Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 366. Keesokan harinya, Jalal mengumpulkan para prajuritnya yang berjaga di pintu istana kemarin disalah satu halaman istana, saat itu Rahim dan Todar Mal juga berada disana, tidak ketinggalan pula Haidar dan Murad. Saat itu Jalal menegur semua prajuritnya dan mengatakan : “Kemaren anakku telah lari keluar dari istana dan kalian tidak tahu tentang hal itu ? jika anak-anak saja bisa keluar dari istana ini maka musuhpun bisa masuk juga ke sini !!!! ini tidak bisa ditoleransi, kalian semua akan mendapat hukuman !” tegur Jalal, para prajurit hanya diam saja mendengarkan suara Jalal yang lantang dan menerima hukuman yang ditimpakan pada mereka. Para prajurit tersebut dihukum dengan diturunkan tugasnya yaitu mereka tidak menjadi prajurit penjaga gerbang istana lagi akan tetapi bekerja dibagian lain. Kemudian Jalal membubarkan para prajurit, sesaat kemudian Jalal melihat Haidar dan Murad yang juga sedang berdiri disana, lalu dia memanggil Murad dan Haidar, Jalal langsung menegur Haidar : “Haidar, kau yang paling besar diantara mereka dan kau membiarkan mereka pergi keluar istana ?” tanya Jalal, Haidar dan Murad hanya diam saja dan nampak ketakutan melihat muka Jalal ketika sedang marah seperti itu, “Aku maafkan kau . karena kau cucu Maham Anga dan ini adalah terakhir kalinya saya memaafkan kamu, suatu saat kalau sampai terjadi lagi, kau akan dihukum berat !” kata Jalal,
setelah berbicara seperti itu Jalal menyuruh Murad dan Haidar untuk meninggalkan tempat itu. Kemudian Jalal memberikan mandat khusus ke Rahim : “Rahim . suatu saat nanti mungkin Salim akan mencoba untuk pergi keluar dari istana lagi, saya minta kau yang menjaganya . kau harus menjaganya, itu tugas kamu” kata Jalal, Rahimpun hanya menganggukkan kepala tanda siap menerima perintah, sementara itu tiba tiba Maan Sigh datang dan memberitahu “Yang Mulia, ada laporan bahwa ada masalah di Negara bagian” kata Maan Sigh, “Masalah apa ? baiklah. ayo kita lihat“ ujar Jalal, lalu mereka semua berlalu dari sana.
setelah berbicara seperti itu Jalal menyuruh Murad dan Haidar untuk meninggalkan tempat itu. Kemudian Jalal memberikan mandat khusus ke Rahim : “Rahim . suatu saat nanti mungkin Salim akan mencoba untuk pergi keluar dari istana lagi, saya minta kau yang menjaganya . kau harus menjaganya, itu tugas kamu” kata Jalal, Rahimpun hanya menganggukkan kepala tanda siap menerima perintah, sementara itu tiba tiba Maan Sigh datang dan memberitahu “Yang Mulia, ada laporan bahwa ada masalah di Negara bagian” kata Maan Sigh, “Masalah apa ? baiklah. ayo kita lihat“ ujar Jalal, lalu mereka semua berlalu dari sana.
