Sinopsis Veera Episode 370 Gunjan merasa senang begitu mendapatkan hadiah dari Bansuri yang berupa anting anting emas “Ini adalah cinta dan restu dari ibuku” Gunjan terus menerus memperhatikan anting anting emas itu, tiba tiba Veera menghampiri Gunjan dan berkata “Kakak ipar Gunjan, hadiah hari holi untukku mana ?” dengan setengah hati Gunjan memberikan anting anting itu pada Veera namun tiba tiba Veera menolak pemberian Gunjan “Aku hanya bercanda, aku tak menginginkannya, cinta kakakku saja sudah cukup untukku, bagiku itu lebih berharga daripada apapun dan aku tak ingin yang lain” semua orang merasa kagum begitu mendengar ucapan Veera “Baldev, silahkan duduk” pinta bibi Chaiji “Veera, ayoo sudah cukup sandiwaranya, sekarang kamu pergi ke dapur dan buatkan teh untuk Baldev dan semua orang” Baldev merasa senang, sementara itu Veera merasa kesal dan langsung berlalu dari sana, Veera dan bibi Chaiji pergi ke dapur, sedangkan Gunjan dengan perasaan marah langsung masuk ke kamarnya Baldev menyusul Veera ke dapur “Baldev, mau apa kamu kesini ?” tanya Veera heran “Aku kesini mau membantu kalian berdua” kata Baldev sambil tersenyum manis “Kami ini hanya sedang membuat teh, Baldev ,,, tak membuat semua yang ada di dalam dapur ini, kami bisa membuatnya jadi lebih baik kamu duduk di dalam sana saja” namun Baldev tetap bersikeras untuk menemani mereka disana, Veera semakin kesal “Baldev, kamu ini adalah seorang tamu dan kami tak pernah meminta tamu kami bekerja apapun dirumah kami” bibi Chaiji mencoba menjelaskan ke Baldev “Bibi, jangan anggap aku ini sebagai orang luar, aku ini kan juga keluarga bibi” pinta Baldev “Baldev, lebih baik kamu balik kesana saja dan tinggalkan dapur ini, karena disini bukan tempat pertunjukkan monyet” ejek Veera “Aku tahu tapi aku ingin melihat seekor monyet yang sedang membuat teh, itu pasti akan sangat menyenangkan” bibi Chaiji sangat tak suka mendengar ucapan Baldev
Sinopsis Veera Episode 370 |
“Bibi, maksudku bukan bibi tapi Veera” bibi Chaiji pun tertawa terbahak bahak, kali ini Veera yang tak suka “Baldev, kamu ini memang nakal” kata bibi Chaiji sambil hendak mencubit pipi Baldev tapi Veera langsung menggerakkan tangan bibi Chaiji hingga akhirnya malah tangan bibi Chaiji menampar pipi Baldev, bibi Chaiji kaget, Baldev pun terperangah, sedangkan Veera tertawa terbahak bahak dan berkata “Aku ini adalah seekor monyet jadi aku mempunyai hak” bibi Chaiji tersenyum senang “Kalian berdua ini memang sukanya bercanda, kalian berdua suka sekali menggoda satu sama lain” kata bibi Chaiji “Veera, kamu ini harus terbiasa dengan hal itu” Baldev setuju dengan ucapan bibi Chaiji “Ya betul, Veera ,,, kamu harus terbiasa dengan hal itu” Veera sangat kesal dengan Baldev, Baldev tertawa senang “Bibi, apakah aku boleh membantu bibi ?” bibi Chaiji langsung mengangkat tangannya “Baiklah ,,, baiklah, aku akan masuk ke dalam” kata Baldev kemudian segera berlalu dari sana
