Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 477. Murad terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia tampak gelisah ia tak menyukaikeputusan Jalal menobatkannya sebagai Putra Mahkota. Daniyal datang menyusul dan menyapa: “Baijan (Kakak)”. Murad: “Daniyal. Aku tak menyukai keputusan Shahenshah ini” Daniyal: “Keputusan Shahensha yang tiba-tiba menjadikan mu Shah Shah akan terasa sebagai sebuah penghinaan bagi Salim”. Tak lama kemudia datang Shahbudin (pamannya Haider) turut bergabung. .KembangTanjoeng. Ia datang memberi selamat atas penobatan Murad sebagai Shah Shah (Putra Mahkota). Shahbudin berkata Murad seharusnya gembira dan bersyukur karena hak ini adalah suatu kejadian yang luarbiasa. Kedudukan Putra Mahkota biasanya selalu diperuntukkan Anak tertua.Tetapi kini telah diberikan kepadanya. Murad menepis perkataan Shahbudin ini.Ia bilang ia tak merasa bahagia. Shahbuddin tampaknya mulai mau menghasut Murad.Ia berharap akan terjadi permusuhan diantara kakak beradik ini. .KembangTanjoeng.Kita tahu Shahbuddin selalu mendukung niat jahat Haider. Katanya Murad harusmenikmati anugrah ini, karena Murad pun memiliki kemampuan yang setara dengan Salim. Jodha dalam keadaan amat sedih terlihat menghampiri Salima yang baru saja selesai Sholat.Ia bertanya apakah Salima melihat kemana perginya Salim? “Ia tadi ngambek dan pergi begitu saja meninggalkan aku ketika kami sedang berbicara” begitu perkataan Jodha. Salima berusaha menenangkan Jodha denganberkata: “Salim kan memang sering keras hati dan mudah marah tak perlu kau kuatirkan. Biarlah ia pergi menenangkan diri. Qutub pasti bersama Salim.Aku yakin hubungan antara Salim dan Murad tak akan menjadi renggang karena halini. Ingat adalah kewajiban kita sebagai orangtua untuk memastikan hubungan mereka tak retak”. .KembagTanjoeng. Salima lanjut berkata kepda Jodha: “Kau pun tahu bahwa Shahenshah sering membuat keputusan yang mengejutkan kapan saja ia merasa perlu. Kita berdua adalah Ibu Salim dan Murad. Oleh karenanya kita berdua wajib memastikan hubungan mereka berdua akan terus baik-baik saja. Kau juga tahu aku bukan Ibu Murad akan tetapi aku tak pernah mengingatkannya akan hal itu. Sedangkan kau adalah Ibu nya Salim. Kita berdua pasti mampu menengahi masalah ini” Jodha kemudian mengiyakan perkataan Salima. Salima memohon agar Jodha pergi beristirahat. Dan Salima akan mencari tahu dimana Salim berada.
