Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 390. Salim sedang duduk diteras istana ketika anak anak yang lain datang kesana, saat itu Danial sedang menghitung burung gagak yang sedang terbang diatasnya dilangit. “Danial, kau sedang apa ???” tanya Murad, “Aku sedang menghitung burung gagak” jawab Danial, “Kamu gak bisa menghitung, mereka kan terbang kesana kemari” kata Murad, “Lalu bagaimana kita bisa mengetahui jumlah burung burung gagak itu ???” tanya Danial, tepat pada saat itu Birbal sedang melintas disekitar mereka, “Kita sebaiknya tanya paman Birbal saja, ia selalu membuat orang orang diruang sidang itu tertawa” ujar Haidar, kemudian Murad segera berlari menghampiri Birbal dan menghentikan langkahnya, dan tak berapa lama kemudian Birbal menghampiri anak anak itu bersama dengan Murad , “Paman Birbal, amu membantuku ?” tanya Danial, “Ada apa ?” jawab Birbal, “Aku ingin tahu jumlah burung burung gagak itu, saya gak bisa menghitungnya” kata Danial, mendengar pertanyaan Danial, Birbal bicara dalam hati : “Anak anak ini rupanya ingin membodohi aku” bathin Birbal, “Baiklah … dilangit itu sekarang ada 45 burung gagak !” kata Birbal, “Salah ! ketika Danial menghitung tadi ada 104 burung gagak, paman !” ujar Murad, “Yaaa sekarang mereka cuma ada 45 burung gagak, burung gagak yang lainnya itu datang dari Negara lain seperti Amer, Ajmer … burung burung gagak kita selalu bertemu dengan mereka” kata Birbal sambil melihat Salim yang sedang duduk termenung menyendiri, Salim kelihatan sedang sedih kemudian Birbal mendekati duduk disamping Salim. “Pangeran Salim, kenapa kau bersedih ? tertawalah ….. itu bagus untuk kesehatan” kata Birbal, Salim hanya diam saja. “Sekarang saya akan bertanya sesuatu pada kalian, tolong katakan padaku tempat apa yang gak ada matahari yang bersinar terang dan sinar bulanpun gak bisa menyinarinya?” tanya Birbal ke anak anak, mereka berusaha berfikir keras, berusaha mencari jawaban atas pertanyaan Birbal, kecuali Salim yang masih asyik dengan dunianya sendiri. “Tempat apa itu, paman Birbal ? bisakah kau katakan pada kami” tanya Murad. “Baiklah … jawabannya adalah ke-ge-la-pan, jika sinar matahari dan sinar bulan gak dapat mencapainya, disanalah ada kegelapan” jelas Birbal, semua anak anak diam mendengarkan Birbal, setelah anak anak merasa puas dengan jawaban Birbal, Birbal pun pergi meninggalkan mereka, tepat pada saat itu pelayan datang dan menyuruh Salim untuk menemui Jalal, “Pangeran Salim, Yang Mulia memanggil kau … “ kata pelayan, Salim sangat kaget mendengarnya.
Dikamar Jodha, Salim mendatangi Jalal dan Jodha dengan muka masam, Salim yakin kalau ia akan mendapatkan hukuman lagi dari ayah dan ibunya, “Sekhu Baba, apakah kau melukai Moti Bai ?” tanya Jalal, ditanya seperti itu oleh ayahnya, Salim langsung menengadahkan mukanya melirik kearah Jodha dengan tatapan gak suka, Jodha juga membalas memandangnya dengan perasaan sedih, Jodha yakin kalau Salim pasti akan mengira bahwa dirinyalah yang mengadu ke Jalal. “Yaa !! saya yang melakukannya !” jawab Salim sambil menundukkan kepalanya kebawah, “Apakah kau sudah meminta maaf padanya ?” tanya Jalal lagi, “Tidak !! saya gak akan meminta maaf padanya !!” jawab Salim lantang. “Salim, kau gak akan terlihat kecil dengan meminta maaf, nak” bujuk Jodha sambil memegang bahu Salim, “Apakah kau akan menghukum saya juga karena hal ini ?” tanya Salim, “Apalagi yang kau pikirkan, apakah kau pikir saya akan memujimu ? kau telah melakukan kesalahan jadi kau harus mendapatkan hukuman !” kata Jalal dengan nada tinggi, kemudian Jalal menggandeng Salim tapi Jodha berusaha menghentikan niatnya, “Yang Mulia …..” ujar Jodha, “Tidak, Ratu Jodha … saya minta kau jangan ikut campur dalam hal ini !” kata Jalal dengan tatapan marahnya, kemudian berlalu membawa Salim keluar kamar.