Gunjan sangat senang dan mengagumi anting anting emas yang diberikan oleh ibunya “Ibu telah mengirimkan sebuah hadiah yang paling bagus yang pernah aku dapatkan, tapi tadi Veera telah menghancurkan hariku” saat itu Baldev memasuki kamar Gunjan dan berdiri didepan Gunjan “Veera itu hanya bercanda, Gunjan ,,, itu cuma lelucon saja, lupakanlah, kamu tak usah marah seperti itu” Baldev berusaha menghibur adiknya “Gunjan, lebih baik kita lupakan saja masa lalu dan berbahagialah dengan apa yang sudah kamu dapatkan hari ini, tak ada gunanya mengingat ingat masa lalu” Gunjan merasa heran dengan Baldev “Kamu itu seharusnya sangat berterima kasih pada Ranvi, kamu seharusnya merasa senang dan menerima Ranvi sebagai suamimu, apalagi hari ini adalah hari perayaan holi jadi kita seharusnya melupakan semuanya dan mulai hidup yang baru” Baldev mencoba membuat Gunjan mengerti “Gunjan, kamu seharusnya berteman dengan Veera lagi, itu pasti akan menguntungkan buatku” Gunjan kaget “Maksudku, itu akan menguntungkan bagi semua orang karena kita semua adalah keluarga sekarang, oh iya ,,, aku akan pergi ke kota, apakah kamu ingin sesuatu ?” Gunjan langsung menyahut ucapan Baldev “Bawakan aku racun saja, kakak” kata Gunjan sambil meninggalkan Baldev, Baldev berusaha untuk membuat Gunjan mendengarkan perkataannya namun Gunjan tak mau mendengarkan
Ketika Baldev hendak mengejar Gunjan, di tengah jalan Baldev bertemu dengan Veera yang membawakan secangkir teh untuknya, Baldev masuk kembali ke dalam kamar Gunjan dan duduk diatas tempat tidur, Veera menaruh cangkir teh tersebut di atas meja “Veera, teh itu tak akan terbang ke arahku jadi aku harap kamu mau membawakan teh itu untukku” Baldev mencoba menggoda Veera “Baldev, kamu kan bisa mengambilnya sendiri” Veera benar benar kesal dengan sikap Baldev “Veera, aku ini kan tamu dan juga kerabat kamu juga, jadi kamu seharusnya melayani aku atau aku akan mengeluh pada bibi Chaiji” Veera pun semakin marah “Iyaa kakak ipar” Baldev bingung “Apa yang kamu katakan, Veera ?” Baldev penasaran “Menurut adat istiadat pernikahan, kamu adalah kakak iparku, itulah mengapa aku memanggil kamu demikian, lihat bagaimana baiknya aku” Veera balik menggoda Baldev “Sudah tak usaha omong nggak karuan, sini berikan aku tehnya” Veera kemudian memberikan cangkir teh itu ke Baldev “Veera, coba di cek dulu, tehnya itu masih panas atau tak ?” Veera pun menempelkan cangkir itu di pipi Baldev, Baldev kaget dan berteriak “Apa itu ?” tanya Baldev heran “Selama ini kamu minta cium kan ? Nah sekarang kamu telah mendapatkannya” Veera merasa senang bisa mengerjai Baldev
Malam harinya, Ranvi sedang menyiapkan tempat tidurnya diatas sofa, Gunjan datang sambil membawa segelas susu untuk Ranvi “Ini ibu membuatkan susu buat kamu” kata Gunjan sambil meletakkan uu itu diatas meja “Aku akan keluar, kamu tidurlah dulu” kata Ranvi sambil membawa gelas susu tersebut keluar kamarnya, tak lama kemudian Veera memasuki kamar Ranvi sambil membawa botol berisi air, Gunjan segera mengambil botol air tersebut, Veera melihat selimut dan bantal Ranvi tergeletak di atas sofa, Veera nampak tak suka, Veera segera berteriak ke arah Gunjan “Itu bukan salahku, Veera ,,, kakakmu sendiri yang memilihnya” Gunjan mencoba membela dirinya”Ini adalah kamar kakakku dulunya, sebelum menjadi kamarmu, kamu yang seharusnya tidur di sofa, mengapa harus kakakku yang menerima semua penderitaan ini ? Berani benar kamu merusak acara tidur kakakku !” Veera benar benar kesal pada Gunjan “Sudah cukup, Veera ! Aku ini bukan boneka kamu, aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan, aku tak akan tidur diatas sofa !” Gunjan bersikeras dengan pendapatnya “Baik ! Kalau begitu keluarlah dari rumah ini ! Aku akan memanggil bibi Chaiji dan ibu dan aku akan mengatakan semuanya pada mereka ! Maka mereka pasti akan melempar kamu keluar dari rumah ini !” Veera kemudian keluar dari kamar Gunjan dengan perasaan kesal