Suasana malam haridan Qutub baru saja turun dari kudanya dan menemukan Salim mabuk dan terbaring di rumput mabuk. Qutub berkata: “Apa yang kau lakukan disini Salim? MUZ mencari-cari dirimu sedari tadi. Salim yang sedang hang over alis mabuk menjawab: “Aku tak mau pergi menemui MUZ. Istana itu membuat diri ku sesak dan terbelenggu. Semua orang disana bermuka dua. Sepanjang hidup ku Shahenshah selalu mengecewakan ku!!!” Qutub membujuk Salim:“Ayolah kita pergi menghadap Shahenshah sekarang juga dan bertanya langsung kepada nya” Salim menjawab: “Dia kan seorang Raja. Ia tak perlu menjelaskan alasan apapun kenapa ia menjatuhkan sebuah keputusan. Tak seorang pun berhak mempertanyakannya. Keputusan seorang Raja itu adalah multak. Ia berbuat ini karena ia tak menyayangi ku!” Salim bisanya berkeluh kesah aja. Salim lanjut curcol: “Setiap kali aku mulia merasakan hubungan kami membaik eh ia malah membuat kejutan lagi. Kejutan buruk!!! ia mengecewakan ku dan membuat aku benci kepadanya!!!” Qutub:“Shahenshah adalah ayah mu apapun yang diperbuatkan kau tak bisa membencinya. Ingatkah kau betapa Shahenshah amat bangga atas keberhasilan mu di medan tempur kemarin? Begitu bangganya sehingga ia langsung mengumumkan niat nya untuk menjadikan kau Putra Mahkota” Salim menjawab: “Jika memang benar begitu lalu kenapa ia melakukan ha lini kepada ku??? Kenapa ia mempermalukan diri ku??? Seolah-olah ia menyayangiku akan tetapi kemudian berbuat sebaliknya!!! Aku tak akan bisa percaya kepadanya lagi!!!. Aku tak masalah soal Murad ditunjuk menjadi Putra Mahkota.Tetapi kan seharusnya Murad menolaknya” Qutub menjawab:“Mana mungkin Murad berbuat begitu. Mana mungkin berani ia menolak Shahenshah!” Salim yang dasar keras kepala kembali berkata: ”Kenapa tidak!!!??? Aku pernah melakukan hal semacam itu kepada Shahenshah!!!” Qutub berkata: “Disitu lah bedanya kau dengan Murad. Ayo Salim kita lekas kembali ke istana sekarang juga!”Salim si kepala batu bersikeras menolak kembali ke istana. Ia ingin tetap diluar saja.
Terlihat Hamida, Jodha, Salima, Ruqaiya dan Guldaban sedang berkumpul dan berbicang. Semua tampak memperlihatkan wajah kuatir. Bahkan Jodha terlihat menahan air mata nya. Salima berkata bahwa dirinya merasa istana terdengar begitu senyap hari ini. Jodha berkata: “Aku lebih takut dengan kesunyian di dalam hati Salim” Salima berusaha menenangkan Jodha dengan berkata: “Tenanglah Jodha. Qutub ada bersama Salim. Ia tak akan mebiarkan sesuatu terjadi pada Salim” Jodha kemudian berkata: “Ruqaiya tolonglah bicara dengan Salim. Berikanlah ia pengertian” Ruqaiya menjawab bahwa ia telah melakukan hal itu akan tetapi Salim tak mau mendengarkannya. Hamida menambahkan: “Salim keras kepala tak mau mendengar kan siapapun. Mungkinkah Jalal bisa mendapatkan jalan keluarnya yang terbaik?” Ruqaiya dengan seenaknya malah menyalahkan Jodha: “Kita bisa dengan mudah kok menyelesaikan masalah yang dihadapi Salim dan sekaligus rakyat. Semua ini kan salah Jodha egois tak menerima syarat untuk pindah agama! Kau ini seharusnya ….” Wajah Jodha dan Salima tampak kesal sekali mendengar Ruqaiya. Akan tetapi perkataan Ruqaiya terpotong. Jalal tanpa diketahui telah berada dalam ruangan itu. Terdengar suaranya lantang menghentak Ruqaiya: “Hentikan ocehan mu itu Ruqaiya! Kau tak berhak berkata begitu! Aku!Aku lah yang bersumpah kepada Jodha. Aku yang memberikan kebebasan bahwa setelah menikah aku tak akan memaksakan dirinya pindah agama!” Wajah Jalal tampak super jutek dengan pandangan mata yang tajam ia melihat ke Ruqaiya. Dan Ruks pun kaget tertunduk lalu buru-buru berganti haluan dengan berkata ia tak bermaksud begitu. Jawaban Ruqaiya tak berpengaruh terhadap Jalal. Ia lanjut berkata dengan tegas: “Tak seorangpun ku perbolehkan membicarakannya lebih lanjut. Masalah ini bukan tentang agama yang di anut Jodha. Aku telah menjanjikan kepada seluruh rakyat ku untuk bebas menganut agama nyamasing-masing. Tak akan pernah ada pemaksaan. Mengenai Shah Iran maka ia masih harus menghadapi aku has Shah Hindustan. Ia akan segera merasakan kekuatan diriku Shah Hindustan!!! Aku tak akan mengobarkan rakyat ku dengan melawan secara frontal akan tetapi aku akan menggunakan kecerdikan nalar ku menghadapi orang semacam dia” Jalal pun pergi meninggalkan ruangan. Sepanjang Jalal berbicara Jodha tampak berlinangan air mata dengan perasaan yang campur aduk. Sedih karena anaknya Salim dan terharu karena pembelaan suaminya tercinta dan kesal karena tekanan Shah Iran.
