Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 528. Jodha tersadar dari pingsannya ia pun duduk ditempat tidur. Betapa kagetnya ia menengok ternyata Laboni duduk disampingnya. Jodha: “Kau!!! Kau disini?! Kau sudah diberi maaf!!! Enyahlah kau dari sini!!! Cepat pergi!!!” Laboni menjawab dengan congkak: “Kau masih lelah. Tenanglah semuanya baik-baik saja. Kita telah melakukan nya bersama memakai Sindur. Jodha geram dan berkata: “Apa yang kau maksudkan!” Laboni: “Aku datang untuk Jalal” Jodha: “Stop kau harus enyalah dari sini segera. Kau mengacau kan upacara tadi!!!” Laboni semakin kurang ajar dan berkata: “Hentikan!!! Tenanglah. Tenanglah. Jangan kau gaduh. Sebentar lagi suami ku akan datang kesini” Jodha semakin geram: “Apa? ia adalah suami ku!!! Laboni benar-benar congkak: “Tak ingat kah kau? Aku juga melaksanakan Phera bersama Jalal dan ia membebuhkan Sindur di kening ku juga. Aku istri nya Jalal sekarang
Laboni lanjut berkata: “Aku akan memberi mu kesempatan juga. Bukankah kita berdua adalah istrinya Jalal? Aku tak membutuhkan tubuh mu di siang hari maka kau akan memilikinya pada waktu siang hari dan ia akan adalah memiliki ku di malam hari. Jalal milik ku sepenuhnya dimalam hari. Sementara kau akan menjadi bekerja sebagai pelayannya di siang hari. tapi kau telah membinasakan raga ku. Oleh karenanya aku membutuhkan tubuh mu. Kau boleh menggunakan tubuh mu itu di siang hari dan aku akan berada dalam tubuh mu di saat malam. Pembagian ini akan mulai sejak malam ini!!!
Laboni kemudian memandang tajam ke mata Jodha. Ia menyihirnya sehingga Jodha tak kuasa bergerak dan terbaring tak sadarkan diri. Kemudian arwah Laboni masuk kedalam tubuh Jodha. Jodha yang telah dirasuki arwah Laboni bangun dan duduk. Mata Jodha membelalak dengan cara memandang aneh. Tak lama kemudian Jalal memasuki kamar. Jalal bertanya: “Jodha kau sudah baik-baik saja bukan?” Jodha berpaling memandang dengan cara yang aneh ke Jalal lalu menjawab dengan suara yang berat: “Ya” Jalal lanjut bertanya: “Aku mendengar seakan kau berbicara dengan seseorang di kamar ini tadi. Kau bicara dengan siapa? Jalal memperhatikan di sekeliling tapi tak ada orang lain disana. Jodha menjawab masih dengan suara berat dan ia mulai bertingkah genit seperti Laboni biasa bergaya. Jodha memaikan ujung rambutnya seperti Laboni: ”Aku sedang berbicara pada diri ku sendiri” Jodha mulai mendekatkan tubuhnya ke Jalal. Ia membelai wajah Jalal lalu memeluknya sambil merayu: “Aku sedang menghayalkan bagaimana caranya aku akan merayu mu. Mengapa kau baru datang menghampiri ku sekarang?” Jalal kelihatan terheran dan berkata: “Aku diberitahu oleh Tabib bahwa kau perlu banyak istiarahat” Jodha lalu menjawab dengan bergaya genit: “Bukankah malam ini malam pengantin kita? Lalu untuk apa aku isturahat dan pergi? Bukan kah tak ada orang yang oergi tidur di malam istimewa ini?” Jalal tersenyum mendegar penjelasan Jodha. Kemudian Jodha kembali memeluk erat Jalal. Tampak mata Jodha berubah biru seperti mata Laboni saat ia melakukan sihirnya. Jalal: “Aku membawakan mu sebuah hadiah yang amat indah. Jodha menjawab: “Bagus kalau begitu” Jalal kemudian tersenyum dan bertanya: “Akan tapi aku ingin tahu juga apa hadiah yang akan kau berikan kepada ku” ” Jalal kemudian memanggil pelayan untuk masuk membawakannya. Jalal menengok ke kanan-kiri mencari hadiah untuknya: “Lalu mana ia hadiah untuk ku Jodha?” Tampaknya Jodha yang dirasuki arwah Laboni tak tahu tentang hadiah itu. Jodha balik bertanya hadiah apa? Jalal lanjut berkata: “Aku tahu seperti biasanya kau selalu memberikan aku hadiah yang amat istimewa. Ayo katakan lah pada ku apa