Sementara itu Ranvi sedang termenung sedih di balkon luar rumahnya sambil memandang rembulan, Veera menemuinya “Veera, kenapa kamu belum tidur ?” Veera segera naik ke atas sambil berkata “Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang ketika kakakku masih terjaga” Ranvi nampak kikuk “Udara disini sangat nyaman dan aku baru saja hendak pergi tidur” Veera tahu kakaknya menyembunyikan perasaannya “Sudahlah, kakak ,,, lebih baik kakak berhenti berbohong padaku, selama ini apapun yang aku inginkan, kakak selalu memberikan semuanya padaku, sekarang aku ingin satu hal lagi yang harus kakak berikan untukku” Ranvi hanya tersenyum mendengar permintaan Veera
“Apakah kakakmu ini pernah mengatakan tak padamu ? Tentu saja kakak akan memberikannya padamu, kakak bahkan juga bersedia menyerahkan hidup kakak untuk kamu, jadi apa yang kamu inginkan ?” Ranvi mulai penasaran “Aku ingin kakak bahagia, aku ingin kakak berjanji padaku kalau kakak tak akan pernah menyakiti diri kakak sendiri, melihat kakak menderita seperti ini membuat aku juga lebih menderita, kak ,,, aku tak bisa melihat kakak bersedih” Veera merasa iba pada apa yang dialami Ranvi “Kakak harus berjanji padaku, kakak tak akan pernah menyakiti diri kakak sendiri” Ranvi segera menyeka airmata Veera dan berjanji padanya “Aku akan selalu mencoba semampuku, semaksimal mungkin, Veera” Ranvi pun memeluk adiknya, Veera juga membalas pelukkan kakaknya
Tak lama kemudian Ranvi kembali ke kamarnya dan dilihatnya Gunjan sudah tertidur di atas sofa “Gunjan, Gunjan ,,, tidurlah ditempat tidur” namun Gunjan tak merespon permintaan Ranvi, kemudian Ranvi menutupkan selimut ditubuh Gunjan dan berlalu ke tempat tidur, saat itu Gunjan terbangun tapi tak berbalik ataupun menyapa Ranvi, sedangkan Veera sedang berada dikamarnya, Veera sangat sedih dan bicara dengan foto Ranvi yang dipegannya sedari tadi “Aku tak akan duduk diam sekarang, kakak ,,, aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu, kakak” kata Veera sambil menangis dan memandangi foto Ranvi Pada tengah malam, Gunjan terbangun karena tak bisa tidur, sedari tadi perasaannya gelisah, Gunjan segera membentangkan selimutnya di lantai dan mulai tidur disana, saat itu Ranvi bangun “Gunjan, kamu bisa tidur di tempat tidur, biar aku saja yang tidur di sofa” kata Ranvi sambil membawa selimut dan bantalnya ke sofa, tiba tiba Gunjan berteriak ke arah Ranvi “Ingat ya Ranvi aku tak butuh bantuan apapun dari kamu ! Jadi lebih baik tinggalkan aku sendiri !” bentak Gunjan lantang, Ranvi kemudian melanjutkan tidurnya di sofa
Keesokan harinya, Veera memasuki kamar Ranvi dan mencoba membangunkan Gunjan yang masih asyik tidur dengan jam weker yang berdering sangat kencang, Veera sengaja mendekatkan jam weker itu di dekat telinga Gunjan, Gunjan merasa terganggu dengan bunyi jam weker tersebut kemudian terbangun dan dilihatnya Veera sudah berdiri didekatnya sambil memegangi jam weker “Veera, biarkan aku tidur dengan tenang ! Dan biarkan aku menikmati mimpi yang baru ! Sementara mimpi mimpi itu tak akan pernah jadi kenyataan” kata Gunjan sambil menutup matanya kembali untuk melanjutkan tidurnya “Heiii Gunjan ! Bangun dan bersiap siaplah ! Karena kamu mempunyai banyak pekerjaan hari ini !” bentak Veera “Aku ingin tidur dulu, Veera ,,, lebih baik kamu keluar saja