Hamida menemui Jodha dikamarnya, “Jodha …. Lebih baik saat ini kau tidak usah marah dulu sama Salim” kata Hamida, “Ibu . dia masih anak anak dan dia harus diajarkan mana yang benar mana yang salah” ujar Jodha, tak berapa lama kemudian Salim datang menemui mereka berdua dan memberi salam, “Salam Nenek” ujar Salim, “Salam Salim” jawab Hamidah, lalu Salim berbalik menghadap ibunya,
“Salam ibu” kata Salim, tapi Jodha tidak menggubris Salim, Jodha hanya diam saja, “Ibu . tolong beritahu Salim, bahwa ibunya tidak mau berbicara dengan dia” kata Jodha, “Salim sayang . saat ini ibumu masih kesal sama kamu, jadi kau harus sabar ya, nak” ujar Hamida, “Nenek, Abu (ayah) sudah memaafkan aku, kenapa ibu masih marah denganku ?” tanya Salim, “Katakan padanya ibu, itulah hukuman atas kesalahannya, ibunya tidak mau bicara dengannya !” ujar Jodha lagi,Hamida lalu mengatakan apa yang dikatakan Jodha barusan, “Aku tau saya salah, nenek . saya terima kesalahanku, seharusnya ibu memaafkan aku” kata Salim, “Kesalahan tidak menjadi batal hanya dengan meminta maaf, dia harus dihukum, ibu” ujar Jodha, saat itu Hamida menjadi perantara percakapan diantara mereka berdua, antara ibu dan anak, Salim bicara dengan Hamida dan Jodha juga berbicara dengannya dan meminta untuk menyampaikan pesannya ke Salim,
sampai akhirnya Hamida kelelahan meladeni mereka berdua “Hmmm . lebih baik nenek keluar saja, kalian berdua bisa bicara langsung satu sama lain” kata Hamida sambil berdiri hendak keluar tapi Salim mencegahnya, “Nenek, saya sangat sayaaaang sama nenek” ujar Salim, “Nenek juga sangat sayang sama kau Salim” Hamidapun memeluknya
lalu berdiri dan melangkah keluar, ketika hendak keluar dari kamar Jodha, Hamida bilang : “Salim, saat ini ibumu masih sangat kesal sama kamu, coba kau pikirkan sesuatu agar ibumu mau bicara sama kau lagi” ujar Hamida dan berlalu dari sana, sementara itu Jodha hanya diam saja, Salim mencoba mengajaknya bicara tapi Jodha masih terus cemberut sambil meninggalkan Salim.
Narator : Rahim anak almarhum Bairam Khan yang biasa dipanggil ‘Kahne-khana’ oleh Jalal akhirnya menjadi menteri Kerajaan Mughal dan dia disebut ‘Abdul Rahim Kahne-khana’, dia adalah seorang ksatria yang pintar dan posisinya sangatlah penting di pengadilan Kerajaan Mughal, usianya baru 20 tahun. Tampak Rahim memasuki persidangan dan duduk disana, diikuti oleh Maan Sigh.
Narator : Maan Sigh juga menjadi orang terpenting di pengadilan Kerajaan Mughal dan Jalal memberikan gelar padanya ‘Raja Sahib’ dan mulai hari ini dia adalah pendamping Jalal, selanjutnya Todar Mal, dia juga diberi gelar sebagai Raja, dia adalah salah satu orang kepercayaan Jalal.
Kemudian selanjutnya datanglah Tansen Ram Tanu, dia juga salah satu bagian terpenting dari pengadilan Kerajaan Mughal karena suaranya yang mengagumkan yang sangat menyentuh hati Jalal, selanjutnya Mahesh Das, Jalal terkesan dengan pembicaraannya yang blak blakkan dan Jalal memberinya gelar Birbal, beberapa orang cemburu dengan posisinya,
berikutnya adalah imam Mubarak dan kedua anaknya Fazal dan Faizi, kemudian Murad O Piazza, selanjutnya Fakir. Mereka semua adalah orang orang terpenting di Pengadilan Kerajaan Mughal dan mereka juga disebut sebagai Sembilan pendamping setia Jalal.
Tak berapa lama kemudian Jalal memasuki persidangan dan menyalami mereka semua dan merekapun membalas memberinya salam, setelah duduk disinggasananya Jalal berkata : “Kalian semua mungkin telah mendengar kabar bahwa salah satu Negara bagian kita menyatakan perang melawan Kerajaan, itulah mengapa saya mengundang kalian semua kesini untuk meminta pendapat kalian” ujar Jalal . “Mereka telah menyatakan perang, tapi adakah jalan keluar terbaik selain itu ?” kata Jalal lagi,
kemudian Todar Mal bediri dan mengeluarkan peta lalu membicarakan beberapa strategi, “Hanya ada satu jalan keluar, Yang Mulia . yaitu perang !” ujar Todar Mal, “Apakah ada jalan keluar yang lain ?” tanya Jalal, semuanya terdiam sambil berfikir keras ,,, “Baiklah” ketika Jalal belum menyelesaikan perkataannya,
tiba tiba Birbal berdiri dan mengeluarkan pendapatnya “Saya punya satu cara, Yang Mulia, kita dapat memenangkan peperangan tanpa harus bertarung” ujar Birbal, “Tapi semua prajurit kita terjebak disana” kata Jalal, “Tentara kita memang dikelilingi oleh tentara lawan, Yang Mulia . tapi apabila kita mengelilingi mereka dari sisi luar maka mereka akan dikelilingi dari sisi dalam dan sisi luar oleh tentara tentara Mughal, saya yakin mereka akan meninggalkan medan tersebut” ujar Birbal.