hadiah mu untuk ku?” Jodha mengulur waktu dan berkata: “Kau duluan yang harus memperlihatkan hadiah mu untuk ku” Seorang pelayan masuk membawa hadiah Jalal untuk Jodha. Jalal memperlihatkan hadiahnya sehelai Dupatta Kuning bertaburkan bling bling, lalu mengenakannya dikepala Jodha. Kemudian Jodha berkata: “Sangat cantik sekali” Jalal memandang bahagia dan berkata: “Itu karena ada sesuatu yang lebih istimewa dibaliknya” Jodha balik bertanya: “Vo kya? Apa itu?” Jalal mengajak Jodha berdiri dan mendekati cawan besar berisi air dan helaian bunga-bunga. Jalal berkata: “Lihat lah kemari Jodha” Jalal memperlihatkan pantulan wajah mereka berdua di air tersebut. Sementara Jodha hanya focus memandangi wajahnya sendiri. Jalal lanjut bertanya: “Tak kah kau ingat semua itu?” Jodha yang tengah dirasuki Laboni terlihat bingung dan berkata ragu setengah bertanya: “Ingat?” Akan tapi buru-buru ia mengkoreksi perkataanya tadi. Sambil bergaya centil Jodha meliuk dan merebahkan kepalanya di bahu Jalal lalu berkata: “Ingat. Tentu aku ingat semuanya. Bagaimana dengan mu?” Jalal memeluk mesra Jodha dan berkata: “Bagaimana mungkin aku melupakannya. Saat itu adalah kali pertama aku menyaksikan pantulan wajh mu di air saat perayaan Ganghaur di Amer. Saat itu kau mengenakan Dupatta yang sama dengan ini. Cahaya sinar rembulan seakan memancar dari diri mu malam itu” Flash back ke adegan dimana Jalal pertama kali mengendap dan mencuri pandangan saat pertama ia melihat Jodha. Jalal mengutarakan hal ini penuh dengan rasa cinta. Jodha tersanjung dan sambil memandang Jalal ia berkata: “Aduh kau mengutarakannya seindah puisi” Jalal menjawab: “Semua ini ka lah penyebabnya. Cinta mu lah yang membuat diri ku menjadi puitis. Lalu bagaimana dengan hadiah mu untuk ku?” Jodha menjawab: “Aj hum ap ko aise tofa denge. Ye zindagi me kabhi nehi. Aku akan memberikan mu hadiah teristimewa yang belum pernah kau peroleh seumur hidup mu” Jodha menarik kalung Jalal dan membimbingnya ke pembaringan. Jalal tersenyum-senyum mendapatkan kejutan ini. Jodha melepas Dupattanya dan melepas jubah Jalal dan satu per satu kalung di badan Jalal. Sementara Jalal terheran tapi senang melihat kelakukan Jodha yang tak biasa ini. Jalal berkata: “Kau tak seperi biasanya. Aku tak pernah melihat mu seperti ini? Jodha menjawab dengan pandangan mata menggoda: “Ye to bas suru ate. Aku baru saja memulainya” Jodha mendorong Jalal ke tempat tidur.
Adegan berganti ke Anarkali yang sedang bersama Salim dikamarnya. Tampaknya sutradara dan penulis scenario mau meniru ulang semua adegan mesra Jalal-Jodha lalu memberlakukannya untuk adegan mesra Sanarkali. Salim tampak merebahkan diri dipangkuan Anarkali. Anarkali berkata bahwa Malika Hindustan terlihat cantik sekali tadi saat upacara pernikahan tadi. Salim memandang Anarkali dan berkata: “Saat itu aku menghayalkan bagaimana cantik nya kau dalam pakaian pengantin nanti sebagai calon istri ku” Anarkali menjawab: ”Aku memikirkan Maan Bai. Betapa terluka hatinya jika ia mendengar hal ini” Salim berkata: “BUkan kah lebih baik ia langsung mengetahuinya dari pada nanti ia sakit hati setiap harinya. tak adil jika Maan Bai harus menerima menjadi istri seorang yang tak mencintainya” Salim lalu bertanya apa yang selalu menjadi impian Anarkali semasa kecil? Anarkali mengatakan: “Semua nya telah pupus ketika aku memutuskan untuk menjadi penari. Dan sekarang aku tak memiliki angan-angan apa pun juga” Salim berusaha membesarkan hati Anarkali dengan mengatakan: “Aku yakin angan mu tak lama lagi akan mejadi kenyataan. Calon Ratu ku” Salim menjanjikan jika dirinya kelak menjadi Raja semua akan terlaksana.