Diteras ditengah halaman istana, Jalal menyuruh Salim berdiri disana padahal matahari saat itu sedang bersinar sangat terik, “Kamu harus berdiri disini dibawah sinar matahari !” perintah Jalal, Salim hanya diam saja menuruti perintah ayahnya, “Pelayan ! jangan beri apapun pada pangeran Salim, jangan beri makanan atau minuman ! ia juga gak boleh bergeser dari tempat ini ! sampai ia meminta maaf pada Moti Bai !” perintah Jalal pada semua pelayannya yang sedang berdiri disana, kemudian Jalal meninggalkan tempat itu. Dari balkon istana, Jodha menatap Salim dengan perasaan sedih, tiba tiba Hamida datang menghampirinya, “Jodha, bagaimana bisa Jalal berbuat seperti itu pada anaknya ? saya akan bicara sama Jalal !” kata Hamida, “Ibu, itu gak perlu … ia gak akan mendengarkan, lebih baik … cobalah ibu bicara sama Salim, buat Salim mengerti bahwa ia seharusnya meminta maaf sama Moti, dengan begitu ia akan dimaafkan” pinta Jodha, Hamida setuju dengan usul Jodha, kemudian Hamida mendekati Salim yang masih berdiri diteras, dari kejauhan Jalal melihat ibunya mendekati Salim, Jodha pun masih memperhatikan Salim dari balkon istana. “Salim, hari ini sangat panas sekali, kau pasti lapar … kau biasanya setuju dengan semua permintaan nenek, sekarang nenek meminta agar kau minta maaf sama Moti Bai, kau mau kan ?” bujuk Hamida, “Tidak ! saya gak akan meminta maaf, saya gak membutuhkan minuman dan makanan, saya akan tetap berdiri disini !” kata Salim lantang, mendengar kata kata cucunya, Hamida gak bisa berbuat apa apa, Salim memang sama keras kepalanya seperti ayah dan ibunya, Hamidapun meninggalkan Salim dengan perasaan sedih. Tak berapa lama kemudian, ketika matahari sedang terik teriknya bersinar, Salim merasakan tubuhnya mengeluarkan keringat yang cukup banyak, dan tiba tiba dirasakannya pusing yang teramat sangat hingga membuat padangannya kosong, hitam … Salim sempoyongan dan akhirnya tubuhnya pun lemas hingga jatuh terkulai, Jodha dan Jalal yang memperhatikan dari kejauhan langsung panic begitu melihat anak mereka jatuh, “Saaaaalllliiiiimmmm !!!!!” teriak Jodha, Jalal yang berdiri agak dekat dengan Salim langsung berlari mendekati Salim dan berusaha membangunkannya, sementara itu Jodhapun segera keluar dari istana, dan sesampainya disana … Jodha panic melihat keadaan Salim dan menatap Jalal dengan perasaan gak suka, “Panggil tabib ceppaaaatttt !!!” perintah Jalal.
