Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 222. Jalal sangat bahagia melihat Jodha ada di depannya. Dia berkata, "terima kasih tuhan, kamu di sini. saya yakin kamu akan datang padaku." Jalal hendak turun dari kudanya, tetapi begitu dia melihat ke arah Jodha, Jodha sudah lenyap. Tak ada siapa-siapa di tempatnya berdiri tadi. Jalal menatap sekeliling dengan penuh harap. tetapi tak ada siapapun. Jalal teringat kata-kata Jodha bahwa dia bukan hanya tidak bisa ikut denganya tetapi juga melarang Jalal mengikutinya. Dalam hati Jalal mengatakan kalau dia bertanggung jawab atas semuanya. Jodha pasti tersakiti saat dia mencurigainya. Dan kini dirinya yang merasa sakit ditolak Jodha, tetapi jalal merasa dirinya memang layak menerimanya.
Di Amer, Dadisa dan kakisa serta para pangeran berdiri di pintu gerbang menyambut kedatangan Jodha dan Bharmal. Jodha keluar dari tandu sambil mengendong patung Kanha. Semua tersenyum melihatnya. Bharmal mengandeng Jodha memasuki gerbang di mana Dadisa, kakisa dan para pangeran berdiri. Dadisa melakukan arti untuk menyambut Jodha. Jodha menyerahkan patung Kanha pada kakisa. Dadisa memyuruh kakisa meletakkan Kahna di tempat yang tepat. Jodha memberi salam pada Dadisa dengan menyentuh kakinya. Dadisa kemudian memeluk Jodha. Jodha bertanya di mana masa? Dadisa dengan sedikit kikuk mengatakan kalau menawati menunggu di dalam. Jodha mengatakan dia akan menemui menawati. tetapi kemudian dia teringat shehnaz. Jodha mnegenalkan shehnaz pada keluarganya dan menyuruh pelayan membawa shehnaz ke kamar. Shehnaz terlihat ragu-ragu, tetapi Jodha membujuk shehnaz agar jangan khawatir karena pelayan akan mengurusnya dan memenuhi segala kebutuhannya.
Di Amer, Dadisa dan kakisa serta para pangeran berdiri di pintu gerbang menyambut kedatangan Jodha dan Bharmal. Jodha keluar dari tandu sambil mengendong patung Kanha. Semua tersenyum melihatnya. Bharmal mengandeng Jodha memasuki gerbang di mana Dadisa, kakisa dan para pangeran berdiri. Dadisa melakukan arti untuk menyambut Jodha. Jodha menyerahkan patung Kanha pada kakisa. Dadisa memyuruh kakisa meletakkan Kahna di tempat yang tepat. Jodha memberi salam pada Dadisa dengan menyentuh kakinya. Dadisa kemudian memeluk Jodha. Jodha bertanya di mana masa? Dadisa dengan sedikit kikuk mengatakan kalau menawati menunggu di dalam. Jodha mengatakan dia akan menemui menawati. tetapi kemudian dia teringat shehnaz. Jodha mnegenalkan shehnaz pada keluarganya dan menyuruh pelayan membawa shehnaz ke kamar. Shehnaz terlihat ragu-ragu, tetapi Jodha membujuk shehnaz agar jangan khawatir karena pelayan akan mengurusnya dan memenuhi segala kebutuhannya.
