Sinopsis Jodha Akbar Episode 457. Ditenda tempat Jodha, Mehtab berkata pada Jodha dalam bahasa isyaratnya bahwa seharusnya Jalal pulang ke istana “Aku juga tidak mengerti, Mehtab.kenapa pamanmu itu bertahan disini, aku akan bicara dengannya, lebih baik kamu tidur, hari sudah malam” Mehtabpun menuruti perintah Jodha dan pergi meninggalkan Jodha. Jodha tertidur ditempat tidurnya, tiba tiba ia melihat ada bayangan diluar tendanya “Siapa itu diluar ?” Jodha berusaha melihat keluar namun tidak ditemukan apa apa diluar, Jodha pun masuk kembali kedalam tendanya, tiba tiba Jalal memasuki tenda Jodha sambil membungkam mulut Jodha agar tidak berteriak, Jodha sangat ketakutan tapi begitu dilihatnya suaminya, Jodha sedikit lega, kemudian mereka berdua duduk diatas tempat tidur “Yang Mulia, kenapa kamu menetap disini ? Kenapa kamu bersandiwara seperti tadi disidang ? Lalu apa yang kamu lakukan disini pada malam hari ?” Jalal tersenyum menatap Jodha “Ratu Jodha, aku adalah suamimu, aku bisa masuk kedalam tendamu kapan saja”, “Baiklah, tapi kenapa kamu menetap disini ?” Jodha khawatir dengan keadaan Jalal “Ratu Jodha, dulu ketika Salim marah, kita berdua mencoba untuk membujuknya, maka sama halnya ketika rakyatku yang juga merupakan anakku ini marah, aku akan mencoba mengatakan pada mereka bahwa aku memikirkan untuk kebaikan mereka, aku akan melayani rakyatku disini, Agra akan diurusi oleh Salim” Jodha tersenyum memandang suaminya “Kamu tahu, ada dua hal yang sangat penting yang ada saat ini, yang pertama itu kamu dan yang kedua adalah rakyatku maka aku akan tinggal bersama dengan mereka”, “Apakah kamu bisa tinggal disini sebagai rakyat biasa ?, “Mengapa tidak ? Jika kamu bisa melakukannya maka kenapa aku tidak bisa ? Aku akan melayani rakyatku dan aku akan mencoba untuk mengembalikan kepercayaan mereka padaku, mungkin tidak terlihat seperti raja akan teapi sebagai rakyat biasa, apakah kamu mengijinkan aku untuk menjadi pelayanmu, Ratu Jodha ? Dan bekerja hanya untuk kamu ?” Jodha terharu memandang kesuaminya lalu direbahkannya kepalanya dibahu Jalal, Jalal pun memeluknya erat tapi hanya sesaat karena Jodha sadar saat ini mereka sedang menyamar bukan sebagai sepasang suami istri “Baiklah kalau begitu dan sekarang aku perintahkan kamu untuk meninggalkan tendaku, Yang Mulia” Jalal tersenyum “Aku mengerti, Ratu Jodha.Akan tapi aku datang kesini hanya untuk bertemu denganmu, aku akan pergi” Jalal kemudian mencium kening Jodha “Jaga diri kamu baik baik ya” tak lama kemudian Jalalpun meninggalkan tenda Jodha.
Di istana kerajaan Mughal, Salim sedang membaca surat dari Jalal dan salah seorang menterinya berkata “Selama Yang Mulia tidak kembali ke istana maka kamu harus mengurusi semua hal diistana”, “Aku tidak bisa mengambil tanggung jawab ini, tidak akan pernah !” Salim menolak untuk mengurusi kerajaan “Ini adalah tugas anda, pangeran.untuk mengurus pemerintahan selama Raja tidak ada ditempat dan ini juga perintah dari Yang Mulia Raja” Birbal mencoba meyakinkan Salim “Aku tidak bisa menolong rakyatku kalau aku hanya duduk di dalam istana saja” Salim tetap bersikeras menolak perintah dari Jalal “Memang sangat penting membantu para rakyat, pangeran.namun sama hal nya dengan membantu para rakyat, melindungi perbatasan itu juga penting, kita harus mengambil sebuah keputusan penting, pangeran” ujar salah seorang menteri “Kalau begitu kamu saja yang mengambil sebuah keputusan !”, “Tidak pangeran ! Hanya anda saja yang bisa memberikan perintah” salah satu menteri mencoba memberikan pengertian ke Salim “Salim, mungkin dengan kamu diberikan kesempatan ini maka kamu bisa belajar sesuatu, sampai sekarang kamu telah menolong rakyatmu dan sekarang kamu akan melindungi mereka, ingatlah dulu kamu berjanji ke nenek bahwa kamu akan menikah dengan nenek dan akan melindungi rakyatmu, yang pertama kamu sudah melanggar janji, sekarang kamu jangan melanggar janji untuk yang kedua, Salim” ibu Hamida mencoba membujuk Salim “Baiklah, aku akan melindungi rakyatku akan tapi aku tetap akan pergi keluar untuk membantu mereka juga”, “Itu sebuah keputusan yang tepat !” ibu Hamida merasa senang karena Salim akhirnya mau mengambil tanggung jawab ini.
