Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 400. Dimakam Raja Jalalludin Muhammad Akbar...
Jiwa Jodha berkata : “Hubungan antara dua orang yaitu antara orang tua dan anaknya telah membangun hubungan itu sendiri, seperti hubungan cinta kita dan Salim adalah bukti cinta kita berdua”
Jiwa Jalal berkata : “Kamu benar, Salim adalah anak tercinta kita dan ia telah menjadi seorang pahlawan bangsa, akan tetapi saya berharap ia akan segera kembali ke Agra sesuai dengan perintahku, semua adalah harapanku”
Jiwa Jodha berkata : “Hubungan antara dua orang yaitu antara orang tua dan anaknya telah membangun hubungan itu sendiri, seperti hubungan cinta kita dan Salim adalah bukti cinta kita berdua”
Jiwa Jalal berkata : “Kamu benar, Salim adalah anak tercinta kita dan ia telah menjadi seorang pahlawan bangsa, akan tetapi saya berharap ia akan segera kembali ke Agra sesuai dengan perintahku, semua adalah harapanku”
Jiwa Jodha berkata : “Untuk itu semua dibutuhkan waktu tujuh tahun tetapi buat saya sehari rasanya setahun, saya selalu memperhatikan pintu gerbang dengan harapan Salim akan kembali, saya tidak tau bagaimana rupa Salim sekarang tetapi yang saya tau kini ia telah menjadi seorang ksatria”
Di istana kerajaan Mughal, Jodha sedang memperhatikan keluar melalui jendela kamarnya, sesaat kemudian Jalal datang menghampirinya sambil merengkuh bahunya dari belakang, “Aku telah mengirimkan banyak pesan untuk Salim agar ia kembali ke Agra akan tetapi ia tidak pernah mau kembali” kata Jalal, “Dia sedang mencari pengalaman disana, Yang Mulia” ujar Jodha, “Untuk itulah saya tidak memaksanya, meskipun tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan tidak untuk perintahku” kata Jalal lagi, “Aku sendiri juga tidak mendapatkan surat apapun darinya sekedar hanya untuk melihatnya saja” ujar Jodha, “Semua itu sudah berakhir sekarang, Salim akan segera kembali dipintu gerbang yang sama dimana dulu ia meninggalkan kita, Maan Sigh telah menceritakan padaku tentang kemampuannya, saya sangat bahagia Ratu Jodha … sekarang ia akan menjadi seorang raja yang agung” kata Jalal, “Kamu bahagia ? tanyakan padaku … saya mempunyai segalanya, kekuasaan, posisi, kekayaan tetapi tanyalah mengenai anakku” ujar Jodha, “Aku akan menemuimu dan saya tau bahwa kamu selalu memandangi gerbang, untuk melihat kapan anakkmu kembali” ujar Jodha lagi, “Aku tidak akan pernah menunggu anakku tetapi menunggu Raja India berikutnya, yang mengambil alih tempatku, yang akan menjadi raja untuk setiap orang, yang akan menjadi anak dan ayah bagi seluruh bangsa, saya ingin melihatnya sebagai raja yang agung seperti saya raja Jalalludin Muhammad Akbar, ia seharusnya seperti singa yang selalu bisa membidik targetnya dengan tepat setiap saat” kata Jalal bangga.
Di sebuah tempat yang tersembunyi didekat sungai, nampak seseorang keluar dari dalam sungai dan mencoba memanah salah satu prajurit yang sedang berjaga disana tetapi anak panahnya meleset tidak mengenai sasaran, prajurit tersebut langsung berteriak “Ada pemborentak yang datang ! tangkap ia !” , sesaat kemudian Salim keluar dari dalam air sungai dan mulai menyerang para prajurit yang berteriak tadi dengan panahnya, prajurit yang lainpun datang hendak menyerang Salim tetapi semuanya berhasil dilumpuhkan dengan satu anak panahnya, “Kamu tidak apa apa Farhan ?” tanya Salim pada salah satu pengawalnya yang bernama Farhan, “Tidak apa apa Pangeran Salim, saya baik baik saja” ujar Farhan, mendengar dirinya disebut sebagai pangeran, ada semacam kemarahan yang menari di kedua bola matanya, tangannya menggegam busurnya dengan keras, “Aku bukan pangeran tetapi Salim, panggil saya Salim saja” kata Salim, “Hari ini juga saya tidak akan menggunakan posisi yang diberikan oleh ayahku !” kata Salim, tak berapa lama kemudian Salim sudah dikelilingi oleh banyak tentara disekitarnya, ia mulai menyerang mereka dengan senjata tali besinya, Salim berhasil melumpuhkan mereka semua, sekali tebas puluhan nyawa melayang dan ia menyerang mereka sendirian, setelah semua prajurit musuh tewas bergelimpangan, Farhan pengawalnya memandangnya dari kejauhan dengan bangga, kemudian mereka saling berpelukan.