Jodha menemui Menawati di kamarnya. Menawati sambil menangis bahagia menyambut Jodha dan memeluknya. Jdoha mengatakan dia marah pada Mena karena tidak menyambutnya di depan. Mena berkata,"aku ingin kesana, manisku. tetapi saya merasa malu. saya telah memintamu untuk tidak pernah datang ke Amer. saya merasa sangat bersalah telah mengatakan itu. Mungkin kamu tidak tahu, Jodha. Setiap saat yang saya habiskan terpisah darimu telah sangat sulit bagiku. saya membuat kesalahan yang sagat besar, Johda. Kumohon, maafkan aku. saya tidak adil padamu. saya bukan ibu yang baik." Jodha melarang Menawati bicara lagi, sambil mengusap airmata ibunya Jodha berkata, "tidak ibu. Jangan katakan hal seperti itu. saya tidak bisa tahan mendegar ibuku menjelek-jelekan dirinya sendiri." Jodha terlihat boneka di ranjang. Jodha mengambil boneka itu dan mendekapnya di dada. Jodha berkata, "mungkin kamu tidak tau ini, tetapi kamu adalah ibu terbaik di dunia. saya tidak marah pada apa yang kamu katakan padaku, ibu. Jika itu masalahnya, saya tidak akan pernah datang ke Amer. Ibu ayo kita lupakan masa lalu. Jangan lagi memikirkan tentang hal-hal yang membuat kita tidak bahagia. Lagipula kamu malarangku pulang ke Amer demi kebaikanku sendiri. saya tau kamu sangat mencintaiku." Menawati terharu melihat putrinya begitu penuh pengertian. Keduanya saling berpandangan lalu menawati meraih tubuh Jodha dan memeluknya. Dadisa datang dan berkata, "sudah kukatakan padamu, Menawati, Jodha punya hati yang besar. Dia tidak membenci musuhnya lalau bagaimana dia akan marah padamu?" Mena tersenyum mendengarnya dan berkata, "kau pasti lelah, pergilah istirahat." Dadisa mengingatkan Mena dan Jodha tentang ganghaur pooja. Menawati mengatakan kalau kini ganghaur akan dilakukan dengan penuh kebahagiaan karena kehadiran Jodha.
Jalal tiba di sebuah hutan. Dia turun dari kudanya dan menyuruh prajurit agar jangan mengikutinya, karena dia ingin di biarkan sendiri. Dengan berjalan kaki, Jalal memasuki lebatnya hutan. Di sebatang pohon yang sangat besar, Jalal menghentikan langkahnya dan berkeluh kesah. Jalal berkata, "bagaimana bisa saya melakukan ini pada Ratu Jodha? Bagaimana bisa saya mencurigai seseorang yang benar dan murni? saya telah kehilangan Ratu Jodha karena mempertanyakan kesetiaannya." Jalal terduduk di bawah pohon, tak kuat lagi menahan beban emosi dalam diri. Tanpa malu dia menangis keras. Jalal teringat saat Jodha melempar warna di kuil Krishna, mengingat tatapan marahnya dan ketika dia membalikan badan setelah mengatakan tak mau ikut ke Agra. Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapa. Jalal cepat-cepat menghapus air matanya. Seorang pria miskin menghampiri jalal dan mengulurkan makanan padanya sambil berkata, "...aku tidak tau alasan mengapa kamu menangis, tetapi saya telah mendengar jika kamu makan, maka rasa sakitmu akan berkurang." Jalal menatap pria itu dan bertanya, "apakah kamu membagi makanan itu dengan ku?" Pria itu mengatakan bahwa lebih baik melihat dua pria memakan separuh makanan di banding satu pria yang kelaparan. Jalal bertanya siapa kamu? Pria itu menjawab kalau dirinya hanyalah seorang pria miskin. Jalal tersenyum dan mengambil makanan itu sambil berkata, 'tapi kamu punya hati seorang kaisar. Terima kasih." Pria itu tidak terima dan berkata, "...hanya ada satu kaisar, Jalaluddin Muhammad. Dia tangguh dan berani. Dia adalah pejuang sejati. tetapi dia mengklaim kalau dirinya tidak punya hati. tetapi saya tidak percaya itu. Dia mungkin belum menyadari kalau dia punya hati. tetapi nanti ketika dia menyadarinya, mungkin itu