Jalal masih berada di pedesaan untuk bekerja, ibu kepala desa memintanya untuk bekerja dengan Jodha, lalu ia juga menyuruh Rukayah untuk ikut dengannya dan mulai bekerja “Kenapa semua ini terjadi ? Aku membawa Jalal kesini sekarang aku harus bekerja dibawah perintah seorang rakyat biasa !” bathin Rukayah dalam hati, “Nyonya, Rukayah ini istri saya, ia tidak bisa bekerja, saya akan mengerjakan pekerjaannya” Jalal memperkenalkan Rukayah ke ibu kepala desa “Kalau kamu bisa bekerja maka aku bisa bekerja juga” Rukayah berupaya membela dirinya “Kamu itu tidak bisa bekerja, Rukayah”, “Aku akan belajar, Jalal !”, “Rukayah, kamu tidak perlu bekerja” Jodha ikutan menimpali dari kejauhan, Jalal, Rukayah dan ibu kepala desa menghampiri Jodha yang sedang duduk saat itu “Kenapa kamu bisa mengatakan tidak usah bekerja padanya ? Kita butuh tenaga, Radha” ibu kepala desa merasa heran pada Jodha “Apa pekerjaan untuk saya, nyonya ?” Jalal mencoba menengahi “Orang orang sedang membuat makanan disana, pergilah kesana dan bantulah mereka” Jalal tersenyum kemudian meninggalkan mereka, sementara itu ibu kepala desa meminta Zakira untuk mengatakan pada Rukayah tentang pekerjaannya, awalnya Zakira sungkan dan takut sama Rukayah namun tak lama berapa lama kemudian Zakira mengatakan pada Rukayah apa pekerjaan yang harus dilakukannya. “Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah aku lalui ini, semuanya ini karena Jodha !” bathin Rukayah dalam hati
Diistana kerajaan Mughal, di Agra. Siang itu Salim sedang mengasah dan membersihkan pedangnya didalam kamar, tiba tiba salah satu pelayannya datang membawa sebuah surat dari Maan Bai, Salim segera membaca apa isi suratnya “Salim, aku sangat merindukanmu, aku khawatir dengan situasi yang sedang terjadi di Agra, aku harap semua akan baik baik saja, aku juga mengirimkan sebuah hadiah buat kamu dan buat Anarkali, tolong kirimkan hadiah itu padanya” Salim membuka kotak yang berisi hadiah tersebut, dilihatnya sebuah kalung emas untuk Anarkali, sesaat kemudian Salim memanggil pelayannya untuk mengirimkan hadiah tersebut pada Anarkali.
Dirumah Anarkali, salah seorang pelayan menghampiri Anarkali dan memberikan hadiah kalung emas tersebut “Pangeran Salim mengirimkan hadiah ini buat kamu” Anarkali benar benar terkejut, kemudian dibukanya kota tersebut dan dilihatnya sebuah kalung emas yang cukup berat ukurannya “Orang orang sekarat karena kelaparan, putra mahkota pangeran Salim malah memberikan aku sebuah hadiah, ia itu munafik !” Sementara itu dikamar Salim, Salim sedang berbicara dengan dirinya sendiri “Aku membenci diriku sendiri karena telah menyakiti kamu” ditempat Anarkali, Anarkali juga berkata pada dirinya sendiri “Dia telah melakukan ini semua, kebencianku padanya semakin bertambah, manusia macam apa ia itu ?” kembali di kamar Salim “Aku melakukan ini semua padamu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri” di rumah Anarkali kembali “Aku tidak akan pernah memaafkannya karena telah mengirimkan kalung ini” Anarkalipun menangis sedih.