Anarkali terlihat di bazaar bersama temannya Sakina. Ia kaget mendengar pengumuman bahwa yang dinobatkan mejadi Putra Mahkota adalah Murad. Ia berkata bahwa harus segera bertemu Salim untuk menenangkan hati Salim.
Jalal terlihat berjalan bersama beberapa orang ke dalam ruang sidang istana. Tampak ada Birbal, Todar Mal, Mann Singh, Sheikh Mubarak tampak hadir disana. Jalal terdengar berkata: “Shahbaz Rahim. Bagus sekali Rahim. Kau selalu saja tak mengecewakanku Khan-e-Khana ” Rahim menjawab: “Terimakasih Shahenshah. Akan tetapi aku amat sedih mendengar perkembangan terakhir disini” Jalal bertanya kepada Abu Fazl: “Apakah kau memiliki kabar Shah Iran untuk ku ?” Abu Fazl menjawab: ”Utusan Shah Iran telah pulang dengan hati senang. Mereka menyetujui keputusan Shahenshah menobatkan Murad. Kau telah berhasil meyakinkan mereka. Shah Iran senang karena Shahenshah tak mengambil langkah perlawanan frontal”. Birbal berkata: ”Achi kabar hei Shahenshah. Apneho jehna pehla kosisa safal raha” . Jalal tampak masih ada sesuatu yang dipikirkannya. Birbal bertanya:”Adaapa gerangan Shahenshah katakana lah” Jalal berkata: “Aku akan mampu mengatasi Shah Iran akan tetapi siapa yang akanbisa mengatasi Shehkho baba (Salim)?” Birbal menyarakan agar Shahenshah sebaiknya menjelaskan kepada Jodha dan berbicara langsung dengan Salim. Jalal menjawab: “Ya aku akan berbicara dengan nya sekarang. Aku akan berbicara kepadanya bukan sebagai Raja akan tetapi selayaknya seorang ayah kepada anaknya.
Salim tampak duduk dikamarnya sambil minum-minum. ia mengingat kembali saat-saat ayahnya mengumumkan bahwa Murad yang dipilihnya menjadi Putra Mahkota. Pelayan mengumumkan kedatangan Jalal. Ia memasuki kamar Salim dan Salim cepat-cepat menyembunyikan minumannya ke bawah meja. Salim mengucapkan salam kepada ayahnya. Jalal memintanya duduk disampingnya. Keduanya tampak canggung terhadao satu sama lain: “Aku mengira kau seharusnya sudah datang mengganggu diri ku dan memaksa ku menjelaskan kenapa aku memutuskan hal itu di penobatan tadi. Tetapi ternyata kau tak berkataapa-apa pun kepada ku? Apakah kau dendam kepada ku? Kau harus tahu Salim. Keputusan ku ini tak lah seperti yang kau kira. Murad memang Shah Shah sekarang ini akan tetapi kau lah yang tetap akan mengganti ku menjadi Raja nanti” Salim kundang menjawab emosi: ”Lalu kenapa kau mempermalukan aku dihadapan semua orang?” Jalal menjawab: “Aku harus