“Pemikiran yang bagus, Birbal !” kata Jalal dan semuanya tersenyum, “Ini benar benar mengagumkan, pemikiran yang cerdas dan sekarang kita tidak akan melakukan perang melawan mereka, saya bangga padamu, Birbal . saya bangga kau menjadi bagian dari pengadilan ini” kata Jalal, lalu Jalal memberikan perintah pada Birbal untuk menyusun strategi.
Murad sedang ngobrol sama Haidar di taman istana, “Yang Mulia telah menegur kita tadi tapi kenapa dia tidak menegur Salim juga ?” tanya Murad, “Itu karena Salim adalah anaknya, dia adalah pewaris Kerajaan Mughal jadi Yang Mulia sangat mendukung Salim” ujar Haidar, tak berapa lama kemudian Salima datang menemui mereka “Anak anak . jangan suka ngegosip, itu tidak baik, kau Haidar …. kau adalah yang paling besar dan kau juga terlibat didalamnya” ujar Salima sambil menggandeng tangan Murad dan membawanya pergi dari sana.
Ketika baru beberapa langkah, Murad bertanya pada ibunya “Ibu, apa salah kami ?” , “Murad, Salim adalah putra mahkota dan kau telah menolongnya keluar dari istana, itu bukan perbuatan yang baik, nak” ujar Salima, sementara itu Haidar berbicara pada dirinya sendiri sambil melihat ke arah teras dimana dulu Adham Khan (ayah Haidar) dibunuh oleh Jalal disana : “Yang Mulia sudah melemparkan ayahkku ke teras, dia jahat ! dia jahat ! tapi saya akan lebih jahat dari pada dia ! saya akan membalas dendam kematian ayahku pada waktu yang tepat !” kata Haidar bersungguh sungguh dengan amarah yang membara.
Malam itu Salim sedang berada dikamar Rukayah, Salim mengarang sebuah cerita, “Kamu tau ibu Rukayah . ayah sudah menegurku, saya marah sekali padanya dan saya mengatakan pada mereka kalau saya tidak mau berbicara dengan ayah dan ibu, saya tau mereka berdua sangat khawatir padaku dan menyuruhku untuk bicara dengan mereka berdua tapi saya bilang . tidak ! tidak ! saya tidak akan bicara dengan kalian sekarang !” kata Salim,
Rukayah nampak senyum senyum melihat ulah anak tirinya ini, “Kenapa kau tidak takut sama ayahmu ?” tanya Rukayah, “Apa ??? takut ??? saya ???” tanya Salim . “Tidak, ibu Rukayah . pada kenyataannya ayahlah yang takut sama aku” ujar Salim lagi tepat pada saat itu Jalal datang menemui mereka dan berdiri tepat dibelakang Salim sambil mendengarkan cerita Salim secara diam diam, Rukayah tau kedatangan Jalal ke kamarnya tapi dia tidak mengatakannya ke Salim, Rukayah hanya senyum senyum saja memandang Jalal dan Salim,
“Ibu Rukayah tau . akulah yang membuat ayah takut dengan mengatakan kalau saya tidak akan bicara dengannya “ kata Salim . sesaat kemudian Jalal berdehem “Hmm . Shekhu Baba !” panggil Jalal, Salim sangat terkejut begitu mendengar suara ayahnya, ketika dia menoleh dilihatnya ayahnya ternyata sudah berdiri dibelakangnya dan memandangnya dengan tajam, Salim nampak ketakutan dan tubuhnya langsung kaku tidak bergerak,
sementara itu Rukayah hanya senyum senyum saja melihat mereka berdua, “Apa yang kau katakan tadi, nak ?” tanya Jalal, “Aku ,,, saya . saya . cuma mengatakan bahwa ibu marah sama aku, ayah ,,, dan ibu tidak mau bicara sama aku” ujar Salim masih dengan nada ketakutan, “Tapi tadi ayah dengar bahwa ayahlah yang takut sama kamu, bukankah begitu ?” tanya Jalal,
“Bukan . bukan seperti itu ayah, saya tadi bilang akulah yang takut sama ayah” jawab Salim, “Hmm . lalu apakah ibu masih marah sama kau ?” tanya Jalal lagi, Salimpun hanya mengangguk, sesaat Jalal nampak memikirkan sesuatu kemudian langsung menggandeng tangan anaknya tanpa pamitan dulu ke Rukayah dan keluar dari sana. Rukayah hanya bisa memandangnya dengan tatapan hampa.