Di istana kerajaan Mughal, Jalal dan Jodha masih asyik membicarakan tentang Salim anak mereka, “Bagaimana dengan hatinya, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Seharusnya ia tidak boleh memiliki hati seperti aku, seharusnya ia hanya mempunyai keinginan untuk menang !” kata Jalal, “Kamu menginginkan ia menjadi orang yang tidak berperasaan ?” tanya Jodha lagi, “Yaaa … seperti saya dulu” kata Jalal sambil teringat kembali ke masa mudanya dulu, ia telah membunuh banyak orang diusianya yang masih sangatlah muda “Aku tidak mempunyai hati dan saya adalah ksatria yang tidak berperasaan !” kata Jalal muda.
Ketika semua musuh berhasil dilumpuhkan oleh Salim, Salim dan Farhan hendak meninggalkan tempat tersebut tetapi tiba tiba ada salah satu prajurit yang masih hidup mencoba menyerang Salim, ia mencoba menusuk hati Salim tetapi dengan sigap Salim langsung memegang lengannya dan berkata : “Aku harap kamu memilih bagian tubuh yang lain ketika menyerang saya ! saya dapat memaafkanmu tetapi kamu mencoba untuk menyerang hatiku ! segala sesuatu yang ada didunia ini bisa diperbaiki kembali ! tetapi hati ini … beberapa tahun yang lalu orang tuaku telah mematahkannya ! sejak saat itu saya selalu menjaganya agar aman, saya tidak akan membiarkan siapapun untuk merusaknya lagi ! saya bukanlah seorang ksatria yang tidak punya perasaan, saya adalah seorang ksatria yang tidak akan membiarkan siapapun yang melukai hatiku !” kata Salim dengan amarahnya kemudian ia langsung melumpuhkan prajurit tersebut seketika itu juga.
Di istana Agra, Jodha dan Jalal masih asyik bercakap cakap didepan jendela kamar Jodha, “Aku telah membuat banyak orang takut hanya dengan menyebut namaku saja, musuh musuhku biasanya takut padaku” kata Jalal sambil teringat kembali ke masa mudanya dulu, bagaimana perlakuannya pada orang lain di usianya yang masih sangatlah muda, Jalal tersenyum mengingatnya, bagaimana ketika dulu ia membunuh seorang Raja dan menyuruh prajuritnya untuk mengambil kepalanya dan mengirimkannya ke istana Raja tersebut.
Di tempat Salim melumpuhkan musuhnya, tak berapa lama kemudian dua prajurit Mughal datang menemui mereka, “Bawalah para prajurit ini ketempatnya dan jangan sampai mereka tau bahwa akulah yang telah membunuh mereka seperti ini ! katakan pada mereka bahwa ia telah bertarung dengan sangat baik dan membunuh 12 musuhnya kemudian mereka mati syahid, jangan biarkan anak anaknya melihat wajahnya karena mereka akan melihat ketakutan dimatanya dan mereka akan kehilangan rasa hormat itu !” kata Salim.