Setelah Salim ditangani oleh tabib, Jodha mendatangi Jalal dikamarnya, “Apakah ini yang namanya hukuman, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Kamu ingin memberikannya sebuah pelajaran tapi kau malah menyakitinya” kata Jodha, “Ratu Jodha, kau gak mengerti … caraku memang berbeda akan tetapi saya ingin Salim belajar sesuatu” ujar Jalal, “Ini bukan tentang belajar sesuatu, Yang Mulia … Salim hanya berfikir bahwa ini hanyalah sebuah hukuman” kata Jodha, “Aku gak takut akan hal itu, saya gak ingin ia melakukan hal seperti ini terus menerus, ia bisa saja berfikir bahwa semua ini cuma sebuah hukuman belaka, tapi ia perlu belajar semua ini, melawan sinar matahari saja, ia gak bisa … lalu apa yang akan ia lakukan di medan perang ??” jelas Jalal, “Menjadi seorang ksatria dan raja itu gak membutuhkan seorang ibu, Ratu Jodha … ia harus belajar tentang hal ini dibawah teriknya sinar matahari untuk menjadi seorang raja !” kata Jalal dengan nada tinggi, Jalal dan Jodha terus beradu argument tentang cara mendidik Salim, “Dia bisa saja mengatakan semua ini gak perlu untuk menyelamatkan sebuah kerajaan, Yang Mulia” ujar Jodha, “Aku gak peduli, Ratu Jodha ! saya harus membuat ia kuat !” tandas Jalal, “Semuanya dengan proses, Yang Mulia … jangan membuatnya keras, ia juga butuh untuk belajar peduli” kata Jodha tegas, “Menjadi seorang raja, ia harus belajar semuanya tapi ia lemah” ujar Jalal, “Yaaa ,,, kau memang benar, Yang Mulia ,,, tapi bagaimana kalau ia mulai membencimu karena ini semua, Salim sekarang sudah mulai menjauh dari kita tapi ini semua dalam proses, kau telah membuatnya menjadi batu” kata Jodha, “Aku bisa menerimanya, Ratu Jodha … saya dulu juga berhati batu, saya menjadi seorang raja diusiaku yang ke 15 tahun, ketika saya mendapatkan kamu, saya baru berada pada jalan yang benar, saya yakin Salim juga akan menemukan seseorang” ujar Jalal, “Tapi bagaimana kalau ia mulai membenci kita akan semua ini, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Aku gak peduli, Ratu Jodha … ia masih anak anak, ia harus belajar berfikir tentang sebuah hukuman, tapi ketika ia tumbuh dewasa nanti, ia akan mengerti bahwa semua ini hanyalah sebuah pelajaran” ujar Jalal lagi, “Tidak ada seorangpun yang lebih mengerti daripada seorang ibu, saya telah melihat kebencian dalam dirinya, kebencian itu terlihat di matanya, Yang Mulia” jelas Jodha, “Kamu harus menanggalkan pikiran keibuanmu itu, Ratu Jodha … dan berfikirlah sebagai Mariam Uz Zamani, menjadi seorang raja harus bisa melihat darah, harus bisa mendapatkan luka luka didada, ia gak akan mendapatkan pengobatan untuk itu hanya karena ia menjadi seorang raja, maka Kesultanan Mughal akan terlindungi” ujar Jalal, “Yaaa … Kesultanan Mughal memang akan terlindungi, Yang Mulia … tapi bagaimana dengan kita ? kita akan sendirian … saya sangat berharap kau bisa mengerti akan semua ini” kata Jodha dengan perasaan sedih.