Zil Bahar menegur Anarkali yang pada saat itu sedang bermain dengan temannya di teras rumahnya, “Anarkali, Pangeran Salim datang kesini dan kau menghinanya ???” tegur Zil Bahar, “Dia datang kesini tanpa memberitahu dulu, ibu” bela Anarkali, “Kamu itu kalo diberitahu orang tua, selalu membela, itu tidak baik nak” ujar Zil Bahar lalu pergi dari hadapan Anarkali.
Teman Anarkali yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Anarakali dengan ibunya, ikut angkat bicara : “Kamu itu bodoh, Anarkali ! kau itu harusnya bisa berteman dengan Pangeran Salim, dengan begitu kita bisa melihat lihat istana dari dalam, kita bisa makan makanan yang enak enak sepuasnya disana” kata teman Anarkali, “Aku tidak membutuhkan semua itu, ayahku adalah seorang penyanyi berbakat dan dia mendapat pekerjaannya di istana karena bakatnya, jadi saya akan masuk ke istana juga hanya karena bakatku saja jadi bukan karena belas kasihan orang lain” ujar Anarkali.
Malam itu Jalal dan Salim sudah berada didepan pintu kamar Jodha, lalu Jalal menyuruh Salim untuk mendekati Jodha, “Kamu harus bicara sama ibumu” kata Jalal, “Tapi ayah menemaniku kan ?” tanya Salim, “Kamu kan seorang pangeran, kau seharusnya tidak boleh takut, ayoo . sudahlah, pergilah ke ibumu dan bicara dengannya, katakan seperti yang ayah ajarkan tadi” kata Jalal
Dengan perasaan takut Salim menemui Jodha, saat itu Jodha sedang asyik membaca sebuah buku dikamarnya, tak digubrisnya Salim yang sudah berada didepannya “Salam istri tersayang tuan Jalal” sapa Salim lalu melihat keluar ke arah ayahnya, mendengar anaknya menyebutnya seperti itu, Jodha langsung teringat bagaimana dulu Jalal dengan cara yang sama memanggilnya dengan sebutan seperti itu ketika mereka sedang menyamar sebagai Gujraties (kejadian ketika mereka mau berziarah setelah Jodha minum racun Benazir),
ketika Jodha sedang asyik melamun, Salim memandang ke arah Jalal lagi, dari luar Jalal memberikan instruksi dengan memegang perutnya dan menyuruh Salim untuk mengatakannya ke Jodha, Salimpun menurut “Aku lapaaaar . tolonglah buatkan saya roti dan bicaralah padaku, jangan biarkan ada keheningan diantara kita” kata Salim lagi,
Jodha langsung sadar kalo Jalal sudah menyuruh Salim untuk mengatakan semua ini, lalu Jodha mencoba melirik keluar pintu kamar, sementara itu Jalal langsung sembunyi dan kemudian melihat ulah anaknya dari balik tembok, “Aku sudah tau semuanya, apa yang Salim katakan tadi itu semua dari kau kan, Yang Mulia …. janganlah bersembunyi, ayo datanglah kesini” ujar Jodha,
akhirnya Jalalpun keluar dari persembunyiannya dan menemui istri dan anaknya . melihat ayahnya datang, Salim nampak ketakutan “Aku sudah janji ayah, vlcsnap-2014-11-04-21h33m38s207aku tidak mengatakan apa apa sama ibu, saya malah tidak ingat apa yang saya katakan tadi, ayah” ujar Salim,
Jalal hanya tersenyum melihat ulah anaknya, sedangkan Jodha tertawa melihat tingkah laku Salim dan merenggangkan kedua tangannya untuk memeluk lalu memeluk Salim erat. “Apakah itu artinya ibu memaafkan saya ?” tanya Salim, Jodha mencium keningnya dan mengatakan : “Iya sayang . ibu memaafkan kamu” kata Jodha, sementara itu Jalal tersenyum bahagia melihat kebahagiaan diantara kedua orang yang sangat dicintainya itu.