Sementara itu di istana Agra, “Aku sangat berharap anakku bisa memerintah negara dan bangsanya dengan baik !” ujar Jalal
Kembali ditempat Salim, Farhan bertanya pada Salim, ”Apa yang kamu inginkan Salim ? kamu selalu memenangi setiap pertempuran tetapi kamu tidak mencoba mengambil tempat itu dalam genggamanmu” kata Farhan, “Apa yang harus saya lakukan dengan membuat tempat tersebut berada dalam genggamanku ? ayahku telah membuat tempat tersebut dalam genggamannya juga tetapi saya tidak menginginkannya ! saya ingin memerintah dengan hati bukan dengan daerah jajahan, khususnya untuk satu hati yang telah membuat jantungku berdetak, saya hanya seorang Salim bukan pangeran Salim” begitu ujarnya pada Farhan, kemudian ia menunggangi kudanya dan berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Kembali di kamar Jodha, diistana Agra … “Pada masa yang mana ketika kamu tidak mempunyai hati, Yang Mulia ?” tanya Jodha penasaran, “Tapi sekarang saya telah mempunyai hati, Ratu Jodha … dan bagian dari hati itu telah kembali” ujar Jalal.
Diluar istana, beberapa pelayan sedang bercengkrama di taman sambil membersihkan kursi taman, “Kamu tau pangeran Danial tetap sama dari dulu yaa, sama sama gendut, dari kecil hingga sekarang tetap sama gendutnya” kata salah satu pelayan, “Yang Mulia pasti harus membuatkan turban yang sangat besar untuknya” timpal salah satu pelayan yang lainnya sambil tertawa terbahak bahak, salah satu pangeran datang menemui para pelayan itu, ”Beraninya kamu mengatakan kakakku gendut !” ujarnya sambil mengacungkan belatinya di leher pelayan tersebut, “Kami hanya bercanda, pangeran” kata pelayan itu ketakutan, sesaat kemudian seorang pangeran lainnya juga ikut menghampiri mereka, “Tapi tadi kamu mengatakan kalo Danial itu gendut !” sela pangeran tersebut, “Pergi kalian dari sini ! berharap saja bahwa pangeran Salim kembali kalau tidak saya akan membunuhmu !” bentaknya ke pelayan tadi.
Jiwa Jodha berkata : “Seorang manusia bisa melahirkan seorang anak didunia ini akan tetapi ia tidak bisa mendikte anaknya sesuai dengan pikiran mereka, Salim jelas sangat jauh berbeda perilakunya dibanding Jalal, sebuah babak baru akan membuka lembaran baru dengan kepulangan Salim nanti, ia telah membuat dua negara tetapi ia telah merusak rumahnya sendiri, kisah sejarah yang besar akan segera terungkap”
Ditengah perjalanan dengan kudanya menuju ketendanya , Farhan bertanya pada Salim : “Apa yang akan kamu katakan pada Maan Sigh nanti ?” , Salimpun berfikir keras.
Sesampainya ditenda Maan Sigh, “Penyerangan macam apa itu, Salim ? kamu mendatangi tempat mereka dan menyerang mereka ?” tanya Maan Sigh, “Pertempuran ini telah berlangsung beberapa tahun, banyak prajurit yang telah mati, saya telah menghabisi mereka semua dan saya harap Rajamu akan senang akan semua ini” kata Salim ketus, “Hidupmu lebih berharga, Salim” kata Maan Sigh, “Nyawa setiap prajurit juga sama berharganya dan saya senang karena saya bisa mendatangi tempat musuh, kamu seharusnya juga bahagia bahwa saya telah menyelamatkan prajurit prajurit Rajamu !” kata Salim lagi, “Dia adalah ayahmu, Salim … Yang Mulia telah memerintahkan untuk memanggilmu pulang, menurutnya pelajaranmu tentang berperang telah selesai” bujuk Maan Sigh, “Yang Mulia memang telah mengirimkan banyak perintah untukku dan saya juga telah menolaknya untuk pulang, katakan pada mereka bahwa saat ini saya juga menolaknya, saya tidak akan kembali ke istana !” ujar Salim ketus, kemudian pergi berlalu meninggalkan Maan Sigh, namun Maan Sigh segera menghentikan langkahnya dan berkata : “Kali ini kamu harus kembali, Salim ! kamu tidak bisa mengatakan tidak, atau akan ada seseorang yang akan membawamu pulang !” kata Maan Sigh.