sudah terlambat." Jalal menyantap makanannya dan menatap pria itu sesaat. Jalal teringat saat dia mengatakan pada Ruq kalau dirinya tidak punya hati. Melihat Jalal melamun, pria itu menyuruhnya makan. Jalal meletakkan makanannya dan mengambil kantong uangnya. Pria itu melihat dan berkata, "tidak! saya seorang pria miskin. tetapi saya bukan seorang pengemis. saya tidak butuh uang." Jalal meminta pria itu menyimpannya sebagai bayaran untuk makanan yang telah dia berikan. Pria itu mengatakan kalau begitu itu bukan pertukaran yang adil, "seorang yang lapar, makanan adalah hal yang paling penting. saya memberimu makanan, hal yang paling berharga bagiku. Jika kamu ingin memberiku sesuatu, maka berikan saya satu hal yang sangat berharga bagimu." Jalal mengangguk dan menyimpan kembali kantong uangnya. Dia mengambil satu koin yang lain, tersenyum dan mengatakan pada pria miskin itu, "aku memberikanmu milikku yang paling berharga. Seseorang memberikan koin ini padaku dan mengatakan bahwa saya seharusnya memberikannya pada orang yang mengenaliku." Jalal mengulurkan koin itu, tetapi pria miskin itu mengatakan kalau dirinya tidak mengenal Jalal. Jalal menyahut, "tapi kamu membuatku sadar kalau saya punya hati. saya selalu mengatakan kalau saya tidak punya hati. tetapi kamu membuatku sadar, bahwa saya juga mampu merasakan emosi." Pria miskin itu kemudian menyadari kalau pria di depannya adalah Jalal. Dia segera berlari kearahnya dan bersujud di kakinya sambil menangis dan memohon maaf atas kesalahannya. Jalal membantu pria itu berdiri dan mengatakan kalau dia tidak membuat kesalahan apapun, "kau baru saja membuatku menyadari bahwa saya punya hati. Terimalah koin ini." Pria itu menolak menerimanya, karena dia yakin koin itu telah di berikan oelah seseorang yang spesial. Jalal teringat saat Jodha memberikan koin itu padanya dan berkata, ~"koin itu akan selalu melindungimu. Jika seseorang pernah menganggapmu kamu punya hati, maka kamu bisa memberikan koin ini pada itu."~ Jalal mengangguk dan berkata, "hmm... itu adalah seseorang yang spesial yang memberikan ini padaku."
Di Agra, Jodha sedang duduk termenung dengan mata basah oleh air mata. Menawati memanggilnya, "Jodha!" Jodha cepat-cepat menghapus air matanya. Menawati dan dadisa menghampirinya. Menawati menunjukan sesuatu pada Jodha, tetapi saat melihat mata Jodha basah dia bertanya, "ini...Jodha. Ada apa? Mengapa kamu menangis?" Jodha menatap menawati dan Dadisa bergantian lalu mengeluarkan alasan kalau matanya berair karena pantulan cahaya matahari. Jodha kembali menghapus air yang terbendung di kelopak matanya. Menawati berkata, "kau bisa berpura-pura, Jodha. tetapi kamu tau kalau kamu menangis karena merindukan seseorang." Menawati mengambil kalung dan memberikannya pada Jodha agar memakainya saat festival ganghaur. Jodha bertanya kenapa menawati ingin dia memakainya? Menawati menjelaskan, "selama festival ini, kita berdoa kepada dewa shiva dan dewi parvati yang menjadi lambang kebahagiaan perkawinan. Kapanpun ayahmu pergi berperang, saya biasanya memakai kalung ini. Ini adalah simbol berkat dewi parvati untuk melindungi para suami dari setiap kejahatan dan bahaya." Tiba-tiba kalung yang di pegang Jodha terjatuh dan patah. Jodha dengan panik mengambilnya dan mengatakan pada ibunya kalau kalungnya patah. Menawati berkata, "tidak apa. kamu bisa menggunakan kalung ini." Menawati menyerahkan kalung lain pada Jodha. tetapi Jodha menolaknya. Dia mengatakan kalau dia akan memperbaiki kalung ini dan memakainya, dia takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada Jalal.