Suatu pagi, Jalal mengundang semua orang ke sebuah pertemuan, “Hari ini, kita akan mengadakan meena bazaar (pasar festival)” ujar Jalal, “Semua orang bisa ikut berpartisipasi dan saya akan memberikan hadiah untuk kios yang paling indah, kalian semua bisa mempersiapkan sampai sore nanti” ujar Jalal lagi,
“Ayah, apakah saya boleh ikut meena bazaar juga ?” tanya Salim, “Sekhu Baba, kalau kau mau datang kesana, ayah tidak masalah tapi meena bazaar itu cuma buat orang perempuan, kau bisa pergi kesana bersama ibumu” jawab Jalal, Jodha dan semua yang disanapun tersenyum, tapi tiba tiba semua anak yang hadir dipertemuan itu juga ingin ikut ke meena bazaar seperti Salim,
“Baiklah . baiklah, saya sudah dengar, kalo begitu saya putuskan bahwa hanya para perempuan yang punya anak saja yang bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” kata Jalal. Semua yang hadir disana sangat senang mendengarnya tapi hanya Rukayah yang terkejut, dalam hatinya berkata “Aku tidak mempunyai anak maka saya tidak bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” Rukayah hanya diam seribu bahasa tapi dari kejauhan Jodha memperhatikan wajah Rukayah, Jodha tau apa yang sedang dipikirkan Rukayah. Sinopsis Jodha Akbar episode 367
“Salam ibu” kata Salim, tapi Jodha tidak menggubris Salim, Jodha hanya diam saja, “Ibu . tolong beritahu Salim, bahwa ibunya tidak mau berbicara dengan dia” kata Jodha, “Salim sayang . saat ini ibumu masih kesal sama kamu, jadi kau harus sabar ya, nak” ujar Hamida, “Nenek, Abu (ayah) sudah memaafkan aku, kenapa ibu masih marah denganku ?” tanya Salim, “Katakan padanya ibu, itulah hukuman atas kesalahannya, ibunya tidak mau bicara dengannya !” ujar Jodha lagi,Hamida lalu mengatakan apa yang dikatakan Jodha barusan, “Aku tau saya salah, nenek . saya terima kesalahanku, seharusnya ibu memaafkan aku” kata Salim, “Kesalahan tidak menjadi batal hanya dengan meminta maaf, dia harus dihukum, ibu” ujar Jodha, saat itu Hamida menjadi perantara percakapan diantara mereka berdua, antara ibu dan anak, Salim bicara dengan Hamida dan Jodha juga berbicara dengannya dan meminta untuk menyampaikan pesannya ke Salim,
sampai akhirnya Hamida kelelahan meladeni mereka berdua “Hmmm . lebih baik nenek keluar saja, kalian berdua bisa bicara langsung satu sama lain” kata Hamida sambil berdiri hendak keluar tapi Salim mencegahnya, “Nenek, saya sangat sayaaaang sama nenek” ujar Salim, “Nenek juga sangat sayang sama kau Salim” Hamidapun memeluknya
lalu berdiri dan melangkah keluar, ketika hendak keluar dari kamar Jodha, Hamida bilang : “Salim, saat ini ibumu masih sangat kesal sama kamu, coba kau pikirkan sesuatu agar ibumu mau bicara sama kau lagi” ujar Hamida dan berlalu dari sana, sementara itu Jodha hanya diam saja, Salim mencoba mengajaknya bicara tapi Jodha masih terus cemberut sambil meninggalkan Salim.
Narator : Rahim anak almarhum Bairam Khan yang biasa dipanggil ‘Kahne-khana’ oleh Jalal akhirnya menjadi menteri Kerajaan Mughal dan dia disebut ‘Abdul Rahim Kahne-khana’, dia adalah seorang ksatria yang pintar dan posisinya sangatlah penting di pengadilan Kerajaan Mughal, usianya baru 20 tahun. Tampak Rahim memasuki persidangan dan duduk disana, diikuti oleh Maan Sigh.