Setelah keluar dari tenda Maan Sigh, sambil menuju ketendanya sendiri, Salim berkata ke Farhan : “Aku tidak akan kembali ke Agra saat ini juga ! saya telah memutuskan untuk tidak pernah pulang kesana !” ujarnya sambil memasuki tendanya, sesampainya di tenda, Salim sangat terkejut karena disana dilihatnya Hamida yang sedang duduk menunggu kedatangannya, Salim sangat senang melihat kedatangan Hamida, ia lalu memberi salam sambil tersenyum senang, Hamida juga sangat bahagia bisa melihat cucunya yang sudah tumbuh dewasa sekarang, kemudian Hamida mencium keningnya dan menatapnya haru, “Akhirnya saya bisa melihat bagian hatiku setelah 7 tahun ini, dulu kamu telah berjanji padaku bahwa kamu akan bersamaku, tetapi saya dengar bahwa kamu tidak ingin kembali ke Agra, kamu tidak ingin mengikuti perintahku” kata Hamida, “Bagaimana keadaan nenek ?” tanya Salim sambil mencoba mengalihkan pembicaraan, “Aku tidak menyangka bahwa cucuku Salim akan menjadi seorang pribadi yang baik, kedua orangtuamu sangat bangga padamu, Salim … ayahmu selalu berfikir bahwa kamu tidak mau pulang ke Agra, karena kamu kelihatannya sangat sibuk dengan pelajaranmu disini, tetapi saya tau itu semua karena kamu marah pada kedua orangtuamu, dan kali ini saya datang kesini untuk mengajakmu pulang” bujuk Hamida.
“Aku minta maaf, nenek … tetapi saya tidak bisa pulang, saya harus banyak belajar disini” kata Salim, mendengar penolakan cucunya, Hamida langsung mengambil tongkatnya dan hendak mencoba untuk berdiri meskipun agak limbung sedikit tetapi berhasil dipegang oleh Salim, “Baiklah … kamu telah menolak nenekmu sendiri, yang seharusnya mendapatkan bantuan di usianya yang sudah renta ini tetapi saya pikir saya harus pulang tanpa ada yang membantuku” kata Hamida dengan nada memelas, ”Nenek …kamu akan pulang ke Agra tetapi dengan seseorang yang membantumu” ujar Salim, Hamida sangat senang mendengarnya, cucunya akhirnya mau kembali ke Agra dan Hamidapun langsung memeluknya erat.
Jiwa Jodha berkata : “Bagi Yang Mulia Raja … Salim adalah hidupnya, Yang Mulia hanya memikirkan Salim seorang tetapi sayangnya Salim mempunyai pikiran yang berbeda” BACA SELANJUTNYA SINOPSIS JODHA AKBAR EPISODE 401
Di istana kerajaan Mughal, Jodha sedang memperhatikan keluar melalui jendela kamarnya, sesaat kemudian Jalal datang menghampirinya sambil merengkuh bahunya dari belakang, “Aku telah mengirimkan banyak pesan untuk Salim agar ia kembali ke Agra akan tetapi ia tidak pernah mau kembali” kata Jalal, “Dia sedang mencari pengalaman disana, Yang Mulia” ujar Jodha, “Untuk itulah saya tidak memaksanya, meskipun tidak ada seorangpun yang bisa mengatakan tidak untuk perintahku” kata Jalal lagi, “Aku sendiri juga tidak mendapatkan surat apapun darinya sekedar hanya untuk melihatnya saja” ujar Jodha, “Semua itu sudah berakhir sekarang, Salim akan segera kembali dipintu gerbang yang sama dimana dulu ia meninggalkan kita, Maan Sigh telah menceritakan padaku tentang kemampuannya, saya sangat bahagia Ratu Jodha … sekarang ia akan menjadi seorang raja yang agung” kata Jalal, “Kamu bahagia ? tanyakan padaku … saya mempunyai segalanya, kekuasaan, posisi, kekayaan tetapi tanyalah mengenai anakku” ujar Jodha, “Aku akan menemuimu dan saya tau bahwa kamu selalu memandangi gerbang, untuk melihat kapan anakkmu kembali” ujar Jodha lagi, “Aku tidak akan pernah menunggu anakku tetapi menunggu Raja India berikutnya, yang mengambil alih tempatku, yang akan menjadi raja untuk setiap orang, yang akan menjadi anak dan ayah bagi seluruh bangsa, saya ingin melihatnya sebagai raja yang agung seperti saya raja Jalalludin Muhammad Akbar, ia seharusnya seperti singa yang selalu bisa membidik targetnya dengan tepat setiap saat” kata Jalal bangga.
