerajaan ini”
Shahabbudin : “Tentu, aku yakin...Waktu'nya akan tiba dimana kau akan berjaya. Tapi aku ingin tahu Haidar, kau akan memihak siapa? Shahenshah atau Salim?”
Haidar : “Aku akan memihak pada kedua belah pihak. Tapi aku akan mempengaruhi pikiran Shahenshah dan Salim. Dan aku akan menjadi ular diantara mereka berdua. Dan kemudian aku akan mengeluarkan racun'ku.”
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Adegan berpindah.
Dikamar Jodha, Jodha sedang melakukan ritual pemujaan kepada Dewa Krishna.
Jalal masuk ke kamar Jodha dengan tak melepas alas kaki'nya seraya berkata dengan penuh semangat : “Ratu Jodha aku ingin.....”
Jodha menoleh dan memberi isyarat untuk Jalal pergi dulu. Maksud Jodha adalah Jalal melepaskan sepatu'nya, tapi Jalal hanya berjalan mundur beberapa langkah.
Jodha berkata : “Shahenshah, kau lupa.”
Jalal : “Apa?”
Jodha : “Kau tak boleh memakai alas kaki di saat pemujaan terhadap Dewa Krishna. Apa kau lupa?”
Jalal melihat kebawah dengan tampang oon, ternyata benar, ia masih memakai alas kaki'nya. Jalal berbalik kembali untuk melepas alas kaki'nya, sementara Jodha tersenyum di depan Mandir
Setelah melepas alas kaki'nya, Jalal langsung bergegas masuk kembali. Jalal langsung mengatupkan kedua tangan'nya di hadapan patung Dewa Krishna seraya berkata : “Maaf'kan aku, Dewa Krishna”
Jodha menyelesaikan ritual'nya dan berdiri.
Jalal berkata sambil cengangas-cengenges : “Karna begitu gembira'nya aku sampai lupa.”
Jodha : “Tidak apa. Katakan padaku apa yang membuat'mu sangat gembira?”
Jalal : “Aku begitu bahagia mendengar semua prajurit menyerukan nama'nya”
Jodha : “Ya, Shahenshah. Aku juga melakukan puja pada Dewa Krishna untuk berterimakasih karna ini. Salim telah menjalankan tanggung jawab'nya sebagai Pewaris Tahta dengan serius”
Jalal : “Dan tak lama lagi, nama'nya akan tertulis sebagai Pewaris Tahta. Dan lihat'lah nanti Ratu Jodha, nama'nya juga akan tertulis sebagai Raja yang hebat suatu saat nanti.”
Jodha : “Aku yakin, kau pasti akan membimbing dia dengan baik. Tapi apa yang kau lakukan hingga Salim menerima jabatan'nya sebagai seorang Pewaris Tahta? Pertama aku tak mengerti maksud'mu, lalu kemudian aku terkesan dengan apa yang kau lakukan”
Jalal tersenyum dan berkata : “Terima kasih Ratu Jodha, tapi itu adalah ide'nya Raja Birbal”
Jodha : “Ya,, tapi kau juga ikut berperan. Karna kau'lah yang telah memberikan kedudukan di Dewan Istana pada Raja Birbal. Itu sangat luar biasa, Shahenshah.”
Jalal : “Benarkah?”
Jodha lalu meletakkan kepala'nya dengan manja di bahu Jalal seraya berkata : “Ini adalah hadiah terbaik di Hari Ulang Tahun Pernikahan kita. Salim kini telah menjadi seorang Pewaris Tahta.”
Jalal : “Tapi aku masih punya hadiah pernikahan yang lain untuk'mu, Ratu Jodha”
Jodha terkejut senang : “Benarkah? Hadiah apa yang akan kau berikan padaku? Apa itu? Aku ingin tahu.”
Jalal tersenyum dan berkata : “Aku akan memberitahu'mu nanti. Tapi sekarang kau harus ikut aku dan berikan makanan pada'ku.”
Jodha tersenyum dan kemudian Jalal menggandeng Jodha mengajak'nya entah kemana.
http://m.facebook.com/akdhalover
Malam hari di Istana Agra.
Terlihat Salim sedang berdiri melamun di balkon Istana.
Adik-adik'nya, Murad, Danial, ShakrunNissa, Khannum, Aram Bano si bungsu yang mungil nan comel menggemaskan, dan juga Qutub dan Mehtab menghampiri Salim.
Mereka semua menyerukan nama Salim : “Shehzade Salim...Zindabad!!!
Waliahad...Zindabad!!!”
