Sinopsis Abad Kejayaan Kosem Episode 157. Mustafa lolos dari Eksekutor.seekor merpati datang kekamar mustafa dan membawa bocah kecil itu pergi sehingga eksekutor tidak berhasil membunuhnya.
Safiye sendiri dibawa keluar dari istana, zulfikar sudah menunggunya didekat kereta.”jadi kau yang ditugasi, kemana kita akan pergi? bagaimana kau akan mengambil nyawaku? “tanya safiye. kami akan menyelesaikan semuanya dengan cepat sahut zulfi.
“bagaimana cucuku memutuskan untuk membunuhku, penuh rsa sakit ? atau seperti fahriye dengan diracun?”tanya safiye lagi
“aku melihatmu malam itu, kau memenuhi istana dengan darah. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kau duduk disinggasana yang mulia dengan mata seorang pengkhianat. pengkhianat yang mengkhianati keturunanya sendiri dan keluarganya. jika kau penasasran dengan nasibmu, aku katakan kepadamu, kau akan mendptkan hukuman yang pantas sebagai seorang pengkhianat”kata zulfikar geram.
Sinopsis Abad Kejayaan Kosem Episode 157 |
Halime tampak menahan rasa sakit karena lukanya dan sakit membayangkan anaknya dieksekusi. kau harus tenang atau lukamu akan makin parah kata menekshe. hatiku yang sakit kata halime. tapi tiba tiba pintu terbuka dan mustafa muncul, ia berlari kearah sang ibu. haji aga yang mengantar mustafa berkata jika malam ini ia akan bersama ibuny tapi besok ia harus kembali kekamarnya. Dilruba sendiri minta haji membawakan dokter untuk ibunya. sementara itu halime meminta mustafa menceritakan semua yang terjadi.
Diruang has oda, sultan membasuh mukanya dengan air. kosem sendiri ddengan sabar menunggunya dan memakaikannya cincin.”kau pernah bertanya mana yang lebih sakit? kehilangan anak ataukah kehilangan saudara. malam ini kau sudah memilih anakmu. eksekutor sudah pergi kan?” kata kosem. sultan mengangguk,
safiye-diasingkan“bukan anakku tapi paara pangeran dan aku membuat sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin. itulaah mengapa aku mengirim eksekutor tapi mereka tidak menemukannya. sebuah burung kosem, burung, ia terbangun ditengah malam untuk menngkap burung itu.”kata ahmet.
“burung yang terluka katanya, burung itu muncul dalam mimpi pangeran mustafa “kata kosem
“jika ini bukan tanda dari Tuhan, lalu apa? aku yakin ini adalah pertanda dari Tuhan, ia ingin mengataakan kepadaku jangan bunuh saudaramu, jangan “kta sultan . Tuhan yang maha besar melihat ini dan mencegahnya kata kosem kemudian.
Tak lama mereka bicara, penjaga datang dan berkata jika handan sultan ingin bertemu.
Tampak safieye dan zulfikar ada diatas sampan kecil, sampaan itu menuju kesebuah bangunan tua ditengah laut, MAIDEN TOWER. ternyata sultan ahmet mengasingkan safiye ketempat itu dan tidak membunuhnya. safiye tidak bicara dan hanya tertunduk lesu. ini lebih mengerikan dari pada sebuah kematian.sementara itu mustafa mengatakan semua yang ia lalui malam itu kepada sang ibu. halime berkata jika Tuhan mendengar doanya dan mengirim seekor burung untuk mustafa.
Diruang has oda, handan sultan masuk kedalam dan berkata ttg apa yang baru saja terjadi, ia kasihan untuk hari ini dan hari besok entah apa lagi yang terjdi kata handan menyesali tindakan ahmet yang memaafkan mustafa.”aku tidak kasihan kepada siapapun “kata ahmet. jangan khawatir, pengampunan sultan hanya untuk pangeran saja”kata kosem. handan berteriak kepada kosem agar diam dan menyuruhnya kembali kekamarnya, ia hanya ingin berdua bersama ahmet saja. Kosem kemudian undur diri dan berpamitan, sultan mengangguk kearahnya.
“suatu hari nanti ketika mereka menggunakan pangeran mustafa untuk mencapai tujuan, apa yang akan kau lakukan? harus berapa lama lagi kita akan hidup dalam ancaman seperti ini?” kata handan. masalah itu sudah selesai kata ahmet.
“kau bilang masalah ini selesai? hari ini safiye sultan, besok siapa lagi? tidak akan ada kedamaian untuk kita”kata handan lagi. sultan berkata jika tidak akan ada siappaun yang bisa menggunakan saudaraku untuk melawanku, karena aku sudah memberikan perintah baru. handan bertanya tanya perintah apakah itu?
SEBENARNYa apa yang sultan rencanakan untuk mustafa? Baca SELANJUTNYA Sinopsis Abad Kejayaan Kosem Episode 158