Adegan memperlihatkan Jodha dikamarnya. Pagi harinya Jodha terbangun dengan kepala terasa berat. Ia melihat kesekeliling kamarnya yang tampak berantakan. Jodha berkata kepada dirinya sendiri: “Apa gerangan yang terjadi? Mengapa semua tercecer dilantai? Aduh kepala ku teras sakit sekalli” Tiba-tiba Laboni muncul duduk dihadapan cermin meja rias. ia tertawa-tawa khas She Devil. Laboni berkata dengan sombong: “Pemandangan yang luar biasa” Jodha terkejut memandangnya. Lababon lanjut berkata: “Kal rat Shahenshah ki sath bohot mazagaya. Aku menghabiskan malam yang menakjubkan bersama Shahenshah” Jodha semakin geram medengar Lababon. Laboni lanjut melecehkan Jodha: “Selama ini aku selalu menginginkan Jalal dan akhirnya ia milik ku sekarang” Jodha geram dan berkata: “Kau harus segera diringkus” Lababon berteriak keras memaki Jodha: “Hei!!!! Tum bagal hei kya!!! Ha!!! Sudah gila kau rupanya!!! Lalu ia tertawa terbahak-bahak dan memperolok Jodha lagi: “Hahaha!!! Tak sadarkah kau!!! Mei insan nehi. Atma ho! Aku bukan manusia lagi. Aku hanyalah jiwa tak bertubuh!!! Lalu bagaimana bisa kau tangkap aku! Kau bahkan tak mungkin membunuh ku lagi! Kau tak mungkin membakar ku lagi atau menenggelamkan ku ke dalam air!!! Aku tak tampak dimata orang lain. Jadi bagaimana kau bisa mengalahkan ku? Katakan siapa yang akan membantu mu melawan ku Malika Hindustan? Suami akan ku bunuh jika kau berani!!!” Sedari tadi Jodha diam sambil memandang geram kearah Lababon. (Hahaha!!! Laboni ngak salah menuduh nih?! Bukankah ia sendiri yang gila? Bahkan begitu gilanya sampai mati pun jadi arwah penasaran!!!) Tak lama kemudian pelayan mengumumkan kedatangan Jalal kesana. Jodha tampak bernafas tersengal-sengal dan wajahnya tegang. Jalal masuk menghampiri dan menyapa Jodha dengan senyum lebar di wajahnya. Arwah Laboni langsung mendekati dan mencium rambut Jalal tanpa disadarinya. Jalal berkata kepada Jodha: “Ku kira kau masih tidur? Aku menanti kau bangun. Hadiah dari mu semalam sungguh saat istimewa. Jodha sekali lagi kau menang dari ku” Sementara itu Laboni terus membelai dan bahkan merebahkan kepala dibahu tanpa dirasakan Jalal. Jodha semakin memandang tegang dan lalu berdiri. tapi Lababon marah dan menghalangi langkah Jodha. Dengan gerakan sihir jarinya maka bejana-bejana berisi air dimeja berjatuhan. Jalal kaget dan berkata: “Kenapa bisa jatuh? Aku akan panggilkan pelayan untuk membersihkannya” Jodha lalu berkata: “Shahenshah aku ingin menyampaikan sesuatu” Dengan kurang ajar Laboni mencengkram wajah Jodha mencegahnya bicara. Kaan tapi Jalal tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi pada Jodha. Jalal heran kenapa Jodha
terdiam begitu: “Keh ye ky bate? Apa yang akan kau katakan pada ku?” Jodha berusaha keras untuk bicara tapi tangan Laboni semakin kencang mencengkram wajahnya. Jodha hanya bisa menggelengkan kepala. Tiba-tiba pelayan menyampaikan pesan bahwa ada hal yang penting dan Shahenshah ditunggu kehadirannya di Divan-I-Khas. Jalal kemudian pun pamit pergi. Lababon langsung tertawa melelehkan Jodha: “Lucu sekali. Kau tak bisa bicara pada suami tadi ya?!” Laboni melepaskan cengkramannya dan Jodha terbatuk karena sulit bernafas. Laboni kembali mencengkram wajah Jodha lalu mengancamnya: “Ap sun! Dengarkanlah! Aku akan membunuh suami mu itu jika sampai ada orang yang mengetahui hal sebenarnya!!! Dengan mudah aku bisa membunuh suami mu itu. Perlukah aku menunjukan kemampuan ku ini?” Jodha memohon: “Tidak! Jangan kau sakiti dia” Laboni mengolok Jodha: “Mungkin aku seharusnya berterimakasih pada mu. Karena apa yang tak dapat ku wujudkan saat aku masih hidup malah dengan mudah bisa ku laksanakan sekarang setelah aku mati” Lababon terbahak-bahak sementara Jodha memadang menahan amarahnya yang membara tanpa bisa berbuat apa-apa. Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 529
Laboni lanjut berkata: “Aku akan memberi mu kesempatan juga. Bukankah kita berdua adalah istrinya Jalal? Aku tak membutuhkan tubuh mu di siang hari maka kau akan memilikinya pada waktu siang hari dan ia akan adalah memiliki ku di malam hari. Jalal milik ku sepenuhnya dimalam hari. Sementara kau akan menjadi bekerja sebagai pelayannya di siang hari. tapi kau telah membinasakan raga ku. Oleh karenanya aku membutuhkan tubuh mu. Kau boleh menggunakan tubuh mu itu di siang hari dan aku akan berada dalam tubuh mu di saat malam. Pembagian ini akan mulai sejak malam ini!!!