Di sebuah tempat yang tersembunyi didekat sungai, nampak seseorang keluar dari dalam sungai dan mencoba memanah salah satu prajurit yang sedang berjaga disana tetapi anak panahnya meleset tidak mengenai sasaran, prajurit tersebut langsung berteriak “Ada pemborentak yang datang ! tangkap ia !” , sesaat kemudian Salim keluar dari dalam air sungai dan mulai menyerang para prajurit yang berteriak tadi dengan panahnya, prajurit yang lainpun datang hendak menyerang Salim tetapi semuanya berhasil dilumpuhkan dengan satu anak panahnya, “Kamu tidak apa apa Farhan ?” tanya Salim pada salah satu pengawalnya yang bernama Farhan, “Tidak apa apa Pangeran Salim, saya baik baik saja” ujar Farhan, mendengar dirinya disebut sebagai pangeran, ada semacam kemarahan yang menari di kedua bola matanya, tangannya menggegam busurnya dengan keras, “Aku bukan pangeran tetapi Salim, panggil saya Salim saja” kata Salim, “Hari ini juga saya tidak akan menggunakan posisi yang diberikan oleh ayahku !” kata Salim, tak berapa lama kemudian Salim sudah dikelilingi oleh banyak tentara disekitarnya, ia mulai menyerang mereka dengan senjata tali besinya, Salim berhasil melumpuhkan mereka semua, sekali tebas puluhan nyawa melayang dan ia menyerang mereka sendirian, setelah semua prajurit musuh tewas bergelimpangan, Farhan pengawalnya memandangnya dari kejauhan dengan bangga, kemudian mereka saling berpelukan.
Di istana kerajaan Mughal, Jalal dan Jodha masih asyik membicarakan tentang Salim anak mereka, “Bagaimana dengan hatinya, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Seharusnya ia tidak boleh memiliki hati seperti aku, seharusnya ia hanya mempunyai keinginan untuk menang !” kata Jalal, “Kamu menginginkan ia menjadi orang yang tidak berperasaan ?” tanya Jodha lagi, “Yaaa … seperti saya dulu” kata Jalal sambil teringat kembali ke masa mudanya dulu, ia telah membunuh banyak orang diusianya yang masih sangatlah muda “Aku tidak mempunyai hati dan saya adalah ksatria yang tidak berperasaan !” kata Jalal muda.
Ketika semua musuh berhasil dilumpuhkan oleh Salim, Salim dan Farhan hendak meninggalkan tempat tersebut tetapi tiba tiba ada salah satu prajurit yang masih hidup mencoba menyerang Salim, ia mencoba menusuk hati Salim tetapi dengan sigap Salim langsung memegang lengannya dan berkata : “Aku harap kamu memilih bagian tubuh yang lain ketika menyerang saya ! saya dapat memaafkanmu tetapi kamu mencoba untuk menyerang hatiku ! segala sesuatu yang ada didunia ini bisa diperbaiki kembali ! tetapi hati ini … beberapa tahun yang lalu orang tuaku telah mematahkannya ! sejak saat itu saya selalu menjaganya agar aman, saya tidak akan membiarkan siapapun untuk merusaknya lagi ! saya bukanlah seorang ksatria yang tidak punya perasaan, saya adalah seorang ksatria yang tidak akan membiarkan siapapun yang melukai hatiku !” kata Salim dengan amarahnya kemudian ia langsung melumpuhkan prajurit tersebut seketika itu juga.