Sementara itu dipedesaan, nampak Jalal sedang membuat makanan, Mehtab menghampirinya dan memberikan minuman padanya dan berkata dengan bahasa isyaratnya bahwa Jalal seharusnya tidak usah bekerja seperti ini, biar Mehtab saja yang mengerjakannya “Tidak, Mehtab.aku akan mengerjakannya” tiba tiba dari arah belakang seseorang meneriaki mereka “Hey ! Jangan ngobrol saja ! Ayo kerja !” Jalal merasa tidak enak dengan orang itu “Sudah, Mehtab.Kita kerja saja ya, aku bangga padamu, Mehtab” ujar Jalal sambil membelai rambutnya.
Diistana kerajaan Mughal, dikamar Haidar. Shama saudara sepupu Haidar menemui Haidar dikamarnya sambil membawa manisan untuk Haidar, namun Haidar tidak menyukai keberadaan Shama, setiap kali Shama mendekati Haidar, Haidar selalu menghindari Shama namun Shama pantang menyerah, dirinya terus mengejar Haidar agar mau memakan manisan yang dibawanya itu, hingga akhirnya Haidar pun berhasil melepaskan dirinya dari Shama.
Di pedesaan salah seorang perempuan tiba tiba menitipkan bayinya pada Rukayah “Tolong kamu jaga ia ya” Rukayah benar benar kaget ketika dipasrahi seorang bayi yang sudah ada ditangannya “Aku benar benar terjebak !” begitu pikir Rukayah dalam hati, Jodha yang memperhatikan tingkah laku Rukayah dari kejauhan tersenyum geli melihatnya, tak berapa lama kemudian si bayi itu pipis dalam gendongan Rukayah, baju Rukayah basah dan bau “Yaaa Tuhaan ...” Rukayah segera menurunkan si bayi diatas meja “Nyonya, kamu seharusnya menjaga anak saya dalam gendongan anda, bukannya ditaruh seperti ini, serangga apapun bisa menggigitnya “Tapi ia itu memipisi bajuku”, “Lalu kenapa ?” Rukayah sangat kesal dengan perlakuan perempuan itu “Kalalu saja perempuan ini tinggal di Agra, aku pasti akan memberikan hukuman yang berat padanya !” bathin Rujayah dalam hati.
Malam itu Jodha sedang berada ditendanya, ia sedang menulis pekerjaan yang tersisa namun lama kelamaan diapun mengantuk dan tertidur. Sementara itu Jalal mendatangi tenda Rukayah dan dilihatnya Rukayah sedang tertidur pulas, Jalal melihat tangannya kemudian membersihkannya dan menyeka tangan Rukayah dengan kain, kemudian Jalal juga menyeka debu yang menempel diwajah Rukayah “Terima kasih, Rukayah.kamu ikut kesini untuk membantu aku, tindakanmu ini membuat rasa hormatku semakin bertambah padamu, sekali lagi terima kasih” tak lama kemudian Jalal keluar dari tenda Rukayah, tiba tiba ada salah salah seorang pria meminta Jalal untuk duduk bersama mereka mengitari api unggun, sesaat Jalal menuruti keinginan mereka lalu kembali berdiri “Saya mengantuk, saya mau tidur” ketika Jalal hendak melangkah pergi, tiba tiba salah seorang pria dari mereka bertanya “Kamu mau kemana ? Tendamu itu ada disebelah sana !”, “Aku akan jalan jalan dulu sebelum tidur, tuan”, “Kalau begitu hati hatilah disana banyak binatang buas, Jalal mengangguk dan berlalu dari hadapan mereka.