membohongi para utusan Shah Iran agar mereka pergi membawa berita ini sesuai keinginannya. Jika kau mau maka aku akan mengumumkan kembail kau sebagai Shah shah sekarang juga” Salim malah berkata: “Bohot ku bohot ku Shahenshah. Bagus sekali Shahenshah. Nah kini kau ingin melukai hati Murad juga?” Jalal langsung terkejut mendengar perkataan Salim kepadanya lalu ia tertunduk prihatin. Salim: “Bagi mu politik adalah segalanya! Aku hanya boneka! Aku, Murad, Daniyal dan Amijan Kita semua boneka bagi mu! Tak seorangpun berhak mempertanyakan keputusan mu” Jalal menjawab: “Cobalah untuk mengerti” Belum juga apa-apa Salim kundang sudah nyerocos ngomel lagi : “Berarti kau telah mengatakan bahwa pernikahan mu dengan MUZ adalah tak sah dan berarti juga aku bukan lah anak sah mu” Jalal yang tadinya sabar malah menjadi naik darah dan dari mata kita bisa menebak ia pasti akan meledak. Akan tetapi tyernyata Jalal mampu mengendalikan dirinya ia berhasil menghentikan dirinya untuk tak memukul Salim. Akan tetapi ia melihat samping bawah meja ada gelas dan botol minuman keras. Ia tampak kembali geram melihat kenyataan ini. Jalal memegang lengan Salim dan berkata dengan gusar: “Jawab aku!!! Apakah kau mabuk!?!? Kata-kata mu yang meracau dan bagai lupa daratan tadi karena kau teller!!! Kau pikir pernikahan aku dan Amijan mu tak sah!!! Kau adalah putra pertama ku. Asal kau tahu tak seorang pun bisa merampas tahta itu dari mu! Satu-satunya yang mampu merampasnya adalah kebiasaan buruk mu mabuk-mabukan ini. Kau kehilangan kendali dan tak mampu berpikir jernih jika kau mabuk. Aku datang kepada mu sebagai seorang ayah yang ingin berbincang dengan anaknya. Akan tetapi rupanya kau sang anak sedang tak bisa diajak berbicara dengan akal sehat. Aku akan kembal inanti saat kau sudah sadar dari mabuk mu ini” Salim hanya menunduk dan terdiam. Jalal terlihat masih kesal dan pergi meninggalkan Salim.
Kamera memperlihatkan Murad termenung di kamarnya. Ia memegang Mahkota itu di tangannya. Daniyal kemudian masuk menghampirinya: “Abijan apne bulaya humme? Kakak kaumemanggil ku?” Murad berkata: “Benar Daniyal. Aku memutuskan tak dapat menerima ini. Hanya Salim yang pantas menerima nya. Aku akan menyampaikan keberatan ku ini kepada Shahenshah. Aku siap menanggung segala hukuman atas kelancangan ku ini” Daniyal menyetujui sikap Murad akan tetapi ia ingin agar Murad menyampaikannya terlebih dahulu kepada Salim.