Salim menoleh dan tersenyum melihat adik-adik'nya.
Murad berkata : “Calon Pewaris Tahta Kerajaan, kami datang ingin memberi salam”
Salim tersenyum melihat adik-adik'nya membungkuk memberi salam hormat pada'nya.
Salim melihat Aram dan berkata : “Aku rindu sekali pada'mu. Kemarilah.”
Salim kemudian membawa Aram dalam gendongan'nya (emaaaaaaakkkkkk...aku mau jadi Aram Banoooo cry emotikon cry emotikon cry emotikon
Di gendong dan di kasih senyum semanis itu sama Ravi Bhatia... Oooooooohhhh....meleleh hati saya... Rasa'nya langsung luluh lantah menjadi butiran debu hati ini saat melihat Ravi Bhatia tersenyum semanis itu kiss emotikon
#plak...abaikan...Dewi Wulandari mulai kumat tongue emotikon )
Sambil menggendong si mungil nan centil Aram Bano, Salim tersenyum dan berkata : “Dengarkan, aku ini adalah kakak kalian, bukan Calon Pewaris Tahta Kerajaan”
Murad : “Tapi kakak, kami semua sangat bahagia saudara kami menjadi Calon Pewaris Tahta Kerajaan”
(Ya ampyuuuuuunnn... Si Aram comel'nyaaaaaaaaa....
Muka'nya itu loh, cute menggemaskan binggow saat di gendong sama my lope-lope pangeran tersayang'ku Ravi Bhatia kiss emotikon )
Salim berkata : “Murad, aku menerima jabatan ini hanya demi kepentingan rakyat, tak ada maksud lain.”
Murad mengangguk so cute, Khanum'pun tersenyum.
Salim lanjut berkata : “Dengan menerima posisi ini, aku bisa mewujudkan impian mereka”
Salim lanjut berkata : “Dan ya, aku ingin agar kalian tetap menganggap'ku sebagai Salim saudara kalian, bukan Calon Pewaris Tahta Kerajaan” (ya ampyuuun bang, kalau melihat dikau bersikap manis dan rendah hati seperti ini, makin lope-lope bang aku sama kamu... Tapi kalau dikau mulai koplak membangkang dan durhaka sama Abbujan dan Ammijan, rasa'nya pengen banget aku jitak kepala'mu pake linggis tongue emotikon tongue emotikon tongue emotikon )
Daniyal berkata : “Sekarang kau sangat berkuasa. Kau seorang Calon Pewaris Tahta Kerajaan, kau bukan hanya seorang Pangeran. kau bisa melakukan apapun, kau juga bisa perintahkan siapapun.”
Salim : “Daniyal, kekuasaan itu harus di gunakan demi kebaikan rakyat miskin. Dan disamping itu kekuasan dan penghormatan, keduanya bisa memudar.”
Di gendongan Salim kakak tersayang'nya, Si comel Aram Bano berkata : “Bhaijan, apa kau bisa membantu'ku atau tidak?”
Salim : “Tentu saja adik tersayang'ku, perintahkan saja aku.”
Aram dengan gaya comel menggemaskan lanjut berkata : “Kau adalah Pewaris Tahta. Dan aku adalah adik dari seorang Calon Pewaris Tahta Kerajaan, jadi kau harus membantu'ku, bukan? Dan aku bisa menghukum siapapun yang mengganggu'ku.”
Khanum dan yang lain'nya tersenyum mendengarkan celotehan Aram yang super menggemaskan.
Salim berkata pada Aram : “Tentu, katakan padaku siapa yang selalu mengganggu'mu. Beritahu aku.”
Aram : “Ibu yang selalu mengganggu'ku terus.”
Khanum tercengang mendengar celotehan Aram, Murad'pun tersenyum lucu.
Aram lanjut berkata : “Dia selalu saja menyuruh'ku untuk melakukan ini, melakukan itu.”
SakhrunNisa berjalan menghampiri Salim dan Aram, dan mencubit gerget pipi Aram dan berkata : “Ya ya, kau bukan seperti anak kecil melainkan seperti Dadijan untuk semua orang”
Salim tertawa menatap Aram Bano yang ngambek.
Aram mengomel : “Aku kesal dengan kalian semua, aku akan menghukum kalian!”
Salim tersenyum geli mendengar celotehan adik bungsu'nya, ia lalu menurunkan Aram dari gendongan'nya seraya berkata : “Aku akan memikirkan permintaan'mu”
Salim jongkok dan bertanya pada Aram : “Ha, Aram Bano, kya hua aap ko? Ada apa dengan'mu, Aram Bano?”