Laboni kemudian memandang tajam ke mata Jodha. Ia menyihirnya sehingga Jodha tak kuasa bergerak dan terbaring tak sadarkan diri. Kemudian arwah Laboni masuk kedalam tubuh Jodha. Jodha yang telah dirasuki arwah Laboni bangun dan duduk. Mata Jodha membelalak dengan cara memandang aneh. Tak lama kemudian Jalal memasuki kamar. Jalal bertanya: “Jodha kau sudah baik-baik saja bukan?” Jodha berpaling memandang dengan cara yang aneh ke Jalal lalu menjawab dengan suara yang berat: “Ya” Jalal lanjut bertanya: “Aku mendengar seakan kau berbicara dengan seseorang di kamar ini tadi. Kau bicara dengan siapa? Jalal memperhatikan di sekeliling tapi tak ada orang lain disana. Jodha menjawab masih dengan suara berat dan ia mulai bertingkah genit seperti Laboni biasa bergaya. Jodha memaikan ujung rambutnya seperti Laboni: ”Aku sedang berbicara pada diri ku sendiri” Jodha mulai mendekatkan tubuhnya ke Jalal. Ia membelai wajah Jalal lalu memeluknya sambil merayu: “Aku sedang menghayalkan bagaimana caranya aku akan merayu mu. Mengapa kau baru datang menghampiri ku sekarang?” Jalal kelihatan terheran dan berkata: “Aku diberitahu oleh Tabib bahwa kau perlu banyak istiarahat” Jodha lalu menjawab dengan bergaya genit: “Bukankah malam ini malam pengantin kita? Lalu untuk apa aku isturahat dan pergi? Bukan kah tak ada orang yang oergi tidur di malam istimewa ini?” Jalal tersenyum mendegar penjelasan Jodha. Kemudian Jodha kembali memeluk erat Jalal. Tampak mata Jodha berubah biru seperti mata Laboni saat ia melakukan sihirnya. Jalal: “Aku membawakan mu sebuah hadiah yang amat indah. Jodha menjawab: “Bagus kalau begitu” Jalal kemudian tersenyum dan bertanya: “Akan tapi aku ingin tahu juga apa hadiah yang akan kau berikan kepada ku” ” Jalal kemudian memanggil pelayan untuk masuk membawakannya. Jalal menengok ke kanan-kiri mencari hadiah untuknya: “Lalu mana ia hadiah untuk ku Jodha?” Tampaknya Jodha yang dirasuki arwah Laboni tak tahu tentang hadiah itu. Jodha balik bertanya hadiah apa? Jalal lanjut berkata: “Aku tahu seperti biasanya kau selalu memberikan aku hadiah yang amat istimewa. Ayo katakan lah pada ku apa hadiah mu untuk ku?” Jodha mengulur waktu dan berkata: “Kau duluan yang harus memperlihatkan hadiah mu untuk ku” Seorang pelayan masuk membawa hadiah Jalal untuk Jodha. Jalal memperlihatkan hadiahnya sehelai Dupatta Kuning bertaburkan bling bling, lalu mengenakannya dikepala Jodha. Kemudian Jodha berkata: “Sangat cantik sekali” Jalal memandang bahagia dan berkata: “Itu karena ada sesuatu yang lebih istimewa dibaliknya” Jodha balik bertanya: “Vo kya? Apa itu?” Jalal mengajak Jodha berdiri dan mendekati cawan besar berisi air dan helaian bunga-bunga. Jalal berkata: “Lihat lah kemari Jodha” Jalal memperlihatkan pantulan wajah mereka berdua di air tersebut. Sementara Jodha hanya focus memandangi wajahnya sendiri. Jalal lanjut bertanya: “Tak kah