Di istana Agra, Jodha dan Jalal masih asyik bercakap cakap didepan jendela kamar Jodha, “Aku telah membuat banyak orang takut hanya dengan menyebut namaku saja, musuh musuhku biasanya takut padaku” kata Jalal sambil teringat kembali ke masa mudanya dulu, bagaimana perlakuannya pada orang lain di usianya yang masih sangatlah muda, Jalal tersenyum mengingatnya, bagaimana ketika dulu ia membunuh seorang Raja dan menyuruh prajuritnya untuk mengambil kepalanya dan mengirimkannya ke istana Raja tersebut.
Di tempat Salim melumpuhkan musuhnya, tak berapa lama kemudian dua prajurit Mughal datang menemui mereka, “Bawalah para prajurit ini ketempatnya dan jangan sampai mereka tau bahwa akulah yang telah membunuh mereka seperti ini ! katakan pada mereka bahwa ia telah bertarung dengan sangat baik dan membunuh 12 musuhnya kemudian mereka mati syahid, jangan biarkan anak anaknya melihat wajahnya karena mereka akan melihat ketakutan dimatanya dan mereka akan kehilangan rasa hormat itu !” kata Salim.
Sementara itu di istana Agra, “Aku sangat berharap anakku bisa memerintah negara dan bangsanya dengan baik !” ujar Jalal
Kembali ditempat Salim, Farhan bertanya pada Salim, ”Apa yang kamu inginkan Salim ? kamu selalu memenangi setiap pertempuran tetapi kamu tidak mencoba mengambil tempat itu dalam genggamanmu” kata Farhan, “Apa yang harus saya lakukan dengan membuat tempat tersebut berada dalam genggamanku ? ayahku telah membuat tempat tersebut dalam genggamannya juga tetapi saya tidak menginginkannya ! saya ingin memerintah dengan hati bukan dengan daerah jajahan, khususnya untuk satu hati yang telah membuat jantungku berdetak, saya hanya seorang Salim bukan pangeran Salim” begitu ujarnya pada Farhan, kemudian ia menunggangi kudanya dan berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Kembali di kamar Jodha, diistana Agra … “Pada masa yang mana ketika kamu tidak mempunyai hati, Yang Mulia ?” tanya Jodha penasaran, “Tapi sekarang saya telah mempunyai hati, Ratu Jodha … dan bagian dari hati itu telah kembali” ujar Jalal.
Diluar istana, beberapa pelayan sedang bercengkrama di taman sambil membersihkan kursi taman, “Kamu tau pangeran Danial tetap sama dari dulu yaa, sama sama gendut, dari kecil hingga sekarang tetap sama gendutnya” kata salah satu pelayan, “Yang Mulia pasti harus membuatkan turban yang sangat besar untuknya” timpal salah satu pelayan yang lainnya sambil tertawa terbahak bahak, salah satu pangeran datang menemui para pelayan itu, ”Beraninya kamu mengatakan kakakku gendut !” ujarnya sambil mengacungkan belatinya di leher pelayan tersebut, “Kami hanya bercanda, pangeran” kata pelayan itu ketakutan, sesaat kemudian seorang pangeran lainnya juga ikut menghampiri mereka, “Tapi tadi kamu mengatakan kalo Danial itu gendut !” sela pangeran tersebut, “Pergi kalian dari sini ! berharap saja bahwa pangeran Salim kembali kalau tidak saya akan membunuhmu !” bentaknya ke pelayan tadi.
Jiwa Jodha berkata : “Seorang manusia bisa melahirkan seorang anak didunia ini akan tetapi ia tidak bisa mendikte anaknya sesuai dengan pikiran mereka, Salim jelas sangat jauh berbeda perilakunya dibanding Jalal, sebuah babak baru akan membuka lembaran baru dengan kepulangan Salim nanti, ia telah membuat dua negara tetapi ia telah merusak rumahnya sendiri, kisah sejarah yang besar akan segera terungkap”
Ditengah perjalanan dengan kudanya menuju ketendanya , Farhan bertanya pada Salim : “Apa yang akan kamu katakan pada Maan Sigh nanti ?” , Salimpun berfikir keras.