Sementara itu Jodha terlihat sedang duduk sambil menyalakan api lampu sentir tanah liat di Mandir lalu berdoa. Tak lama kemudian pelayan mengumumkan kedatangan Jalal. Jodha menyelesaikan doanya dan kemudian berdiri berjalan menyambut: “Pranam Shahenshah. Kya hoa? Salam Shahenshah. Ada apa gerangan yang membuat mu tampak kuatir?” Jalal tampak sedih dan kemudian duduk di depan istri tercintanya itu: “Aku telah berbicara dengan Salim akan tetapi tampaknya ia tak mau mendengarkan ku. Ia sangat marah pada ku. Ia meragukan niat baik ku” Jodha berusaha menenangkan Jalal dan berkata-kata: “Kau telah melakukan langkah yang benar. Kau telah baik-baik menjelaskan langsung kepada nya” Jalal berkata: “Jodha kau percaya bukan bahwa aku mencintai nya? Jodha berkata: “Tentu saja, mana mungkin aku meragukan mu? Kau menyayangi anak mu Salim dan tentunya Salim juga menyayangi mu. Shahenshah hal itu tak akan berubah. Semua ini hanyalah masalah kesalah pahaman belaka” Jalal bertanya: “Mengapa Salim selalu saja salah sangka dalam menanggapi segala sesuatunya? Aku amat kuatir dengan sifatnya ini. Apa yang akan diperbuatnya nanti jika ia menjadi Raja?” Jodha berusaha menghilangkan kekuatiran Jalal: “Ah Salim kan masih muda. Perlahan sejalan dengan waktu ia akan belajar untuk menjadi lebih bijaksana. Apne Murad ki baat ki? Apakah kau sudah berbicara juga dengan Murad? Jalal menjawab: “Murad bukanlah tipe anak yang keras kepala tak keruan seperti Salim. Murad anak yang baik. Selalu mendengarkan nasihat orangtuanya. Ia akan mudah diberi pengertian tentang tujuanku sebenarnya. Jangan takut aku akan terus berusaha meluruskan semua keruwetan ini” Jalal kemudian mendekat ke Jodha dan menarik tanganya. Jalal membelai dan mencium lembut tangan Jodha. Jodha terdiam sambil berkata dalam hati: “Diri ku lah yang berada ditengah-tengah masalah ini. Aku lah penyebab timbulnya masalah ini!”
Baca Episode Selanjutnya SINOPSIS JODHA AKBAR ANTV EPISODE 478
Suasana malam haridan Qutub baru saja turun dari kudanya dan menemukan Salim mabuk dan terbaring di rumput mabuk. Qutub berkata: “Apa yang kau lakukan disini Salim? MUZ mencari-cari dirimu sedari tadi. Salim yang sedang hang over alis mabuk menjawab: “Aku tak mau pergi menemui MUZ. Istana itu membuat diri ku sesak dan terbelenggu. Semua orang disana bermuka dua. Sepanjang hidup ku Shahenshah selalu mengecewakan ku!!!” Qutub membujuk Salim:“Ayolah kita pergi menghadap Shahenshah sekarang juga dan bertanya langsung kepada nya” Salim menjawab: “Dia kan seorang Raja. Ia tak perlu menjelaskan alasan apapun kenapa ia menjatuhkan sebuah keputusan. Tak seorang pun berhak mempertanyakannya. Keputusan seorang Raja itu adalah multak. Ia berbuat ini karena ia tak menyayangi ku!” Salim bisanya berkeluh kesah aja. Salim lanjut curcol: “Setiap kali aku mulia merasakan hubungan kami membaik eh ia malah membuat kejutan lagi. Kejutan buruk!!! ia mengecewakan ku dan membuat aku benci kepadanya!!!” Qutub:“Shahenshah adalah ayah mu apapun yang diperbuatkan kau tak bisa membencinya. Ingatkah kau betapa Shahenshah amat bangga atas keberhasilan mu di medan tempur kemarin? Begitu bangganya sehingga ia langsung mengumumkan niat nya untuk menjadikan kau Putra Mahkota” Salim menjawab: “Jika memang benar begitu lalu kenapa ia melakukan ha lini kepada ku??? Kenapa ia mempermalukan diri ku??? Seolah-olah ia menyayangiku akan tetapi kemudian berbuat sebaliknya!!! Aku tak akan bisa percaya kepadanya lagi!!!. Aku tak masalah soal Murad ditunjuk menjadi Putra Mahkota.Tetapi kan seharusnya Murad menolaknya” Qutub menjawab:“Mana mungkin Murad berbuat begitu. Mana mungkin berani ia menolak Shahenshah!” Salim yang dasar keras kepala kembali berkata: ”Kenapa tidak!!!??? Aku pernah melakukan hal semacam itu kepada Shahenshah!!!” Qutub berkata: “Disitu lah bedanya kau dengan Murad. Ayo Salim kita lekas kembali ke istana sekarang juga!”Salim si kepala batu bersikeras menolak kembali ke istana. Ia ingin tetap diluar saja.