Jalal sedang berdiri melamun di bawah pohon, ketika dia mendengar suara berisik. Seorang pria bersenjata sedang mengendap-endap di belakangnhya. Jalal menyimpan koin pemberian Jodha di dalam lipatan tali pinggang lalu bergerak cepat untuk menahan tangan bersenjata yang terayun kearahnya dan melemparkan si pembokong ke tanah. Jalal dengan berang berkata, "Kau tidak berhasil dalam usahamu. Apakah kamu tau kenapa? Ajaran Khan baba dan doa rakyatku menjadi pelindungku setiap saat. Saat kamu menyerangku dari belakang, itu membuktikan kalau kamu seroang pengecut. Kalau orang sepertimu adalah prajuritku, saya akan langsung mengusirmu! Inilah cara memperlakukan seorang pengecut!" Jalal menghajar si pembokong habis-habisan hingga dia tidak bisa bergerak lagi. jalal menyuruh pria itu pergi dari pandangannya. Pria itu sekali lagi mencoba menusuk Jalal tepat di hatinya. Sekali lagi Jalal menahan tangan orang itu dan berkata, "kamu mencoba menusuk jantungku! saya biasa mengatakan bahwa saya tidak punya hati.Tapi sekarang saya telah menyadari kalau saya punya hati, tetapi hatiku tidak di dalam tubuhku. Hatiku telah kuberikan pada seseorang. Dan dia ingin saya selamat. saya tidak bisa membiarkanmu menghancurkan hatinya." Tiba-tiba terdengar seseorang berteriak sambil melompat dan mengayunkan pedang kearah Jalal. Jalal melemparkan si pembokong kearah penyerang yang baru. Seketika tebasan pedang orang tersebut mengenai si pembokong. Dengan leher berdarah-darah si pembokong jatuh ke tanah. Jalal menoleh kearah si penyerang yang baru datang. Jalal hanya dapat melihat punggungya dan berkata, "aku tidak tau siapa kamu. tetapi saya tidak mau membuang waktuku dengan mencoba untuk mengenalimu. saya selalu menatap musuhku sebelum saya membunuh mereka. Dan setelah saya melihat mereka saya tidak akan mengampuni mereka." Pria itu membalikan tubuhnya menghadap Jalal. Dia adalah Abul Mali. Jalal geram melihatnya. Abul mali berkata, "aku tidak akan mengampuni hidupmu juga, jalal. Kamu membuat kesalahan dengan mengampuni hidupku. saya tidak akan membuat kesalahan yang sama. saya tau bahwa kamu tidak terluka.Tapi itu tidak akan mencegahku dari membunuhmu." Abul mali tertawa terbahak-bahak sambil menatap kesekeliling. Jalal mengikuti arah tatapan abul mali. Dia melihat banyak pria bersenjata bersembunyi diatas pepohonan. Merekaa dalah anak buah Abul Mali.
Pria-pria itu kemudian turun dari pohon dan mengelilingi Jalal yang bediri kokoh tanpa gentar. Abul mali mengejek Jalal, "kau mungkin lebih beruntung daripada aku. tetapi saya memiliki kelicikan lebih banyak dari yang kamu punya. kamu adalah orang bodoh, berkelanan ke wilayah musuh tanpa prajurit. Dan itu juga demi seorang wanita. Dan walaupun telah mencarinya dengan susah payah, kamu tidak bisa menyakinkan dia untuk ikut bersamamu. Dia telah menolakmu. Membuangmu keluar dari hidupnya. Sekarang kamu akan memohon padaku untuk mengampuni hidupmu. Apa keinginan terakhirmu? Karena saya akan membunuhmu!" Jalal mengatakan kalau dirinya tidak ingin apapun. Mali bertanya, "lalau apa yang akan kamu lakukan?" Jalal mengatakan dia akan berdoa untuk terakhir kalinya. Abul mali bertanya dengan heran, "berdoa? Silahkan! saya harus memenuhi keinginan terakhir dari seseorang yang hampir mati." Jalal kemudian mengangkat kedua tanganya untuk berdoa. Melihat itu, pengeroyoknya, anak buah abul mali, membuang senjatanya dan ikut mengangkat tangan untuk berdoa. Melihat itu Abul mali jadi binggung. Dia menatap anak buahnya satu persatu, tanpa bisa mengatakan apa-apa. Selesai berdoa, Jalal membuka matanya, melihat abul mali yang kebingungan dan anak buahnya yang sedang beroda. Secepat kilat Jalal menyerang abul mali dan menodongkan senjata abul mali ke arah lehernya sendiri. Semua anak buahnya kaget dan bergegas mengambil senjatanya. tetapi sudah terlambat. Jalal telah berhasil menyandera abul mali. Jalal berkata, "kau telah membuat kesalahan Abul mali. kamu seharusnya tidak membiarkan saya berdoa. Tuhan telah mengabulkan keinginanku! Kamu tidak bisa menyakitiku!" bagai singa yang marah, Jalal merebut pedang abul mali dan melemparkannya jauh keluar arena. Satu persatu anak buah abul mali di bantai Jalal tanpa ampun. tetapi sayang, Jalal sedikit lengah sehingga sebuah sabetan pedang mengenai punggungnya.