dulu” namun Veera tak bergeming “Aku tak mau ! Ayooo Gunjan ! Cepat bangun ! Aku ini bukan kak Ranvi yang selalu mendengarkan ucapanmu ! Aku tahu bagaimana caranya membangunkan orang seperti kamu ini !” Gunjan langsung terbangun dengan perasaan kesal “Nah, begitu ! Bersiap siaplah, kamu hanya punya waktu 20 menit dan segera turun kebawah !” ketika Veera hendak pergi, Gunjan kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan berusaha untuk tidur lagi namun Veera segera membunyikan jam wekernya kembali, Gunjan pun terbangun dengan perasaan kesal
Veera kemudian turun ke bawah, saat itu Ranvi sedang menikmati sarapan pagi “Veera, apakah Gunjan sudah bangun ?” tanya Ratan yang masih sibuk menguleni adonan untuk membuat roti bareng bibi Chaiji “Iyaa, ibu ,,, ia sudah bangun” kata Veerta riang “Seharusnya kamu biarkan ia tidur dulu, Veera” Ranvi juga menyela ucapan ibunya “Gunjan sudah melakukan banyak pekerjaan kemarin” bibi Chaiji dan Ratan mulai menggoda Ranvi yang selalu mendukung Gunjan “Ranvi sekarang sudah jadi orang luar rupanya” goda Ratan, saat itu Baldev memasuki rumah Ratan sambil berkata “Ibuku juga mengatakan hal yang sama, setelah aku menikah nanti, aku juga tak akan sama seperti dulu, tapi aku rasa itu salah” sela Baldev, sementara Veera merasa jengah melihat kehadiran Baldev dirumahnya “Sekarang Baldev sudah datang, pasti ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi dirumah ini” kata Veera kesal
Gunjan sangat senang dan mengagumi anting anting emas yang diberikan oleh ibunya “Ibu telah mengirimkan sebuah hadiah yang paling bagus yang pernah aku dapatkan, tapi tadi Veera telah menghancurkan hariku” saat itu Baldev memasuki kamar Gunjan dan berdiri didepan Gunjan “Veera itu hanya bercanda, Gunjan ,,, itu cuma lelucon saja, lupakanlah, kamu tak usah marah seperti itu” Baldev berusaha menghibur adiknya “Gunjan, lebih baik kita lupakan saja masa lalu dan berbahagialah dengan apa yang sudah kamu dapatkan hari ini, tak ada gunanya mengingat ingat masa lalu” Gunjan merasa heran dengan Baldev “Kamu itu seharusnya sangat berterima kasih pada Ranvi, kamu seharusnya merasa senang dan menerima Ranvi sebagai suamimu, apalagi hari ini adalah hari perayaan holi jadi kita seharusnya melupakan semuanya dan mulai hidup yang baru” Baldev mencoba membuat Gunjan mengerti “Gunjan, kamu seharusnya berteman dengan Veera lagi, itu pasti akan menguntungkan buatku” Gunjan kaget “Maksudku, itu akan menguntungkan bagi semua orang karena kita semua adalah keluarga sekarang, oh iya ,,, aku akan pergi ke kota, apakah kamu ingin sesuatu ?” Gunjan langsung menyahut ucapan Baldev “Bawakan aku racun saja, kakak” kata Gunjan sambil meninggalkan Baldev, Baldev berusaha untuk membuat Gunjan mendengarkan perkataannya namun Gunjan tak mau mendengarkan
Ketika Baldev hendak mengejar Gunjan, di tengah jalan Baldev bertemu dengan Veera yang membawakan secangkir teh untuknya, Baldev masuk kembali ke dalam kamar Gunjan dan duduk diatas tempat tidur, Veera menaruh cangkir teh tersebut di atas meja “Veera, teh itu tak akan terbang ke arahku jadi aku harap kamu mau membawakan teh itu untukku” Baldev mencoba menggoda Veera “Baldev, kamu kan bisa mengambilnya sendiri” Veera benar benar kesal dengan sikap Baldev “Veera, aku ini kan tamu dan juga kerabat kamu juga, jadi kamu seharusnya melayani aku atau aku akan mengeluh pada bibi Chaiji” Veera pun