Terlihat Hamida, Jodha, Salima, Ruqaiya dan Guldaban sedang berkumpul dan berbicang. Semua tampak memperlihatkan wajah kuatir. Bahkan Jodha terlihat menahan air mata nya. Salima berkata bahwa dirinya merasa istana terdengar begitu senyap hari ini. Jodha berkata: “Aku lebih takut dengan kesunyian di dalam hati Salim” Salima berusaha menenangkan Jodha dengan berkata: “Tenanglah Jodha. Qutub ada bersama Salim. Ia tak akan mebiarkan sesuatu terjadi pada Salim” Jodha kemudian berkata: “Ruqaiya tolonglah bicara dengan Salim. Berikanlah ia pengertian” Ruqaiya menjawab bahwa ia telah melakukan hal itu akan tetapi Salim tak mau mendengarkannya. Hamida menambahkan: “Salim keras kepala tak mau mendengar kan siapapun. Mungkinkah Jalal bisa mendapatkan jalan keluarnya yang terbaik?” Ruqaiya dengan seenaknya malah menyalahkan Jodha: “Kita bisa dengan mudah kok menyelesaikan masalah yang dihadapi Salim dan sekaligus rakyat. Semua ini kan salah Jodha egois tak menerima syarat untuk pindah agama! Kau ini seharusnya ….” Wajah Jodha dan Salima tampak kesal sekali mendengar Ruqaiya. Akan tetapi perkataan Ruqaiya terpotong. Jalal tanpa diketahui telah berada dalam ruangan itu. Terdengar suaranya lantang menghentak Ruqaiya: “Hentikan ocehan mu itu Ruqaiya! Kau tak berhak berkata begitu! Aku!Aku lah yang bersumpah kepada Jodha. Aku yang memberikan kebebasan bahwa setelah menikah aku tak akan memaksakan dirinya pindah agama!” Wajah Jalal tampak super jutek dengan pandangan mata yang tajam ia melihat ke Ruqaiya. Dan Ruks pun kaget tertunduk lalu buru-buru berganti haluan dengan berkata ia tak bermaksud begitu. Jawaban Ruqaiya tak berpengaruh terhadap Jalal. Ia lanjut berkata dengan tegas: “Tak seorangpun ku perbolehkan membicarakannya lebih lanjut. Masalah ini bukan tentang agama yang di anut Jodha. Aku telah menjanjikan kepada seluruh rakyat ku untuk bebas menganut agama nyamasing-masing. Tak akan pernah ada pemaksaan. Mengenai Shah Iran maka ia masih harus menghadapi aku has Shah Hindustan. Ia akan segera merasakan kekuatan diriku Shah Hindustan!!! Aku tak akan mengobarkan rakyat ku dengan melawan secara frontal akan tetapi aku akan menggunakan kecerdikan nalar ku menghadapi orang semacam dia” Jalal pun pergi meninggalkan ruangan. Sepanjang Jalal berbicara Jodha tampak berlinangan air mata dengan perasaan yang campur aduk. Sedih karena anaknya Salim dan terharu karena pembelaan suaminya tercinta dan kesal karena tekanan Shah Iran.
Anarkali terlihat di bazaar bersama temannya Sakina. Ia kaget mendengar pengumuman bahwa yang dinobatkan mejadi Putra Mahkota adalah Murad. Ia berkata bahwa harus segera bertemu Salim untuk menenangkan hati Salim.