Dikamar Salim, Tabib yang memeriksa Salim mengatakan pada Jodha bahwa Salim akan baik baik saja, “Lebih baik Yang Mulia Ratu istirahat saja “ kata tabib, “Ketika anakku sedang sakit, bagaimana saya bisa istirahat, tabib ? terima kasih sudah memeriksa kondisi Salim, saya akan disini saja menemaninya” ujar Jodha, kemudian tabib itupun meninggalkan Jodha. Tak berapa lama kemudian Salim sadar dari pingsannya, Jodha sangat bahagia sekali melihat Salim sudah sadar, kemudian Salim bangun dari tidurnya. “Salim, apakah kau membutuhkan sesuatu ? apa yang bisa ibu bawakan untukmu, nak ? ibu akan bawakan air putih buat kau yaa … “ kata Jodha, sementara Salim hanya diam saja. Jodha membawakan segelas air putih untuk Salim tapi Salim malah mengelaknya hingga airnya tumpah sedikit, “Salim, apa yang kau inginkan sayang ?” tanya Jodha heran dengan sikap Salim, “Aku ingin ibu pergi dari sini ! jauh jauh dari saya ! saya ingin ibu gak usah lagi mendekati saya !” bentak Salim, Jodha benar benar terkejut mendengar ucapan Salim dan tak terasa gelas yang dibawanya terlepas jatuh dari tangannya, “Salim, apa yang kau katakan ???” tanya Jodha heran, “Mengapa kau melakukan semua ini ke ibu ? saya adalah ibumu ! ibu kandungmu ! hati ibu sedih mendengar kata katamu tadi, kau tahu … ibu gak bisa hidup tanpamu, sayang …” ujar Jodha, “Hhh .... kau bisa ! ibu telah membuat ayah menghukumku secepatnya ! dan membuang saya ! sekarang kau mengeluh padaku !” bentak Salim lagi, Jodha gak percaya dengan kata kata yang diucapkan oleh anaknya ini, “Ibu Rukayah benar ! ibu gak pernah mencintai saya ! cuma ia yang mencintai saya ! ia gak pernah mengeluh ke ayah tentang saya !” bentak Salim sambil berlalu dari sana, Jodha sangat terkejut dan menangis, Jodha gak menyangka Salim akan berbuat seperti ini padanya, “Kamu telah melakukan hal yang gak baik, Ratu Rukayah !” kata Jodha geram.
Dikamar Rukayah, Rukayah sedang asyik menikmati hookahnya, Jodha datang menemuinya dengan kemarahan yang memuncak, Rukayah menawari Jodha untuk menghisap hookah, “Ratu Rukayah, kau bisa membuat asap gak hanya dengan hookahmu itu saja !” kata Jodha marah, “Apa ???? saya gak tahu apa yang kau katakan, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah, “Tapi saya mengerti apa yang kau lakukan dan apa yang kau inginkan, Ratu Rukayah !” kata Jodha, “Apa maksudmu, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah lagi. “Bukankah kau yang mengatakan pada Yang Mulia apa yang dilakukan Salim ke Moti ? kau tahu kan … Yang Mulia pasti akan menghukumnya, tapi kau tetap mengatakan padanya dan mengatakan kalo saya menyembunyikan sesuatu darinya !” kata Jodha dengan nada tinggi, “Kamu sangat tahu sekali, Ratu Rukayah … bahwa Yang Mulia pasti akan menghukum Salim dan Salim akan mengira bahwa akulah yang menceritakan semua ini tentang dia, kenapa kau lakukan semua ini, Ratu Rukayah ???” tanya Jodha, “Bukan begitu, Ratu Jodha … itu gak benar, saya kira kau sudah menceritakan yang sebenarnya ke Yang Mulia, jadi saya menemuinya untuk melindungi Salim” bela Rukayah, “Aku gak mengatakan apa apa pada Yang Mulia, Ratu Rukayah !” hardik Jodha, “Ini semua agar Salim gak secepatnya mendapatkan hukuman ! tapi kau … kau malah mengatakan kalo saya menyembunyikan sesuatu darinya ! saya tahu kau adalah bariamminya (ibu tirinya) tapi jangan lupa bahwa saya adalah ibu kandungnya !” kata Jodha, “Ratu Jodha, niatku benar ….” bela Rukayah lagi, “Tidak, ada sesuatu yang gak benar, Ratu Rukayah … kau tahu bahwa Salim akan sangat membenci karena ini semua ! kau sengaja memberikan kebencian di hati Salim agar ia melawan saya !” kata Jodha. “Bukan … bukan begitu, Ratu Jodha … saya ingin Salim menjadi orang baik juga, saya gak ingin Yang Mulia menghukumnya makanya saya menemui Yang Mulia, saya gak bisa melakukan ini semua, saya kan juga ibunya … “ bela Rukayah, “Cukup !!! kau adalah bariammi !!! sekali lagi cuma ibu tiri !!! saya adalah ibunya ! ibu kandungnya !” tegas Jodha, kemudian berlalu dari sana, Rukayah sedikit tersinggung mendengar kata kata Jodha tapi setelah Jodha pergi jauh dari hadapannya, Rukayah tertawa terbahak bahak …. “Bagaimana kau bisa menghentikan aku, Ratu Jodha ??? ketika anakmu sendiri menyebutku ibu dan memanggilmu Mariam Uz Zamani !”BACA SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 391
Diteras ditengah halaman istana, Jalal menyuruh Salim berdiri disana padahal matahari saat itu sedang bersinar sangat terik, “Kamu harus berdiri disini dibawah sinar matahari !” perintah Jalal, Salim hanya diam saja menuruti perintah ayahnya, “Pelayan ! jangan beri apapun pada pangeran Salim, jangan beri makanan atau minuman ! ia juga gak boleh bergeser dari tempat ini ! sampai ia meminta maaf pada Moti Bai !” perintah Jalal pada semua pelayannya yang sedang berdiri disana, kemudian Jalal meninggalkan tempat itu. Dari balkon istana, Jodha menatap Salim dengan perasaan sedih, tiba tiba Hamida datang menghampirinya, “Jodha, bagaimana bisa Jalal berbuat seperti itu pada anaknya ? saya akan bicara sama Jalal !” kata Hamida, “Ibu, itu gak perlu … ia gak akan mendengarkan, lebih baik … cobalah ibu bicara sama Salim, buat Salim mengerti bahwa ia seharusnya meminta maaf sama Moti, dengan begitu ia akan dimaafkan” pinta Jodha, Hamida setuju dengan usul Jodha, kemudian Hamida mendekati Salim yang masih berdiri diteras, dari kejauhan Jalal melihat ibunya mendekati Salim, Jodha pun masih memperhatikan Salim dari balkon istana. “Salim, hari ini sangat panas sekali, kau pasti lapar … kau biasanya setuju dengan semua permintaan nenek, sekarang nenek meminta agar kau minta maaf sama Moti Bai, kau mau kan ?” bujuk Hamida, “Tidak ! saya gak akan meminta maaf, saya gak membutuhkan minuman dan makanan, saya akan tetap berdiri disini !” kata Salim lantang, mendengar kata kata cucunya, Hamida gak bisa berbuat apa apa, Salim memang sama keras kepalanya seperti ayah dan ibunya, Hamidapun meninggalkan Salim dengan perasaan sedih. Tak berapa lama kemudian, ketika matahari sedang terik teriknya bersinar, Salim merasakan tubuhnya mengeluarkan keringat yang cukup banyak, dan tiba tiba dirasakannya pusing yang teramat sangat hingga membuat padangannya kosong, hitam … Salim sempoyongan dan akhirnya tubuhnya pun lemas hingga jatuh terkulai, Jodha dan Jalal yang memperhatikan dari kejauhan langsung panic begitu melihat anak mereka jatuh, “Saaaaalllliiiiimmmm !!!!!” teriak Jodha, Jalal yang berdiri agak dekat dengan Salim langsung berlari mendekati Salim dan berusaha membangunkannya, sementara itu Jodhapun segera keluar dari istana, dan sesampainya disana … Jodha panic melihat keadaan Salim dan menatap Jalal dengan perasaan gak suka, “Panggil tabib ceppaaaatttt !!!” perintah Jalal.