semakin marah “Iyaa kakak ipar” Baldev bingung “Apa yang kamu katakan, Veera ?” Baldev penasaran “Menurut adat istiadat pernikahan, kamu adalah kakak iparku, itulah mengapa aku memanggil kamu demikian, lihat bagaimana baiknya aku” Veera balik menggoda Baldev “Sudah tak usaha omong nggak karuan, sini berikan aku tehnya” Veera kemudian memberikan cangkir teh itu ke Baldev “Veera, coba di cek dulu, tehnya itu masih panas atau tak ?” Veera pun menempelkan cangkir itu di pipi Baldev, Baldev kaget dan berteriak “Apa itu ?” tanya Baldev heran “Selama ini kamu minta cium kan ? Nah sekarang kamu telah mendapatkannya” Veera merasa senang bisa mengerjai Baldev
Malam harinya, Ranvi sedang menyiapkan tempat tidurnya diatas sofa, Gunjan datang sambil membawa segelas susu untuk Ranvi “Ini ibu membuatkan susu buat kamu” kata Gunjan sambil meletakkan uu itu diatas meja “Aku akan keluar, kamu tidurlah dulu” kata Ranvi sambil membawa gelas susu tersebut keluar kamarnya, tak lama kemudian Veera memasuki kamar Ranvi sambil membawa botol berisi air, Gunjan segera mengambil botol air tersebut, Veera melihat selimut dan bantal Ranvi tergeletak di atas sofa, Veera nampak tak suka, Veera segera berteriak ke arah Gunjan “Itu bukan salahku, Veera ,,, kakakmu sendiri yang memilihnya” Gunjan mencoba membela dirinya”Ini adalah kamar kakakku dulunya, sebelum menjadi kamarmu, kamu yang seharusnya tidur di sofa, mengapa harus kakakku yang menerima semua penderitaan ini ? Berani benar kamu merusak acara tidur kakakku !” Veera benar benar kesal pada Gunjan “Sudah cukup, Veera ! Aku ini bukan boneka kamu, aku akan melakukan apa yang ingin aku lakukan, aku tak akan tidur diatas sofa !” Gunjan bersikeras dengan pendapatnya “Baik ! Kalau begitu keluarlah dari rumah ini ! Aku akan memanggil bibi Chaiji dan ibu dan aku akan mengatakan semuanya pada mereka ! Maka mereka pasti akan melempar kamu keluar dari rumah ini !” Veera kemudian keluar dari kamar Gunjan dengan perasaan kesal
Sementara itu Ranvi sedang termenung sedih di balkon luar rumahnya sambil memandang rembulan, Veera menemuinya “Veera, kenapa kamu belum tidur ?” Veera segera naik ke atas sambil berkata “Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang ketika kakakku masih terjaga” Ranvi nampak kikuk “Udara disini sangat nyaman dan aku baru saja hendak pergi tidur” Veera tahu kakaknya menyembunyikan perasaannya “Sudahlah, kakak ,,, lebih baik kakak berhenti berbohong padaku, selama ini apapun yang aku inginkan, kakak selalu memberikan semuanya padaku, sekarang aku ingin satu hal lagi yang harus kakak berikan untukku” Ranvi hanya tersenyum mendengar permintaan Veera
“Apakah kakakmu ini pernah mengatakan tak padamu ? Tentu saja kakak akan memberikannya padamu, kakak bahkan juga bersedia menyerahkan hidup kakak untuk kamu, jadi apa yang kamu inginkan ?” Ranvi mulai penasaran “Aku ingin kakak bahagia, aku ingin kakak berjanji padaku kalau kakak tak akan pernah menyakiti diri kakak sendiri, melihat kakak menderita seperti ini membuat aku juga lebih menderita, kak ,,, aku tak bisa melihat kakak bersedih” Veera merasa iba pada apa yang dialami Ranvi “Kakak harus berjanji padaku, kakak tak akan pernah menyakiti diri kakak sendiri” Ranvi segera menyeka airmata Veera dan berjanji padanya “Aku akan selalu mencoba semampuku, semaksimal mungkin, Veera” Ranvi pun memeluk adiknya, Veera juga membalas pelukkan kakaknya