Aram ngambek, ia berkata : “Aku kesal pada kalian semua.”
Aram lalu berlari meninggalkan mereka semua. Salim berseru memanggil'nya, tapi Aram tak memperdulikan'nya.
Salim lalu bertanya pada adik-adik'nya : “Apakah dia (Aram) marah?”
Khanum berkata : “Nehi, Bhaijan. Itu tak benar. Aram Bano memang selalu seperti itu. Dia cepat ngambek dan ceria kembali. Dia akan kembali seperti semula dengan sendiri'nya.”
Salim tersenyum dan mengangguk.
Khanum lalu berpamitan mewakili yang lain : “Kami permisi dulu, kakak.”
Khanum, SakhrunNisa dan Mehtab'pun pergi.
http://m.facebook.com/wulan.merindu.91
Cuaca berubah menjadi mendung, Murad berkata : “Salim bhaijan, menurut'ku lebih baik sekarang kau istirahat saja.”
Murad menunjuk langit dan lanjut berkata : “Sebentar lagi akan turun hujan.”
Suara petir'pun menggelegar di langit.
Salim berkata : “Kalian pergi'lah, aku ingin disini sebentar”
Murad meledek : “Acha? seperti'nya Salim bhaijan sedang merindukan gadis yang berada di Amer.”
Salim langsung mlototin Murad, Murad ketakutan dan langsung berpamitan dan pergi bersama Daniyal meninggalkan Salim, sementara Qutub tetap disana menemani Salim.
Salim kembali galau karna Murad mengingatkan tentang Batu Kali.
Suara petir menggelegar dilangit, dan hujan'pun turun dengan deras'nya.
Qutub berkata : “Shehzade, hujan'nya deras sekali, masuk'lah.”
Salim tetap diam, ia teringat kembali dengan Batu Kali. Salim teringat saat Batu Kali memplok di pundak'nya dan tanpa sengaja mengotori baju Salim.
Salim berkata pada Qutub dengan raut wajah yang tak enak di pandang : “Nehi, Qutub. Mungkin saja hujan ini bisa memadamkan api yang ada didalam diriku.”
Qutub : “Shehzade, ayo masuk, nanti kau bisa jatuh sakit.”
Salim : “Aku akan baik-baik saja, Qutub. Apa kau tahu? Hujan ini mengingatkan'ku dengan masa kecil yang ingin aku lupakan. Aku masih bisa merasakan penderita'an itu. Entah hujan ini akan bisa menghapus'nya atau tidak. Aku hanya ingin melupakan'nya.”
Rabba Is Pyar Mein'pun mengalun.
Terlihat Anarkali sedang berada diperjalanan dalam deras'nya hujan.
Qutub bertanya pada Salim : “Kau merindukan Anarkali, bukan?”
Salim terdiam sesaat, ia teringat saat ia hendak mengunjungi Anarkali, tapi ternyata kenyata'an pahit yang di dapat'nya.
Salim lanjut berkata dalam deras'nya hujan dengan raut wajah kesal penuh dendam dan amarah : “Kita merindukan orang yang kita cintai, tapi aku sangat membencinya. Aku ingin melupakan semua kenangan tentang dirinya”
Terlihat lagi Anarkali yang sedang dalam perjalanan di tengah deras'nya hujan. Anarkali teringat saat manis bersama Salim. Saat mereka sedang ngobrol berdua di tepi danau dan saat di perahu Anarkali memberikan minum pada Salim langsung melalui tangan'nya.
Terlihat wajah Salim yang menunjukan Amarah dan dendam bergantian muncul dengan Anarkali yang masih dalam perjalanan mencari Qutub (Salim).
Dalam hati'nya Anarkali berkata : “Ya Tuhan, pertemukan'lah aku dengan Qutub. Pertemukan'lah aku dengan'nya di Agra....Mengapa kau tak datang menemui'ku, Qutub. Mengapa kau tak menepati janji'mu, Qutub?”
Terlihat wajah Salim dan Anarkali muncul bergantian. Lagu Rabba Is Pyar Mein mengalun sepanjang scene Salim dan Anarkali. (Udah yaaaa scene loe Batu Kali, gw udah cape' nulis dialog loe yang ga' penting tongue emotikon
gara-gara loe, pengeran gw tengah malem ujan-ujanan frown emotikon ) http://m.facebook.com/akdhalover
Pagi hari, dikamar Jodha Ammijan.
Shamsad Bano (Ibu'nya Qutub) datang dan memberi salam pada Jodha : “Salam, Mariam Uz-Zamani. Anda ingin bertemu dengan'ku?”