Jalal terlihat berjalan bersama beberapa orang ke dalam ruang sidang istana. Tampak ada Birbal, Todar Mal, Mann Singh, Sheikh Mubarak tampak hadir disana. Jalal terdengar berkata: “Shahbaz Rahim. Bagus sekali Rahim. Kau selalu saja tak mengecewakanku Khan-e-Khana ” Rahim menjawab: “Terimakasih Shahenshah. Akan tetapi aku amat sedih mendengar perkembangan terakhir disini” Jalal bertanya kepada Abu Fazl: “Apakah kau memiliki kabar Shah Iran untuk ku ?” Abu Fazl menjawab: ”Utusan Shah Iran telah pulang dengan hati senang. Mereka menyetujui keputusan Shahenshah menobatkan Murad. Kau telah berhasil meyakinkan mereka. Shah Iran senang karena Shahenshah tak mengambil langkah perlawanan frontal”. Birbal berkata: ”Achi kabar hei Shahenshah. Apneho jehna pehla kosisa safal raha” . Jalal tampak masih ada sesuatu yang dipikirkannya. Birbal bertanya:”Adaapa gerangan Shahenshah katakana lah” Jalal berkata: “Aku akan mampu mengatasi Shah Iran akan tetapi siapa yang akanbisa mengatasi Shehkho baba (Salim)?” Birbal menyarakan agar Shahenshah sebaiknya menjelaskan kepada Jodha dan berbicara langsung dengan Salim. Jalal menjawab: “Ya aku akan berbicara dengan nya sekarang. Aku akan berbicara kepadanya bukan sebagai Raja akan tetapi selayaknya seorang ayah kepada anaknya.
Salim tampak duduk dikamarnya sambil minum-minum. ia mengingat kembali saat-saat ayahnya mengumumkan bahwa Murad yang dipilihnya menjadi Putra Mahkota. Pelayan mengumumkan kedatangan Jalal. Ia memasuki kamar Salim dan Salim cepat-cepat menyembunyikan minumannya ke bawah meja. Salim mengucapkan salam kepada ayahnya. Jalal memintanya duduk disampingnya. Keduanya tampak canggung terhadao satu sama lain: “Aku mengira kau seharusnya sudah datang mengganggu diri ku dan memaksa ku menjelaskan kenapa aku memutuskan hal itu di penobatan tadi. Tetapi ternyata kau tak berkataapa-apa pun kepada ku? Apakah kau dendam kepada ku? Kau harus tahu Salim. Keputusan ku ini tak lah seperti yang kau kira. Murad memang Shah Shah sekarang ini akan tetapi kau lah yang tetap akan mengganti ku menjadi Raja nanti” Salim kundang menjawab emosi: ”Lalu kenapa kau mempermalukan aku dihadapan semua orang?” Jalal menjawab: “Aku harus membohongi para utusan Shah Iran agar mereka pergi membawa berita ini sesuai keinginannya. Jika kau mau maka aku akan mengumumkan kembail kau sebagai Shah shah sekarang juga” Salim malah berkata: “Bohot ku bohot ku Shahenshah. Bagus sekali Shahenshah. Nah kini kau ingin melukai hati Murad juga?” Jalal langsung terkejut mendengar perkataan Salim kepadanya lalu ia tertunduk prihatin. Salim: “Bagi mu politik adalah segalanya! Aku hanya boneka! Aku, Murad, Daniyal dan Amijan Kita semua boneka bagi mu! Tak seorangpun berhak mempertanyakan keputusan mu” Jalal menjawab: “Cobalah untuk mengerti” Belum juga apa-apa Salim kundang sudah nyerocos ngomel lagi : “Berarti kau telah mengatakan bahwa pernikahan mu dengan MUZ adalah tak sah dan berarti juga aku bukan lah anak sah mu” Jalal yang tadinya sabar malah menjadi naik darah dan dari mata kita bisa menebak ia pasti akan meledak. Akan tetapi tyernyata Jalal mampu mengendalikan dirinya ia berhasil menghentikan dirinya untuk tak memukul Salim. Akan tetapi ia melihat samping bawah meja ada gelas dan botol minuman keras. Ia tampak kembali geram melihat kenyataan ini. Jalal memegang lengan Salim dan berkata dengan gusar: “Jawab aku!!! Apakah kau mabuk!?!? Kata-kata mu yang meracau dan bagai lupa daratan tadi karena kau teller!!! Kau pikir pernikahan aku dan Amijan mu tak sah!!! Kau adalah putra pertama ku. Asal kau tahu tak seorang pun bisa merampas tahta itu dari mu! Satu-satunya yang mampu merampasnya adalah kebiasaan buruk mu mabuk-mabukan ini. Kau kehilangan kendali dan tak mampu berpikir jernih jika kau mabuk. Aku datang kepada mu sebagai seorang ayah yang ingin berbincang dengan anaknya. Akan tetapi rupanya kau sang anak sedang tak bisa diajak berbicara dengan akal sehat. Aku akan kembal inanti saat kau sudah sadar dari mabuk mu ini” Salim hanya menunduk dan terdiam. Jalal terlihat masih kesal dan pergi meninggalkan Salim.