Di saat bersamaan, di Amer, Jodha yang sedang memperbaiki kalung ganghaur tergores tanganya. Jodha berjingkat kesakitan. Jempolnya berdarah. Menawati yang melihat itu menegurnya. Jodha menjawab, "aku baik-baik saja, ibu. Baik-baik saja. jangan kuatir." Menawati meminta Jodha agar membiarkan saja kalung itu, nanti dia akan akan menyuruh pandai emas memperbaikinya. Jodha menolak, "tidak. saya akan memperbaikinya." Menawati dan Dadisa menatap Jodha dengan iba. Jodha sendiri terlihat cemas dan khawatir memikirkan jalal. Dalam hati jodha berkata, 'Dewi, kumohon lindungi suamiku!"
Di hutan, pundak Jalal terluka danberdarah-darah terkena sabetan pedang abul mali.
SELANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 223
Jalal tiba di sebuah hutan. Dia turun dari kudanya dan menyuruh prajurit agar jangan mengikutinya, karena dia ingin di biarkan sendiri. Dengan berjalan kaki, Jalal memasuki lebatnya hutan. Di sebatang pohon yang sangat besar, Jalal menghentikan langkahnya dan berkeluh kesah. Jalal berkata, "bagaimana bisa saya melakukan ini pada Ratu Jodha? Bagaimana bisa saya mencurigai seseorang yang benar dan murni? saya telah kehilangan Ratu Jodha karena mempertanyakan kesetiaannya." Jalal terduduk di bawah pohon, tak kuat lagi menahan beban emosi dalam diri. Tanpa malu dia menangis keras. Jalal teringat saat Jodha melempar warna di kuil Krishna, mengingat tatapan marahnya dan ketika dia membalikan badan setelah mengatakan tak mau ikut ke Agra. Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapa. Jalal cepat-cepat menghapus air matanya. Seorang pria miskin menghampiri jalal dan mengulurkan makanan padanya sambil berkata, "...aku tidak tau alasan mengapa kamu menangis, tetapi saya telah mendengar jika kamu makan, maka rasa sakitmu akan berkurang." Jalal menatap pria itu dan bertanya, "apakah kamu membagi makanan itu dengan ku?" Pria itu mengatakan bahwa lebih baik melihat dua pria memakan separuh makanan di banding satu pria yang kelaparan. Jalal bertanya siapa kamu? Pria itu menjawab kalau dirinya hanyalah seorang pria miskin. Jalal tersenyum dan mengambil makanan itu sambil berkata, 'tapi kamu punya hati seorang kaisar. Terima kasih." Pria itu tidak terima dan berkata, "...hanya ada satu kaisar, Jalaluddin Muhammad. Dia tangguh dan berani. Dia adalah pejuang sejati. tetapi dia mengklaim kalau dirinya tidak punya hati. tetapi saya tidak percaya itu. Dia mungkin belum menyadari kalau dia punya hati. tetapi nanti ketika dia menyadarinya, mungkin itu sudah terlambat." Jalal menyantap makanannya dan menatap pria itu sesaat. Jalal teringat saat dia mengatakan pada Ruq kalau dirinya tidak punya hati. Melihat Jalal melamun, pria itu menyuruhnya makan. Jalal meletakkan makanannya dan mengambil kantong uangnya. Pria itu melihat dan berkata, "tidak! saya seorang pria miskin. tetapi saya bukan seorang pengemis. saya tidak butuh uang." Jalal meminta pria itu menyimpannya sebagai bayaran untuk makanan yang telah dia berikan. Pria itu mengatakan kalau begitu itu bukan pertukaran yang adil, "seorang yang lapar, makanan adalah hal yang paling penting. saya memberimu makanan, hal yang paling berharga bagiku. Jika kamu ingin memberiku sesuatu, maka berikan saya satu hal yang sangat berharga bagimu." Jalal mengangguk dan menyimpan kembali kantong uangnya. Dia mengambil satu koin yang lain, tersenyum dan mengatakan pada pria miskin itu, "aku memberikanmu milikku yang paling berharga. Seseorang memberikan koin ini padaku dan mengatakan bahwa saya seharusnya memberikannya pada orang yang mengenaliku." Jalal mengulurkan koin itu, tetapi pria miskin itu mengatakan kalau dirinya tidak mengenal Jalal. Jalal menyahut, "tapi kamu membuatku sadar kalau saya punya hati. saya selalu mengatakan kalau saya tidak punya hati. tetapi kamu membuatku sadar, bahwa saya juga mampu merasakan emosi." Pria miskin itu kemudian menyadari kalau pria di depannya adalah Jalal. Dia segera berlari kearahnya dan bersujud di kakinya sambil menangis dan memohon maaf atas kesalahannya. Jalal membantu pria itu berdiri dan mengatakan kalau dia tidak membuat kesalahan apapun, "kau baru saja membuatku menyadari bahwa saya punya hati. Terimalah koin ini." Pria itu menolak menerimanya, karena dia yakin koin itu telah di berikan oelah seseorang yang spesial. Jalal teringat saat Jodha memberikan koin itu padanya dan berkata, ~"koin itu akan selalu melindungimu. Jika seseorang pernah menganggapmu kamu punya hati, maka kamu bisa memberikan koin ini pada itu."~ Jalal mengangguk dan berkata, "hmm... itu adalah seseorang yang spesial yang memberikan ini padaku."