Narator : Maan Sigh juga menjadi orang terpenting di pengadilan Kerajaan Mughal dan Jalal memberikan gelar padanya ‘Raja Sahib’ dan mulai hari ini dia adalah pendamping Jalal, selanjutnya Todar Mal, dia juga diberi gelar sebagai Raja, dia adalah salah satu orang kepercayaan Jalal.
Kemudian selanjutnya datanglah Tansen Ram Tanu, dia juga salah satu bagian terpenting dari pengadilan Kerajaan Mughal karena suaranya yang mengagumkan yang sangat menyentuh hati Jalal, selanjutnya Mahesh Das, Jalal terkesan dengan pembicaraannya yang blak blakkan dan Jalal memberinya gelar Birbal, beberapa orang cemburu dengan posisinya,
berikutnya adalah imam Mubarak dan kedua anaknya Fazal dan Faizi, kemudian Murad O Piazza, selanjutnya Fakir. Mereka semua adalah orang orang terpenting di Pengadilan Kerajaan Mughal dan mereka juga disebut sebagai Sembilan pendamping setia Jalal.
Tak berapa lama kemudian Jalal memasuki persidangan dan menyalami mereka semua dan merekapun membalas memberinya salam, setelah duduk disinggasananya Jalal berkata : “Kalian semua mungkin telah mendengar kabar bahwa salah satu Negara bagian kita menyatakan perang melawan Kerajaan, itulah mengapa saya mengundang kalian semua kesini untuk meminta pendapat kalian” ujar Jalal . “Mereka telah menyatakan perang, tapi adakah jalan keluar terbaik selain itu ?” kata Jalal lagi,
kemudian Todar Mal bediri dan mengeluarkan peta lalu membicarakan beberapa strategi, “Hanya ada satu jalan keluar, Yang Mulia . yaitu perang !” ujar Todar Mal, “Apakah ada jalan keluar yang lain ?” tanya Jalal, semuanya terdiam sambil berfikir keras ,,, “Baiklah” ketika Jalal belum menyelesaikan perkataannya,
tiba tiba Birbal berdiri dan mengeluarkan pendapatnya “Saya punya satu cara, Yang Mulia, kita dapat memenangkan peperangan tanpa harus bertarung” ujar Birbal, “Tapi semua prajurit kita terjebak disana” kata Jalal, “Tentara kita memang dikelilingi oleh tentara lawan, Yang Mulia . tapi apabila kita mengelilingi mereka dari sisi luar maka mereka akan dikelilingi dari sisi dalam dan sisi luar oleh tentara tentara Mughal, saya yakin mereka akan meninggalkan medan tersebut” ujar Birbal.
“Pemikiran yang bagus, Birbal !” kata Jalal dan semuanya tersenyum, “Ini benar benar mengagumkan, pemikiran yang cerdas dan sekarang kita tidak akan melakukan perang melawan mereka, saya bangga padamu, Birbal . saya bangga kau menjadi bagian dari pengadilan ini” kata Jalal, lalu Jalal memberikan perintah pada Birbal untuk menyusun strategi.
Murad sedang ngobrol sama Haidar di taman istana, “Yang Mulia telah menegur kita tadi tapi kenapa dia tidak menegur Salim juga ?” tanya Murad, “Itu karena Salim adalah anaknya, dia adalah pewaris Kerajaan Mughal jadi Yang Mulia sangat mendukung Salim” ujar Haidar, tak berapa lama kemudian Salima datang menemui mereka “Anak anak . jangan suka ngegosip, itu tidak baik, kau Haidar …. kau adalah yang paling besar dan kau juga terlibat didalamnya” ujar Salima sambil menggandeng tangan Murad dan membawanya pergi dari sana.
Ketika baru beberapa langkah, Murad bertanya pada ibunya “Ibu, apa salah kami ?” , “Murad, Salim adalah putra mahkota dan kau telah menolongnya keluar dari istana, itu bukan perbuatan yang baik, nak” ujar Salima, sementara itu Haidar berbicara pada dirinya sendiri sambil melihat ke arah teras dimana dulu Adham Khan (ayah Haidar) dibunuh oleh Jalal disana : “Yang Mulia sudah melemparkan ayahkku ke teras, dia jahat ! dia jahat ! tapi saya akan lebih jahat dari pada dia ! saya akan membalas dendam kematian ayahku pada waktu yang tepat !” kata Haidar bersungguh sungguh dengan amarah yang membara.