Sesampainya ditenda Maan Sigh, “Penyerangan macam apa itu, Salim ? kamu mendatangi tempat mereka dan menyerang mereka ?” tanya Maan Sigh, “Pertempuran ini telah berlangsung beberapa tahun, banyak prajurit yang telah mati, saya telah menghabisi mereka semua dan saya harap Rajamu akan senang akan semua ini” kata Salim ketus, “Hidupmu lebih berharga, Salim” kata Maan Sigh, “Nyawa setiap prajurit juga sama berharganya dan saya senang karena saya bisa mendatangi tempat musuh, kamu seharusnya juga bahagia bahwa saya telah menyelamatkan prajurit prajurit Rajamu !” kata Salim lagi, “Dia adalah ayahmu, Salim … Yang Mulia telah memerintahkan untuk memanggilmu pulang, menurutnya pelajaranmu tentang berperang telah selesai” bujuk Maan Sigh, “Yang Mulia memang telah mengirimkan banyak perintah untukku dan saya juga telah menolaknya untuk pulang, katakan pada mereka bahwa saat ini saya juga menolaknya, saya tidak akan kembali ke istana !” ujar Salim ketus, kemudian pergi berlalu meninggalkan Maan Sigh, namun Maan Sigh segera menghentikan langkahnya dan berkata : “Kali ini kamu harus kembali, Salim ! kamu tidak bisa mengatakan tidak, atau akan ada seseorang yang akan membawamu pulang !” kata Maan Sigh.
Setelah keluar dari tenda Maan Sigh, sambil menuju ketendanya sendiri, Salim berkata ke Farhan : “Aku tidak akan kembali ke Agra saat ini juga ! saya telah memutuskan untuk tidak pernah pulang kesana !” ujarnya sambil memasuki tendanya, sesampainya di tenda, Salim sangat terkejut karena disana dilihatnya Hamida yang sedang duduk menunggu kedatangannya, Salim sangat senang melihat kedatangan Hamida, ia lalu memberi salam sambil tersenyum senang, Hamida juga sangat bahagia bisa melihat cucunya yang sudah tumbuh dewasa sekarang, kemudian Hamida mencium keningnya dan menatapnya haru, “Akhirnya saya bisa melihat bagian hatiku setelah 7 tahun ini, dulu kamu telah berjanji padaku bahwa kamu akan bersamaku, tetapi saya dengar bahwa kamu tidak ingin kembali ke Agra, kamu tidak ingin mengikuti perintahku” kata Hamida, “Bagaimana keadaan nenek ?” tanya Salim sambil mencoba mengalihkan pembicaraan, “Aku tidak menyangka bahwa cucuku Salim akan menjadi seorang pribadi yang baik, kedua orangtuamu sangat bangga padamu, Salim … ayahmu selalu berfikir bahwa kamu tidak mau pulang ke Agra, karena kamu kelihatannya sangat sibuk dengan pelajaranmu disini, tetapi saya tau itu semua karena kamu marah pada kedua orangtuamu, dan kali ini saya datang kesini untuk mengajakmu pulang” bujuk Hamida.
“Aku minta maaf, nenek … tetapi saya tidak bisa pulang, saya harus banyak belajar disini” kata Salim, mendengar penolakan cucunya, Hamida langsung mengambil tongkatnya dan hendak mencoba untuk berdiri meskipun agak limbung sedikit tetapi berhasil dipegang oleh Salim, “Baiklah … kamu telah menolak nenekmu sendiri, yang seharusnya mendapatkan bantuan di usianya yang sudah renta ini tetapi saya pikir saya harus pulang tanpa ada yang membantuku” kata Hamida dengan nada memelas, ”Nenek …kamu akan pulang ke Agra tetapi dengan seseorang yang membantumu” ujar Salim, Hamida sangat senang mendengarnya, cucunya akhirnya mau kembali ke Agra dan Hamidapun langsung memeluknya erat.
Jiwa Jodha berkata : “Bagi Yang Mulia Raja … Salim adalah hidupnya, Yang Mulia hanya memikirkan Salim seorang tetapi sayangnya Salim mempunyai pikiran yang berbeda” BACA SELANJUTNYA SINOPSIS JODHA AKBAR EPISODE 401