Ditenda Jodha, Jodha sedang tertidur pulas dan ia bermimpi dalam mimpinya ia melihat Jalal berkata “Mengapa ia yang dihukum karena perbuatanku, mengapa ? Ini semua adalah salahku bukan ia !” tiba tiba Jalal menghantamkan keningnya kesebuah tembok, kening Jalal berdarah. Jodha segera bangun dari tidurnya dan merasa gelisah “Satu mimpi buruk lagi” tak berapa lama kemudian Jalal memasuki tenda Jodha, Jalal melihat Jodha sedang gelisah, Jalal segera memberikannya minuman “Ada apa, Ratu Jodha ?” Jodha khawatir dengan keadaan Jalal “Aku melihat dalam mimpiku dan kamu bilang jangan berikan hukuman padanya karena perbuatanku, kemudian kamu menghantamkan keningmu ke dinding” Jodha meraba dahi Jalal yang dikiranya berdarah “Jangan khawatir, Ratu Jodha.Aku tidak apa apa, aku bersamamu sekarang, kamu mungkin kecapekan makanya kamu bermimpi seperti itu, aku akan menidurkanmu” Jodha kemudian membaringkan tubuhnya dipangkuan Jalal, sementara Jalal menepuk nepuk bahunya, tiba tiba dari arah luar terdengar suara orang yang datang masuk ke tenda Jodha, Jodha dan Jalal nampak panik dan gelisah, Jalal segera bersembunyi dibalik meja “Radha, aku membutuhkan obat” kata perempuan yang masuk kedalam tenda Jodha, Jodha segera memberikan obat itu padanya, begitu perempuan itu pergi, Jalal keluar dari persembunyiannya “Yang Mulia, kamu harus pergi dari sini”, “Baiklah, tidak usah memikirkan tentang mimpimu, Ratu Jodha.istirahatlah” kemudian Jalal meninggalkan Jodha.
Jodha sedang menyiapkan makanan untuk para penduduk, seorang perempuan meminta Rukayah untuk bekerja, awalnya Rukayah tidak mau namun akhirnya menyerah tapi kemudian Rukayah duduk disebelah Moti untuk menikmati makanannya padahal pekerjaannya belum selesai, wanita yang tadi kembali mengajak Rukayah untuk melayani para penduduk bukannya menikmati makanannya, kemudian wanita tadi memberi Rukayah roti “Tolong bagikan roti ini ke semua orang” Rukayah menganggukkan kepalanya dan mulai membagikan roti tersebut ke setiap orang dan duduk kembali untuk menikmati makanannya namun wanita yang menyuruh Rukayah tadi tidak membiarkan Rukayah makan, ia kembali mau menyuruh Rukayah bekerja tapi tiba tiba seorang wanita yang lain datang menghampiri Jodha “Radha, kamu dipanggil ke sidang, disana ada satu kasus dan kamu harus memutuskannya” Jodha langsung mendatangi tempat tersebut, Rukayah mengikutinya. Ketika Jodha sudah sampai diruang sidang “Ada apa ? Apa yang terjadi ?” tiba tiba Jalal dihadapkan ke depan Jodha “Radha, laki laki ini dituduh telah melakukan sesuatu pada malam hari, ia telah meninggalkan tendanya sendiri dan berkeliaran disekitar tenda para wanita” Jodha sangat terkejut mendengarnya...Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar episode 458
Jalal masih berada di pedesaan untuk bekerja, ibu kepala desa memintanya untuk bekerja dengan Jodha, lalu ia juga menyuruh Rukayah untuk ikut dengannya dan mulai bekerja “Kenapa semua ini terjadi ? Aku membawa Jalal kesini sekarang aku harus bekerja dibawah perintah seorang rakyat biasa !” bathin Rukayah dalam hati, “Nyonya, Rukayah ini istri saya, ia tidak bisa bekerja, saya akan mengerjakan pekerjaannya” Jalal memperkenalkan Rukayah ke ibu kepala desa “Kalau kamu bisa bekerja maka aku bisa bekerja juga” Rukayah berupaya membela dirinya “Kamu itu tidak bisa bekerja, Rukayah”, “Aku akan belajar, Jalal !”, “Rukayah, kamu tidak perlu bekerja” Jodha ikutan menimpali dari kejauhan, Jalal, Rukayah dan ibu kepala desa menghampiri Jodha yang sedang duduk saat itu “Kenapa kamu bisa mengatakan tidak usah bekerja padanya ? Kita butuh tenaga, Radha” ibu kepala desa merasa heran pada Jodha “Apa pekerjaan untuk saya, nyonya ?” Jalal mencoba menengahi “Orang orang sedang membuat makanan disana, pergilah kesana dan bantulah mereka” Jalal tersenyum kemudian meninggalkan mereka, sementara itu ibu kepala desa meminta Zakira untuk mengatakan pada Rukayah tentang pekerjaannya, awalnya Zakira sungkan dan takut sama Rukayah namun tak lama berapa lama kemudian Zakira mengatakan pada Rukayah apa pekerjaan yang harus dilakukannya. “Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah aku lalui ini, semuanya ini karena Jodha !” bathin Rukayah dalam hati
Diistana kerajaan Mughal, di Agra. Siang itu Salim sedang mengasah dan membersihkan pedangnya didalam kamar, tiba tiba salah satu pelayannya datang membawa sebuah surat dari Maan Bai, Salim segera membaca apa isi suratnya “Salim, aku sangat merindukanmu, aku khawatir dengan situasi yang sedang terjadi di Agra, aku harap semua akan baik baik saja, aku juga mengirimkan sebuah hadiah buat kamu dan buat Anarkali, tolong kirimkan hadiah itu padanya” Salim membuka kotak yang berisi hadiah tersebut, dilihatnya sebuah kalung emas untuk Anarkali, sesaat kemudian Salim memanggil pelayannya untuk mengirimkan hadiah tersebut pada Anarkali.