kau ingat semua itu?” Jodha yang tengah dirasuki Laboni terlihat bingung dan berkata ragu setengah bertanya: “Ingat?” Akan tapi buru-buru ia mengkoreksi perkataanya tadi. Sambil bergaya centil Jodha meliuk dan merebahkan kepalanya di bahu Jalal lalu berkata: “Ingat. Tentu aku ingat semuanya. Bagaimana dengan mu?” Jalal memeluk mesra Jodha dan berkata: “Bagaimana mungkin aku melupakannya. Saat itu adalah kali pertama aku menyaksikan pantulan wajh mu di air saat perayaan Ganghaur di Amer. Saat itu kau mengenakan Dupatta yang sama dengan ini. Cahaya sinar rembulan seakan memancar dari diri mu malam itu” Flash back ke adegan dimana Jalal pertama kali mengendap dan mencuri pandangan saat pertama ia melihat Jodha. Jalal mengutarakan hal ini penuh dengan rasa cinta. Jodha tersanjung dan sambil memandang Jalal ia berkata: “Aduh kau mengutarakannya seindah puisi” Jalal menjawab: “Semua ini ka lah penyebabnya. Cinta mu lah yang membuat diri ku menjadi puitis. Lalu bagaimana dengan hadiah mu untuk ku?” Jodha menjawab: “Aj hum ap ko aise tofa denge. Ye zindagi me kabhi nehi. Aku akan memberikan mu hadiah teristimewa yang belum pernah kau peroleh seumur hidup mu” Jodha menarik kalung Jalal dan membimbingnya ke pembaringan. Jalal tersenyum-senyum mendapatkan kejutan ini. Jodha melepas Dupattanya dan melepas jubah Jalal dan satu per satu kalung di badan Jalal. Sementara Jalal terheran tapi senang melihat kelakukan Jodha yang tak biasa ini. Jalal berkata: “Kau tak seperi biasanya. Aku tak pernah melihat mu seperti ini? Jodha menjawab dengan pandangan mata menggoda: “Ye to bas suru ate. Aku baru saja memulainya” Jodha mendorong Jalal ke tempat tidur.
Adegan berganti ke Anarkali yang sedang bersama Salim dikamarnya. Tampaknya sutradara dan penulis scenario mau meniru ulang semua adegan mesra Jalal-Jodha lalu memberlakukannya untuk adegan mesra Sanarkali. Salim tampak merebahkan diri dipangkuan Anarkali. Anarkali berkata bahwa Malika Hindustan terlihat cantik sekali tadi saat upacara pernikahan tadi. Salim memandang Anarkali dan berkata: “Saat itu aku menghayalkan bagaimana cantik nya kau dalam pakaian pengantin nanti sebagai calon istri ku” Anarkali menjawab: ”Aku memikirkan Maan Bai. Betapa terluka hatinya jika ia mendengar hal ini” Salim berkata: “BUkan kah lebih baik ia langsung mengetahuinya dari pada nanti ia sakit hati setiap harinya. tak adil jika Maan Bai harus menerima menjadi istri seorang yang tak mencintainya” Salim lalu bertanya apa yang selalu menjadi impian Anarkali semasa kecil? Anarkali mengatakan: “Semua nya telah pupus ketika aku memutuskan untuk menjadi penari. Dan sekarang aku tak memiliki angan-angan apa pun juga” Salim berusaha membesarkan hati Anarkali dengan mengatakan: “Aku yakin angan mu tak lama lagi akan mejadi kenyataan. Calon Ratu ku” Salim menjanjikan jika dirinya kelak menjadi Raja semua akan terlaksana.