Di Agra, Jodha sedang duduk termenung dengan mata basah oleh air mata. Menawati memanggilnya, "Jodha!" Jodha cepat-cepat menghapus air matanya. Menawati dan dadisa menghampirinya. Menawati menunjukan sesuatu pada Jodha, tetapi saat melihat mata Jodha basah dia bertanya, "ini...Jodha. Ada apa? Mengapa kamu menangis?" Jodha menatap menawati dan Dadisa bergantian lalu mengeluarkan alasan kalau matanya berair karena pantulan cahaya matahari. Jodha kembali menghapus air yang terbendung di kelopak matanya. Menawati berkata, "kau bisa berpura-pura, Jodha. tetapi kamu tau kalau kamu menangis karena merindukan seseorang." Menawati mengambil kalung dan memberikannya pada Jodha agar memakainya saat festival ganghaur. Jodha bertanya kenapa menawati ingin dia memakainya? Menawati menjelaskan, "selama festival ini, kita berdoa kepada dewa shiva dan dewi parvati yang menjadi lambang kebahagiaan perkawinan. Kapanpun ayahmu pergi berperang, saya biasanya memakai kalung ini. Ini adalah simbol berkat dewi parvati untuk melindungi para suami dari setiap kejahatan dan bahaya." Tiba-tiba kalung yang di pegang Jodha terjatuh dan patah. Jodha dengan panik mengambilnya dan mengatakan pada ibunya kalau kalungnya patah. Menawati berkata, "tidak apa. kamu bisa menggunakan kalung ini." Menawati menyerahkan kalung lain pada Jodha. tetapi Jodha menolaknya. Dia mengatakan kalau dia akan memperbaiki kalung ini dan memakainya, dia takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada Jalal.
Jalal sedang berdiri melamun di bawah pohon, ketika dia mendengar suara berisik. Seorang pria bersenjata sedang mengendap-endap di belakangnhya. Jalal menyimpan koin pemberian Jodha di dalam lipatan tali pinggang lalu bergerak cepat untuk menahan tangan bersenjata yang terayun kearahnya dan melemparkan si pembokong ke tanah. Jalal dengan berang berkata, "Kau tidak berhasil dalam usahamu. Apakah kamu tau kenapa? Ajaran Khan baba dan doa rakyatku menjadi pelindungku setiap saat. Saat kamu menyerangku dari belakang, itu membuktikan kalau kamu seroang pengecut. Kalau orang sepertimu adalah prajuritku, saya akan langsung mengusirmu! Inilah cara memperlakukan seorang pengecut!" Jalal menghajar si pembokong habis-habisan hingga dia tidak bisa bergerak lagi. jalal menyuruh pria itu pergi dari pandangannya. Pria itu sekali lagi mencoba menusuk Jalal tepat di hatinya. Sekali lagi Jalal menahan tangan orang itu dan berkata, "kamu mencoba menusuk jantungku! saya biasa mengatakan bahwa saya tidak punya hati.Tapi sekarang saya telah menyadari kalau saya punya hati, tetapi hatiku tidak di dalam tubuhku. Hatiku telah kuberikan pada seseorang. Dan dia ingin saya selamat. saya tidak bisa membiarkanmu menghancurkan hatinya." Tiba-tiba terdengar seseorang berteriak sambil melompat dan mengayunkan pedang kearah Jalal. Jalal melemparkan si pembokong kearah penyerang yang baru. Seketika tebasan pedang orang tersebut mengenai si pembokong. Dengan leher berdarah-darah si pembokong jatuh ke tanah. Jalal menoleh kearah si penyerang yang baru datang. Jalal hanya dapat melihat punggungya dan berkata, "aku tidak tau siapa kamu. tetapi saya tidak mau membuang waktuku dengan mencoba untuk mengenalimu. saya selalu menatap musuhku sebelum saya membunuh mereka. Dan setelah saya melihat mereka saya tidak akan mengampuni mereka." Pria itu membalikan tubuhnya menghadap Jalal. Dia adalah Abul Mali. Jalal geram melihatnya. Abul mali berkata, "aku tidak akan mengampuni hidupmu juga, jalal. Kamu membuat kesalahan dengan mengampuni hidupku. saya tidak akan membuat kesalahan yang sama. saya tau bahwa kamu tidak terluka.Tapi itu tidak akan mencegahku dari membunuhmu." Abul mali tertawa terbahak-bahak sambil menatap kesekeliling. Jalal mengikuti arah tatapan abul mali. Dia melihat banyak pria bersenjata bersembunyi diatas pepohonan. Merekaa dalah anak buah Abul Mali.