Dirumah Anarkali, salah seorang pelayan menghampiri Anarkali dan memberikan hadiah kalung emas tersebut “Pangeran Salim mengirimkan hadiah ini buat kamu” Anarkali benar benar terkejut, kemudian dibukanya kota tersebut dan dilihatnya sebuah kalung emas yang cukup berat ukurannya “Orang orang sekarat karena kelaparan, putra mahkota pangeran Salim malah memberikan aku sebuah hadiah, ia itu munafik !” Sementara itu dikamar Salim, Salim sedang berbicara dengan dirinya sendiri “Aku membenci diriku sendiri karena telah menyakiti kamu” ditempat Anarkali, Anarkali juga berkata pada dirinya sendiri “Dia telah melakukan ini semua, kebencianku padanya semakin bertambah, manusia macam apa ia itu ?” kembali di kamar Salim “Aku melakukan ini semua padamu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri” di rumah Anarkali kembali “Aku tidak akan pernah memaafkannya karena telah mengirimkan kalung ini” Anarkalipun menangis sedih.
Sementara itu dipedesaan, nampak Jalal sedang membuat makanan, Mehtab menghampirinya dan memberikan minuman padanya dan berkata dengan bahasa isyaratnya bahwa Jalal seharusnya tidak usah bekerja seperti ini, biar Mehtab saja yang mengerjakannya “Tidak, Mehtab.aku akan mengerjakannya” tiba tiba dari arah belakang seseorang meneriaki mereka “Hey ! Jangan ngobrol saja ! Ayo kerja !” Jalal merasa tidak enak dengan orang itu “Sudah, Mehtab.Kita kerja saja ya, aku bangga padamu, Mehtab” ujar Jalal sambil membelai rambutnya.
Diistana kerajaan Mughal, dikamar Haidar. Shama saudara sepupu Haidar menemui Haidar dikamarnya sambil membawa manisan untuk Haidar, namun Haidar tidak menyukai keberadaan Shama, setiap kali Shama mendekati Haidar, Haidar selalu menghindari Shama namun Shama pantang menyerah, dirinya terus mengejar Haidar agar mau memakan manisan yang dibawanya itu, hingga akhirnya Haidar pun berhasil melepaskan dirinya dari Shama.
Di pedesaan salah seorang perempuan tiba tiba menitipkan bayinya pada Rukayah “Tolong kamu jaga ia ya” Rukayah benar benar kaget ketika dipasrahi seorang bayi yang sudah ada ditangannya “Aku benar benar terjebak !” begitu pikir Rukayah dalam hati, Jodha yang memperhatikan tingkah laku Rukayah dari kejauhan tersenyum geli melihatnya, tak berapa lama kemudian si bayi itu pipis dalam gendongan Rukayah, baju Rukayah basah dan bau “Yaaa Tuhaan ...” Rukayah segera menurunkan si bayi diatas meja “Nyonya, kamu seharusnya menjaga anak saya dalam gendongan anda, bukannya ditaruh seperti ini, serangga apapun bisa menggigitnya “Tapi ia itu memipisi bajuku”, “Lalu kenapa ?” Rukayah sangat kesal dengan perlakuan perempuan itu “Kalalu saja perempuan ini tinggal di Agra, aku pasti akan memberikan hukuman yang berat padanya !” bathin Rujayah dalam hati.