Adegan memperlihatkan Jodha dikamarnya. Pagi harinya Jodha terbangun dengan kepala terasa berat. Ia melihat kesekeliling kamarnya yang tampak berantakan. Jodha berkata kepada dirinya sendiri: “Apa gerangan yang terjadi? Mengapa semua tercecer dilantai? Aduh kepala ku teras sakit sekalli” Tiba-tiba Laboni muncul duduk dihadapan cermin meja rias. ia tertawa-tawa khas She Devil. Laboni berkata dengan sombong: “Pemandangan yang luar biasa” Jodha terkejut memandangnya. Lababon lanjut berkata: “Kal rat Shahenshah ki sath bohot mazagaya. Aku menghabiskan malam yang menakjubkan bersama Shahenshah” Jodha semakin geram medengar Lababon. Laboni lanjut melecehkan Jodha: “Selama ini aku selalu menginginkan Jalal dan akhirnya ia milik ku sekarang” Jodha geram dan berkata: “Kau harus segera diringkus” Lababon berteriak keras memaki Jodha: “Hei!!!! Tum bagal hei kya!!! Ha!!! Sudah gila kau rupanya!!! Lalu ia tertawa terbahak-bahak dan memperolok Jodha lagi: “Hahaha!!! Tak sadarkah kau!!! Mei insan nehi. Atma ho! Aku bukan manusia lagi. Aku hanyalah jiwa tak bertubuh!!! Lalu bagaimana bisa kau tangkap aku! Kau bahkan tak mungkin membunuh ku lagi! Kau tak mungkin membakar ku lagi atau menenggelamkan ku ke dalam air!!! Aku tak tampak dimata orang lain. Jadi bagaimana kau bisa mengalahkan ku? Katakan siapa yang akan membantu mu melawan ku Malika Hindustan? Suami akan ku bunuh jika kau berani!!!” Sedari tadi Jodha diam sambil memandang geram kearah Lababon. (Hahaha!!! Laboni ngak salah menuduh nih?! Bukankah ia sendiri yang gila? Bahkan begitu gilanya sampai mati pun jadi arwah penasaran!!!) Tak lama kemudian pelayan mengumumkan kedatangan Jalal kesana. Jodha tampak bernafas tersengal-sengal dan wajahnya tegang. Jalal masuk menghampiri dan menyapa Jodha dengan senyum lebar di wajahnya. Arwah Laboni langsung mendekati dan mencium rambut Jalal tanpa disadarinya. Jalal berkata kepada Jodha: “Ku kira kau masih tidur? Aku menanti kau bangun. Hadiah dari mu semalam sungguh saat istimewa. Jodha sekali lagi kau menang dari ku” Sementara itu Laboni terus membelai dan bahkan merebahkan kepala dibahu tanpa dirasakan Jalal. Jodha semakin memandang tegang dan lalu berdiri. tapi Lababon marah dan menghalangi langkah Jodha. Dengan gerakan sihir jarinya maka bejana-bejana berisi air dimeja berjatuhan. Jalal kaget dan berkata: “Kenapa bisa jatuh? Aku akan panggilkan pelayan untuk membersihkannya” Jodha lalu berkata: “Shahenshah aku ingin menyampaikan sesuatu” Dengan kurang ajar Laboni mencengkram wajah Jodha mencegahnya bicara. Kaan tapi Jalal tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi pada Jodha. Jalal heran kenapa Jodha
terdiam begitu: “Keh ye ky bate? Apa yang akan kau katakan pada ku?” Jodha berusaha keras untuk bicara tapi tangan Laboni semakin kencang mencengkram wajahnya. Jodha hanya bisa menggelengkan kepala. Tiba-tiba pelayan menyampaikan pesan bahwa ada hal yang penting dan Shahenshah ditunggu kehadirannya di Divan-I-Khas. Jalal kemudian pun pamit pergi. Lababon langsung tertawa melelehkan Jodha: “Lucu sekali. Kau tak bisa bicara pada suami tadi ya?!” Laboni melepaskan cengkramannya dan Jodha terbatuk karena sulit bernafas. Laboni kembali mencengkram wajah Jodha lalu mengancamnya: “Ap sun! Dengarkanlah! Aku akan membunuh suami mu itu jika sampai ada orang yang mengetahui hal sebenarnya!!! Dengan mudah aku bisa membunuh suami mu itu. Perlukah aku menunjukan kemampuan ku ini?” Jodha memohon: “Tidak! Jangan kau sakiti dia” Laboni mengolok Jodha: “Mungkin aku seharusnya berterimakasih pada mu. Karena apa yang tak dapat ku wujudkan saat aku masih hidup malah dengan mudah bisa ku laksanakan sekarang setelah aku mati” Lababon terbahak-bahak sementara Jodha memadang menahan amarahnya yang membara tanpa bisa berbuat apa-apa. Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 529