Malam itu Salim sedang berada dikamar Rukayah, Salim mengarang sebuah cerita, “Kamu tau ibu Rukayah . ayah sudah menegurku, saya marah sekali padanya dan saya mengatakan pada mereka kalau saya tidak mau berbicara dengan ayah dan ibu, saya tau mereka berdua sangat khawatir padaku dan menyuruhku untuk bicara dengan mereka berdua tapi saya bilang . tidak ! tidak ! saya tidak akan bicara dengan kalian sekarang !” kata Salim,
Rukayah nampak senyum senyum melihat ulah anak tirinya ini, “Kenapa kau tidak takut sama ayahmu ?” tanya Rukayah, “Apa ??? takut ??? saya ???” tanya Salim . “Tidak, ibu Rukayah . pada kenyataannya ayahlah yang takut sama aku” ujar Salim lagi tepat pada saat itu Jalal datang menemui mereka dan berdiri tepat dibelakang Salim sambil mendengarkan cerita Salim secara diam diam, Rukayah tau kedatangan Jalal ke kamarnya tapi dia tidak mengatakannya ke Salim, Rukayah hanya senyum senyum saja memandang Jalal dan Salim,
“Ibu Rukayah tau . akulah yang membuat ayah takut dengan mengatakan kalau saya tidak akan bicara dengannya “ kata Salim . sesaat kemudian Jalal berdehem “Hmm . Shekhu Baba !” panggil Jalal, Salim sangat terkejut begitu mendengar suara ayahnya, ketika dia menoleh dilihatnya ayahnya ternyata sudah berdiri dibelakangnya dan memandangnya dengan tajam, Salim nampak ketakutan dan tubuhnya langsung kaku tidak bergerak,
sementara itu Rukayah hanya senyum senyum saja melihat mereka berdua, “Apa yang kau katakan tadi, nak ?” tanya Jalal, “Aku ,,, saya . saya . cuma mengatakan bahwa ibu marah sama aku, ayah ,,, dan ibu tidak mau bicara sama aku” ujar Salim masih dengan nada ketakutan, “Tapi tadi ayah dengar bahwa ayahlah yang takut sama kamu, bukankah begitu ?” tanya Jalal,
“Bukan . bukan seperti itu ayah, saya tadi bilang akulah yang takut sama ayah” jawab Salim, “Hmm . lalu apakah ibu masih marah sama kau ?” tanya Jalal lagi, Salimpun hanya mengangguk, sesaat Jalal nampak memikirkan sesuatu kemudian langsung menggandeng tangan anaknya tanpa pamitan dulu ke Rukayah dan keluar dari sana. Rukayah hanya bisa memandangnya dengan tatapan hampa.
Zil Bahar menegur Anarkali yang pada saat itu sedang bermain dengan temannya di teras rumahnya, “Anarkali, Pangeran Salim datang kesini dan kau menghinanya ???” tegur Zil Bahar, “Dia datang kesini tanpa memberitahu dulu, ibu” bela Anarkali, “Kamu itu kalo diberitahu orang tua, selalu membela, itu tidak baik nak” ujar Zil Bahar lalu pergi dari hadapan Anarkali.
Teman Anarkali yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Anarakali dengan ibunya, ikut angkat bicara : “Kamu itu bodoh, Anarkali ! kau itu harusnya bisa berteman dengan Pangeran Salim, dengan begitu kita bisa melihat lihat istana dari dalam, kita bisa makan makanan yang enak enak sepuasnya disana” kata teman Anarkali, “Aku tidak membutuhkan semua itu, ayahku adalah seorang penyanyi berbakat dan dia mendapat pekerjaannya di istana karena bakatnya, jadi saya akan masuk ke istana juga hanya karena bakatku saja jadi bukan karena belas kasihan orang lain” ujar Anarkali.