Malam itu Jodha sedang berada ditendanya, ia sedang menulis pekerjaan yang tersisa namun lama kelamaan diapun mengantuk dan tertidur. Sementara itu Jalal mendatangi tenda Rukayah dan dilihatnya Rukayah sedang tertidur pulas, Jalal melihat tangannya kemudian membersihkannya dan menyeka tangan Rukayah dengan kain, kemudian Jalal juga menyeka debu yang menempel diwajah Rukayah “Terima kasih, Rukayah.kamu ikut kesini untuk membantu aku, tindakanmu ini membuat rasa hormatku semakin bertambah padamu, sekali lagi terima kasih” tak lama kemudian Jalal keluar dari tenda Rukayah, tiba tiba ada salah salah seorang pria meminta Jalal untuk duduk bersama mereka mengitari api unggun, sesaat Jalal menuruti keinginan mereka lalu kembali berdiri “Saya mengantuk, saya mau tidur” ketika Jalal hendak melangkah pergi, tiba tiba salah seorang pria dari mereka bertanya “Kamu mau kemana ? Tendamu itu ada disebelah sana !”, “Aku akan jalan jalan dulu sebelum tidur, tuan”, “Kalau begitu hati hatilah disana banyak binatang buas, Jalal mengangguk dan berlalu dari hadapan mereka.
Ditenda Jodha, Jodha sedang tertidur pulas dan ia bermimpi dalam mimpinya ia melihat Jalal berkata “Mengapa ia yang dihukum karena perbuatanku, mengapa ? Ini semua adalah salahku bukan ia !” tiba tiba Jalal menghantamkan keningnya kesebuah tembok, kening Jalal berdarah. Jodha segera bangun dari tidurnya dan merasa gelisah “Satu mimpi buruk lagi” tak berapa lama kemudian Jalal memasuki tenda Jodha, Jalal melihat Jodha sedang gelisah, Jalal segera memberikannya minuman “Ada apa, Ratu Jodha ?” Jodha khawatir dengan keadaan Jalal “Aku melihat dalam mimpiku dan kamu bilang jangan berikan hukuman padanya karena perbuatanku, kemudian kamu menghantamkan keningmu ke dinding” Jodha meraba dahi Jalal yang dikiranya berdarah “Jangan khawatir, Ratu Jodha.Aku tidak apa apa, aku bersamamu sekarang, kamu mungkin kecapekan makanya kamu bermimpi seperti itu, aku akan menidurkanmu” Jodha kemudian membaringkan tubuhnya dipangkuan Jalal, sementara Jalal menepuk nepuk bahunya, tiba tiba dari arah luar terdengar suara orang yang datang masuk ke tenda Jodha, Jodha dan Jalal nampak panik dan gelisah, Jalal segera bersembunyi dibalik meja “Radha, aku membutuhkan obat” kata perempuan yang masuk kedalam tenda Jodha, Jodha segera memberikan obat itu padanya, begitu perempuan itu pergi, Jalal keluar dari persembunyiannya “Yang Mulia, kamu harus pergi dari sini”, “Baiklah, tidak usah memikirkan tentang mimpimu, Ratu Jodha.istirahatlah” kemudian Jalal meninggalkan Jodha.
Jodha sedang menyiapkan makanan untuk para penduduk, seorang perempuan meminta Rukayah untuk bekerja, awalnya Rukayah tidak mau namun akhirnya menyerah tapi kemudian Rukayah duduk disebelah Moti untuk menikmati makanannya padahal pekerjaannya belum selesai, wanita yang tadi kembali mengajak Rukayah untuk melayani para penduduk bukannya menikmati makanannya, kemudian wanita tadi memberi Rukayah roti “Tolong bagikan roti ini ke semua orang” Rukayah menganggukkan kepalanya dan mulai membagikan roti tersebut ke setiap orang dan duduk kembali untuk menikmati makanannya namun wanita yang menyuruh Rukayah tadi tidak membiarkan Rukayah makan, ia kembali mau menyuruh Rukayah bekerja tapi tiba tiba seorang wanita yang lain datang menghampiri Jodha “Radha, kamu dipanggil ke sidang, disana ada satu kasus dan kamu harus memutuskannya” Jodha langsung mendatangi tempat tersebut, Rukayah mengikutinya. Ketika Jodha sudah sampai diruang sidang “Ada apa ? Apa yang terjadi ?” tiba tiba Jalal dihadapkan ke depan Jodha “Radha, laki laki ini dituduh telah melakukan sesuatu pada malam hari, ia telah meninggalkan tendanya sendiri dan berkeliaran disekitar tenda para wanita” Jodha sangat terkejut mendengarnya...Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar episode 458