Setelah Salim ditangani oleh tabib, Jodha mendatangi Jalal dikamarnya, “Apakah ini yang namanya hukuman, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Kamu ingin memberikannya sebuah pelajaran tapi kau malah menyakitinya” kata Jodha, “Ratu Jodha, kau gak mengerti … caraku memang berbeda akan tetapi saya ingin Salim belajar sesuatu” ujar Jalal, “Ini bukan tentang belajar sesuatu, Yang Mulia … Salim hanya berfikir bahwa ini hanyalah sebuah hukuman” kata Jodha, “Aku gak takut akan hal itu, saya gak ingin ia melakukan hal seperti ini terus menerus, ia bisa saja berfikir bahwa semua ini cuma sebuah hukuman belaka, tapi ia perlu belajar semua ini, melawan sinar matahari saja, ia gak bisa … lalu apa yang akan ia lakukan di medan perang ??” jelas Jalal, “Menjadi seorang ksatria dan raja itu gak membutuhkan seorang ibu, Ratu Jodha … ia harus belajar tentang hal ini dibawah teriknya sinar matahari untuk menjadi seorang raja !” kata Jalal dengan nada tinggi, Jalal dan Jodha terus beradu argument tentang cara mendidik Salim, “Dia bisa saja mengatakan semua ini gak perlu untuk menyelamatkan sebuah kerajaan, Yang Mulia” ujar Jodha, “Aku gak peduli, Ratu Jodha ! saya harus membuat ia kuat !” tandas Jalal, “Semuanya dengan proses, Yang Mulia … jangan membuatnya keras, ia juga butuh untuk belajar peduli” kata Jodha tegas, “Menjadi seorang raja, ia harus belajar semuanya tapi ia lemah” ujar Jalal, “Yaaa ,,, kau memang benar, Yang Mulia ,,, tapi bagaimana kalau ia mulai membencimu karena ini semua, Salim sekarang sudah mulai menjauh dari kita tapi ini semua dalam proses, kau telah membuatnya menjadi batu” kata Jodha, “Aku bisa menerimanya, Ratu Jodha … saya dulu juga berhati batu, saya menjadi seorang raja diusiaku yang ke 15 tahun, ketika saya mendapatkan kamu, saya baru berada pada jalan yang benar, saya yakin Salim juga akan menemukan seseorang” ujar Jalal, “Tapi bagaimana kalau ia mulai membenci kita akan semua ini, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Aku gak peduli, Ratu Jodha … ia masih anak anak, ia harus belajar berfikir tentang sebuah hukuman, tapi ketika ia tumbuh dewasa nanti, ia akan mengerti bahwa semua ini hanyalah sebuah pelajaran” ujar Jalal lagi, “Tidak ada seorangpun yang lebih mengerti daripada seorang ibu, saya telah melihat kebencian dalam dirinya, kebencian itu terlihat di matanya, Yang Mulia” jelas Jodha, “Kamu harus menanggalkan pikiran keibuanmu itu, Ratu Jodha … dan berfikirlah sebagai Mariam Uz Zamani, menjadi seorang raja harus bisa melihat darah, harus bisa mendapatkan luka luka didada, ia gak akan mendapatkan pengobatan untuk itu hanya karena ia menjadi seorang raja, maka Kesultanan Mughal akan terlindungi” ujar Jalal, “Yaaa … Kesultanan Mughal memang akan terlindungi, Yang Mulia … tapi bagaimana dengan kita ? kita akan sendirian … saya sangat berharap kau bisa mengerti akan semua ini” kata Jodha dengan perasaan sedih.
Dikamar Salim, Tabib yang memeriksa Salim mengatakan pada Jodha bahwa Salim akan baik baik saja, “Lebih baik Yang Mulia Ratu istirahat saja “ kata tabib, “Ketika anakku sedang sakit, bagaimana saya bisa istirahat, tabib ? terima kasih sudah memeriksa kondisi Salim, saya akan disini saja menemaninya” ujar Jodha, kemudian tabib itupun meninggalkan Jodha. Tak berapa lama kemudian Salim sadar dari pingsannya, Jodha sangat bahagia sekali melihat Salim sudah sadar, kemudian Salim bangun dari tidurnya. “Salim, apakah kau membutuhkan sesuatu ? apa yang bisa ibu bawakan untukmu, nak ? ibu akan bawakan air putih buat kau yaa … “ kata Jodha, sementara Salim hanya diam saja. Jodha membawakan segelas air putih untuk Salim tapi Salim malah mengelaknya hingga airnya tumpah sedikit, “Salim, apa yang kau inginkan sayang ?” tanya Jodha heran dengan sikap Salim, “Aku ingin ibu pergi dari sini ! jauh jauh dari saya ! saya ingin ibu gak usah lagi mendekati saya !” bentak Salim, Jodha benar benar terkejut mendengar ucapan Salim dan tak terasa gelas yang dibawanya terlepas jatuh dari tangannya, “Salim, apa yang kau katakan ???” tanya Jodha heran, “Mengapa kau melakukan semua ini ke ibu ? saya adalah ibumu ! ibu kandungmu ! hati ibu sedih mendengar kata katamu tadi, kau tahu … ibu gak bisa hidup tanpamu, sayang …” ujar Jodha, “Hhh .... kau bisa ! ibu telah membuat ayah menghukumku secepatnya ! dan membuang saya ! sekarang kau mengeluh padaku !” bentak Salim lagi, Jodha gak percaya dengan kata kata yang diucapkan oleh anaknya ini, “Ibu Rukayah benar ! ibu gak pernah mencintai saya ! cuma ia yang mencintai saya ! ia gak pernah mengeluh ke ayah tentang saya !” bentak Salim sambil berlalu dari sana, Jodha sangat terkejut dan menangis, Jodha gak menyangka Salim akan berbuat seperti ini padanya, “Kamu telah melakukan hal yang gak baik, Ratu Rukayah !” kata Jodha geram.