Malam itu Jalal dan Salim sudah berada didepan pintu kamar Jodha, lalu Jalal menyuruh Salim untuk mendekati Jodha, “Kamu harus bicara sama ibumu” kata Jalal, “Tapi ayah menemaniku kan ?” tanya Salim, “Kamu kan seorang pangeran, kau seharusnya tidak boleh takut, ayoo . sudahlah, pergilah ke ibumu dan bicara dengannya, katakan seperti yang ayah ajarkan tadi” kata Jalal
Dengan perasaan takut Salim menemui Jodha, saat itu Jodha sedang asyik membaca sebuah buku dikamarnya, tak digubrisnya Salim yang sudah berada didepannya “Salam istri tersayang tuan Jalal” sapa Salim lalu melihat keluar ke arah ayahnya, mendengar anaknya menyebutnya seperti itu, Jodha langsung teringat bagaimana dulu Jalal dengan cara yang sama memanggilnya dengan sebutan seperti itu ketika mereka sedang menyamar sebagai Gujraties (kejadian ketika mereka mau berziarah setelah Jodha minum racun Benazir),
ketika Jodha sedang asyik melamun, Salim memandang ke arah Jalal lagi, dari luar Jalal memberikan instruksi dengan memegang perutnya dan menyuruh Salim untuk mengatakannya ke Jodha, Salimpun menurut “Aku lapaaaar . tolonglah buatkan saya roti dan bicaralah padaku, jangan biarkan ada keheningan diantara kita” kata Salim lagi,
Jodha langsung sadar kalo Jalal sudah menyuruh Salim untuk mengatakan semua ini, lalu Jodha mencoba melirik keluar pintu kamar, sementara itu Jalal langsung sembunyi dan kemudian melihat ulah anaknya dari balik tembok, “Aku sudah tau semuanya, apa yang Salim katakan tadi itu semua dari kau kan, Yang Mulia …. janganlah bersembunyi, ayo datanglah kesini” ujar Jodha,
akhirnya Jalalpun keluar dari persembunyiannya dan menemui istri dan anaknya . melihat ayahnya datang, Salim nampak ketakutan “Aku sudah janji ayah, vlcsnap-2014-11-04-21h33m38s207aku tidak mengatakan apa apa sama ibu, saya malah tidak ingat apa yang saya katakan tadi, ayah” ujar Salim,
Jalal hanya tersenyum melihat ulah anaknya, sedangkan Jodha tertawa melihat tingkah laku Salim dan merenggangkan kedua tangannya untuk memeluk lalu memeluk Salim erat. “Apakah itu artinya ibu memaafkan saya ?” tanya Salim, Jodha mencium keningnya dan mengatakan : “Iya sayang . ibu memaafkan kamu” kata Jodha, sementara itu Jalal tersenyum bahagia melihat kebahagiaan diantara kedua orang yang sangat dicintainya itu.
Suatu pagi, Jalal mengundang semua orang ke sebuah pertemuan, “Hari ini, kita akan mengadakan meena bazaar (pasar festival)” ujar Jalal, “Semua orang bisa ikut berpartisipasi dan saya akan memberikan hadiah untuk kios yang paling indah, kalian semua bisa mempersiapkan sampai sore nanti” ujar Jalal lagi,
“Ayah, apakah saya boleh ikut meena bazaar juga ?” tanya Salim, “Sekhu Baba, kalau kau mau datang kesana, ayah tidak masalah tapi meena bazaar itu cuma buat orang perempuan, kau bisa pergi kesana bersama ibumu” jawab Jalal, Jodha dan semua yang disanapun tersenyum, tapi tiba tiba semua anak yang hadir dipertemuan itu juga ingin ikut ke meena bazaar seperti Salim,
“Baiklah . baiklah, saya sudah dengar, kalo begitu saya putuskan bahwa hanya para perempuan yang punya anak saja yang bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” kata Jalal. Semua yang hadir disana sangat senang mendengarnya tapi hanya Rukayah yang terkejut, dalam hatinya berkata “Aku tidak mempunyai anak maka saya tidak bisa ikut berpartisipasi di meena bazaar” Rukayah hanya diam seribu bahasa tapi dari kejauhan Jodha memperhatikan wajah Rukayah, Jodha tau apa yang sedang dipikirkan Rukayah. Sinopsis Jodha Akbar episode 367