Jodha tersenyum dan berkata : “Ya, Shamshad Bano, silahkan duduk.”
Shamshad Bano mengangguk dan duduk di tepi ranjang.
Jodha lanjut berkata : “Kau akan menjadi Ibu Mertua. Waktu berjalan begitu cepat. Aku merasa baru beberapa saat kau datang bersamaku kesini, tapi sekarang kau sudah akan menjadi Ibu Mertua.”
Jodha tertawa, Shamsad Bano hanya tersenyum kecil. Jodha lanjut bertanya : “Bagaimana dengan calon menantu kita?”
Shamsad Bano : “Dia adalah gadis yang baik dan juga cantik”
Jodha : “Aku ingin memberikan hadiah kepada Pengantin Wanita. Mari.”
Jodha kemudian memperlihatkan hadiah yang akan dia berikan untuk pengantin wanita'nya. Jodha berkata : “Aku sudah membelikan semua ini untuk'nya.”
Shamsad Bano : “Ini tak perlu, Ratu Jodha.”
Jodha : “Apa maksud'mu? Salim sudah seperti anak'mu sendiri, begitu juga dengan Qutub, dia juga sudah seperti anak'ku sendiri. Kau tak boleh menolaknya.”
Jalal tiba-tiba masuk dan menyela pembicara'an Jodha dan Shamsad Bano : “Itu benar sekali, Ratu Jodha. Aku setuju dengan'mu.”
Shamsad memberi salam pada Jalal : “Adaab, Shahenshah.”
Jalal : “Aku sudah mempersiapkan pernikahan untuk Qutub.”
Jalal lalu menepuk tangan'nya, seorang pelayan masuk, Jalal berkata : “Siapkan pernikahan yang sangat megah untuk Qutub.”
Pelayan : “Baik, Shahenshah.”
Shamsad Bano mengucapkan banyak terima kasih pada Jalal dan Jodha, lalu ia pamit pergi dan berlalu meninggalkan Jalal dan Jodha berdua di kamar.
Setelah Shamsad pergi, Jodha berkata pada Jalal : “Lihat, Shahenshah. Aku senang Qutub akhir'nya menikah. Aku juga ingin punya seorang menantu agar aku bisa memerintahkan'nya”
Jalal kemudian punya kesempatan meledek Jodha, ia berkata : “Apa Mariam Uz-Zamani masih merasa kurang dengan menguasai diri'ku?”
Jodha kesal, ia berkata : “Kau selalu saja menggodaku, Shahenshah. Sudah cukup! Pergilah! aku tak mau bicara dengan'mu lagi!”
Jodha ngambek, ia langsung berjalan menjauhi Jalal dan duduk di sisi tempat tidur. Jalal tersenyum melihat Jodha ngambek, ia pun bergegas menghampiri Jodha dan duduk pas nempel di samping Jodha.
Jalal berkata : “Aku menggoda'mu agar aku bisa dekat dekat dengan diri'mu setelah kita berbaikan. Lagipula, aku juga sudah mengundang kakak'mu untuk datang ke Agra dan membicarakan pernikahan Sekhu Baba dan putri'nya Mann Bai.”
Jodha yang tadi'nya ngambek, tiba-tiba langsung tersenyum menatap Jalal.
Jodha bertanya : “Benarkah?”
Jalal mengangguk. Jodha kemudian memegang bahu Jalal seraya berkata : “Shahenshah, bagaimana kau bisa mengerti isi hati'ku?”
Jalal : “Itu karena hati'mu adalah milik'ku. Dan hati'ku ada selalu bersama'mu.”
Jodha pura-pura sok cute, ia berkata : “Tidak tuh, aku bahkan sudah lupa hati'mu ada dimana?”
Jalal : “Jangan khawatir, kita akan mencari hati'nya bersama-sama.”
Jalal semakin mendekat kearah Jodha berusaha mencium'nya, tapi Jodha Ammijan malu-malu meong.
Jodha berdiri menghindari Jalal seraya berkata : “Shahenshah, aku tak punya waktu saat ini. Aku harus menyiapkan pesta pernikahan Qutub. Aku juga harus menyambut kedatangan kakak. Aku harus pergi.”
Jodha tersenyum dan bergegas pergi, Jalal hendak mencegah'nya, tapi Jodha sudah berlalu. Sebelum keluar dari kamar'nya, Jodha kembali menoleh dan tersenyum menggoda Jalal. Jalal'pun tersenyum lebar kearah Jodha Ammijan yang slalu pura-pura menghindar saat mau di dekati..