Tak lama kemudian Ranvi kembali ke kamarnya dan dilihatnya Gunjan sudah tertidur di atas sofa “Gunjan, Gunjan ,,, tidurlah ditempat tidur” namun Gunjan tak merespon permintaan Ranvi, kemudian Ranvi menutupkan selimut ditubuh Gunjan dan berlalu ke tempat tidur, saat itu Gunjan terbangun tapi tak berbalik ataupun menyapa Ranvi, sedangkan Veera sedang berada dikamarnya, Veera sangat sedih dan bicara dengan foto Ranvi yang dipegannya sedari tadi “Aku tak akan duduk diam sekarang, kakak ,,, aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu, kakak” kata Veera sambil menangis dan memandangi foto Ranvi Pada tengah malam, Gunjan terbangun karena tak bisa tidur, sedari tadi perasaannya gelisah, Gunjan segera membentangkan selimutnya di lantai dan mulai tidur disana, saat itu Ranvi bangun “Gunjan, kamu bisa tidur di tempat tidur, biar aku saja yang tidur di sofa” kata Ranvi sambil membawa selimut dan bantalnya ke sofa, tiba tiba Gunjan berteriak ke arah Ranvi “Ingat ya Ranvi aku tak butuh bantuan apapun dari kamu ! Jadi lebih baik tinggalkan aku sendiri !” bentak Gunjan lantang, Ranvi kemudian melanjutkan tidurnya di sofa
Keesokan harinya, Veera memasuki kamar Ranvi dan mencoba membangunkan Gunjan yang masih asyik tidur dengan jam weker yang berdering sangat kencang, Veera sengaja mendekatkan jam weker itu di dekat telinga Gunjan, Gunjan merasa terganggu dengan bunyi jam weker tersebut kemudian terbangun dan dilihatnya Veera sudah berdiri didekatnya sambil memegangi jam weker “Veera, biarkan aku tidur dengan tenang ! Dan biarkan aku menikmati mimpi yang baru ! Sementara mimpi mimpi itu tak akan pernah jadi kenyataan” kata Gunjan sambil menutup matanya kembali untuk melanjutkan tidurnya “Heiii Gunjan ! Bangun dan bersiap siaplah ! Karena kamu mempunyai banyak pekerjaan hari ini !” bentak Veera “Aku ingin tidur dulu, Veera ,,, lebih baik kamu keluar saja dulu” namun Veera tak bergeming “Aku tak mau ! Ayooo Gunjan ! Cepat bangun ! Aku ini bukan kak Ranvi yang selalu mendengarkan ucapanmu ! Aku tahu bagaimana caranya membangunkan orang seperti kamu ini !” Gunjan langsung terbangun dengan perasaan kesal “Nah, begitu ! Bersiap siaplah, kamu hanya punya waktu 20 menit dan segera turun kebawah !” ketika Veera hendak pergi, Gunjan kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan berusaha untuk tidur lagi namun Veera segera membunyikan jam wekernya kembali, Gunjan pun terbangun dengan perasaan kesal
Veera kemudian turun ke bawah, saat itu Ranvi sedang menikmati sarapan pagi “Veera, apakah Gunjan sudah bangun ?” tanya Ratan yang masih sibuk menguleni adonan untuk membuat roti bareng bibi Chaiji “Iyaa, ibu ,,, ia sudah bangun” kata Veerta riang “Seharusnya kamu biarkan ia tidur dulu, Veera” Ranvi juga menyela ucapan ibunya “Gunjan sudah melakukan banyak pekerjaan kemarin” bibi Chaiji dan Ratan mulai menggoda Ranvi yang selalu mendukung Gunjan “Ranvi sekarang sudah jadi orang luar rupanya” goda Ratan, saat itu Baldev memasuki rumah Ratan sambil berkata “Ibuku juga mengatakan hal yang sama, setelah aku menikah nanti, aku juga tak akan sama seperti dulu, tapi aku rasa itu salah” sela Baldev, sementara Veera merasa jengah melihat kehadiran Baldev dirumahnya “Sekarang Baldev sudah datang, pasti ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi dirumah ini” kata Veera kesal
Baca Selanjutnya Sinopsis Veera Episode 371