Kamera memperlihatkan Murad termenung di kamarnya. Ia memegang Mahkota itu di tangannya. Daniyal kemudian masuk menghampirinya: “Abijan apne bulaya humme? Kakak kaumemanggil ku?” Murad berkata: “Benar Daniyal. Aku memutuskan tak dapat menerima ini. Hanya Salim yang pantas menerima nya. Aku akan menyampaikan keberatan ku ini kepada Shahenshah. Aku siap menanggung segala hukuman atas kelancangan ku ini” Daniyal menyetujui sikap Murad akan tetapi ia ingin agar Murad menyampaikannya terlebih dahulu kepada Salim.
Sementara itu Jodha terlihat sedang duduk sambil menyalakan api lampu sentir tanah liat di Mandir lalu berdoa. Tak lama kemudian pelayan mengumumkan kedatangan Jalal. Jodha menyelesaikan doanya dan kemudian berdiri berjalan menyambut: “Pranam Shahenshah. Kya hoa? Salam Shahenshah. Ada apa gerangan yang membuat mu tampak kuatir?” Jalal tampak sedih dan kemudian duduk di depan istri tercintanya itu: “Aku telah berbicara dengan Salim akan tetapi tampaknya ia tak mau mendengarkan ku. Ia sangat marah pada ku. Ia meragukan niat baik ku” Jodha berusaha menenangkan Jalal dan berkata-kata: “Kau telah melakukan langkah yang benar. Kau telah baik-baik menjelaskan langsung kepada nya” Jalal berkata: “Jodha kau percaya bukan bahwa aku mencintai nya? Jodha berkata: “Tentu saja, mana mungkin aku meragukan mu? Kau menyayangi anak mu Salim dan tentunya Salim juga menyayangi mu. Shahenshah hal itu tak akan berubah. Semua ini hanyalah masalah kesalah pahaman belaka” Jalal bertanya: “Mengapa Salim selalu saja salah sangka dalam menanggapi segala sesuatunya? Aku amat kuatir dengan sifatnya ini. Apa yang akan diperbuatnya nanti jika ia menjadi Raja?” Jodha berusaha menghilangkan kekuatiran Jalal: “Ah Salim kan masih muda. Perlahan sejalan dengan waktu ia akan belajar untuk menjadi lebih bijaksana. Apne Murad ki baat ki? Apakah kau sudah berbicara juga dengan Murad? Jalal menjawab: “Murad bukanlah tipe anak yang keras kepala tak keruan seperti Salim. Murad anak yang baik. Selalu mendengarkan nasihat orangtuanya. Ia akan mudah diberi pengertian tentang tujuanku sebenarnya. Jangan takut aku akan terus berusaha meluruskan semua keruwetan ini” Jalal kemudian mendekat ke Jodha dan menarik tanganya. Jalal membelai dan mencium lembut tangan Jodha. Jodha terdiam sambil berkata dalam hati: “Diri ku lah yang berada ditengah-tengah masalah ini. Aku lah penyebab timbulnya masalah ini!”
Baca Episode Selanjutnya SINOPSIS JODHA AKBAR ANTV EPISODE 478