Pria-pria itu kemudian turun dari pohon dan mengelilingi Jalal yang bediri kokoh tanpa gentar. Abul mali mengejek Jalal, "kau mungkin lebih beruntung daripada aku. tetapi saya memiliki kelicikan lebih banyak dari yang kamu punya. kamu adalah orang bodoh, berkelanan ke wilayah musuh tanpa prajurit. Dan itu juga demi seorang wanita. Dan walaupun telah mencarinya dengan susah payah, kamu tidak bisa menyakinkan dia untuk ikut bersamamu. Dia telah menolakmu. Membuangmu keluar dari hidupnya. Sekarang kamu akan memohon padaku untuk mengampuni hidupmu. Apa keinginan terakhirmu? Karena saya akan membunuhmu!" Jalal mengatakan kalau dirinya tidak ingin apapun. Mali bertanya, "lalau apa yang akan kamu lakukan?" Jalal mengatakan dia akan berdoa untuk terakhir kalinya. Abul mali bertanya dengan heran, "berdoa? Silahkan! saya harus memenuhi keinginan terakhir dari seseorang yang hampir mati." Jalal kemudian mengangkat kedua tanganya untuk berdoa. Melihat itu, pengeroyoknya, anak buah abul mali, membuang senjatanya dan ikut mengangkat tangan untuk berdoa. Melihat itu Abul mali jadi binggung. Dia menatap anak buahnya satu persatu, tanpa bisa mengatakan apa-apa. Selesai berdoa, Jalal membuka matanya, melihat abul mali yang kebingungan dan anak buahnya yang sedang beroda. Secepat kilat Jalal menyerang abul mali dan menodongkan senjata abul mali ke arah lehernya sendiri. Semua anak buahnya kaget dan bergegas mengambil senjatanya. tetapi sudah terlambat. Jalal telah berhasil menyandera abul mali. Jalal berkata, "kau telah membuat kesalahan Abul mali. kamu seharusnya tidak membiarkan saya berdoa. Tuhan telah mengabulkan keinginanku! Kamu tidak bisa menyakitiku!" bagai singa yang marah, Jalal merebut pedang abul mali dan melemparkannya jauh keluar arena. Satu persatu anak buah abul mali di bantai Jalal tanpa ampun. tetapi sayang, Jalal sedikit lengah sehingga sebuah sabetan pedang mengenai punggungnya.
Di saat bersamaan, di Amer, Jodha yang sedang memperbaiki kalung ganghaur tergores tanganya. Jodha berjingkat kesakitan. Jempolnya berdarah. Menawati yang melihat itu menegurnya. Jodha menjawab, "aku baik-baik saja, ibu. Baik-baik saja. jangan kuatir." Menawati meminta Jodha agar membiarkan saja kalung itu, nanti dia akan akan menyuruh pandai emas memperbaikinya. Jodha menolak, "tidak. saya akan memperbaikinya." Menawati dan Dadisa menatap Jodha dengan iba. Jodha sendiri terlihat cemas dan khawatir memikirkan jalal. Dalam hati jodha berkata, 'Dewi, kumohon lindungi suamiku!"
Di hutan, pundak Jalal terluka danberdarah-darah terkena sabetan pedang abul mali.
SELANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 223