Dikamar Rukayah, Rukayah sedang asyik menikmati hookahnya, Jodha datang menemuinya dengan kemarahan yang memuncak, Rukayah menawari Jodha untuk menghisap hookah, “Ratu Rukayah, kau bisa membuat asap gak hanya dengan hookahmu itu saja !” kata Jodha marah, “Apa ???? saya gak tahu apa yang kau katakan, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah, “Tapi saya mengerti apa yang kau lakukan dan apa yang kau inginkan, Ratu Rukayah !” kata Jodha, “Apa maksudmu, Ratu Jodha ?” tanya Rukayah lagi. “Bukankah kau yang mengatakan pada Yang Mulia apa yang dilakukan Salim ke Moti ? kau tahu kan … Yang Mulia pasti akan menghukumnya, tapi kau tetap mengatakan padanya dan mengatakan kalo saya menyembunyikan sesuatu darinya !” kata Jodha dengan nada tinggi, “Kamu sangat tahu sekali, Ratu Rukayah … bahwa Yang Mulia pasti akan menghukum Salim dan Salim akan mengira bahwa akulah yang menceritakan semua ini tentang dia, kenapa kau lakukan semua ini, Ratu Rukayah ???” tanya Jodha, “Bukan begitu, Ratu Jodha … itu gak benar, saya kira kau sudah menceritakan yang sebenarnya ke Yang Mulia, jadi saya menemuinya untuk melindungi Salim” bela Rukayah, “Aku gak mengatakan apa apa pada Yang Mulia, Ratu Rukayah !” hardik Jodha, “Ini semua agar Salim gak secepatnya mendapatkan hukuman ! tapi kau … kau malah mengatakan kalo saya menyembunyikan sesuatu darinya ! saya tahu kau adalah bariamminya (ibu tirinya) tapi jangan lupa bahwa saya adalah ibu kandungnya !” kata Jodha, “Ratu Jodha, niatku benar ….” bela Rukayah lagi, “Tidak, ada sesuatu yang gak benar, Ratu Rukayah … kau tahu bahwa Salim akan sangat membenci karena ini semua ! kau sengaja memberikan kebencian di hati Salim agar ia melawan saya !” kata Jodha. “Bukan … bukan begitu, Ratu Jodha … saya ingin Salim menjadi orang baik juga, saya gak ingin Yang Mulia menghukumnya makanya saya menemui Yang Mulia, saya gak bisa melakukan ini semua, saya kan juga ibunya … “ bela Rukayah, “Cukup !!! kau adalah bariammi !!! sekali lagi cuma ibu tiri !!! saya adalah ibunya ! ibu kandungnya !” tegas Jodha, kemudian berlalu dari sana, Rukayah sedikit tersinggung mendengar kata kata Jodha tapi setelah Jodha pergi jauh dari hadapannya, Rukayah tertawa terbahak bahak …. “Bagaimana kau bisa menghentikan aku, Ratu Jodha ??? ketika anakmu sendiri menyebutku ibu dan memanggilmu Mariam Uz Zamani !”BACA SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 391