Sinopsis Jodha Akbar Antv Tayang 9 April 2015

Posted by

Sinopsis Jodha Akbar Antv Tayang 9 April 2015.  Adegan pada episode 372, diawali dengan suasana yang menggambarkan pada malam hari di sebuah ruang kamar. Tampak seorang lelaki bertelanjang dada merebahkan diri di tempat tidurnya. Ada sehelai kain menyelimuti badannya. Ya, lelaki itu tak lain adalah, Yang Mulia Raja Jalaludin Muhammad Akbar. Sementara, seorang wanita disebelahnya, yang tak lain adalah salah satu istrinya yaitu Jodha, sedang mengoleskan krim pada luka-luka di tubuh suaminya. Terlihat dari mimiknya, wajah Jodha mengungkapkan bahwa dirinya sangat kesal pada Jalal. Setelah selesai membalut luka Jalal, Jodha menggerutu, “Jadi dengan cara seperti ini Kau mengajarkan sesuatu pada anakmu, Yang Mulia? Bagaimana nanti kalau Kau terluka parah? Bagaimana juga kalau bukan Salim? Aku pasti akan menyerangmu, Kau seharusnya menceritakan terlebih dahulu padaku tentang rencanamu itu, Yang Mulia.” Ucap Jodha dengan ketus, namun Jalal hanya diam tetap memperhatikan istrinya yang sedang marah padanya.

http://informasidiary.blogspot.com/2015/04/sinopsis-jodha-akbar-antv-tayang-9-april-2015.html
Jodha terlihat semakin jengkel, karena Jalal tak menanggapi perkataannya. Jodha memilih semua ramuan obat dan berdiri hendak beranjak pergi dari kamar Jalal. Akan tetapi tangan Jalal langsung menyambar tangannya, “Ratu Jodha, tidakkah Kau tahu, masih ada banyak luka ditubuhku yang membutuhkan obatmu itu!” Ujar Jalal.
“Oh ya, dimana?” Sontak Jodha panik begitu mengetahui bahwa ada luka lainnya di tubuh Jalal yang mungkin yang terlewati dan belum terobati.
“Yang mana, Yang Mulia? Aku harus mengoleskan obat ini disemua luka yang ada.” kata Jodha.
“Kau tak akan menemukannya bila Kau menjauh dariku Ratu Jodha, mendekatlah padaku, Kau pasti akan menemukannya.” Ujar Jalal, Jodha pun menuruti permintaan Jalal, lalu duduk tepat disebelah Jalal diatas ranjang tidur, “Tapi Yang Mulia, aku tak menemukan luka apapun ditubuhmu ini?” Kata Jodha seraya meneliti seluruh bagian di wajah dan tubuh Jalal sambil membolak-balik wajah Jalal.
“Lukanya itu ada didalam sini, Ratu Jodha,” ujar Jalal sambil memegang tangan Jodha lalu meletakkannya didadanya sebelah kirinya. Jodha mulai paham maksud Jalal. Apalagi kalau bukan Jalal ingin menggodanya.
“Bagaimana? Kau bisa merasakan lukaku sekarang, Ratu jodha?” Tanya Jalal, Jodha hanya tersenyum, memperhatikan tingkah laku suaminya.
“Ratu Jodha, Kau tahu? Luka yang pertama ini Kau berikan ketika aku melihatmu pertama kali.” Ujar Jalal kemudian menggeserkan tangan Jodha dan meletakkannya didadanya yang sebelah kanan, “Dan luka yang ini, Kau berikan ketika aku melihatmu
pertama kali di pantulan air di kolam, ketika Kau juga melihatku untuk yang pertama kali, lalu aku melihatmu pergi di dalam sebuah tandu.” Ujar Jalal panjang lebar, tapi Jodha terdiam menyimak dan menuruti gerakan tangan suaminya. Jalal menggeser kembali tangan Jodha ke arah leher, “Sedangkan luka yang ini, Kau berikan ketika Kau mengambil sebilah pedang dan Kau menaruhnya dileherku.” Ujar Jalal lagi setelahnya kembali Jalal menggeser tangan Jodha kearah dadanya. “Dan luka yang ini, kamu berikan ketika Kau tak mengijinkan aku untuk menyentuhmu!” Ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha dengan lembut. “Ratu Jodha, Kau juga telah memberikan aku luka ketika Kau memberikan hatimu untukku.” Goda Jalal, Jodha menanggapinya dengan senyumannnya. “Jadi, sekarang Kau harus memberikan obat juga untuk luka-luka ini!” Seru Jalal.
“Kau nakal, Yang Mulia!” Jodha merasa gregetan dengan perlakuan suaminya lalu spontan memukuh hangat dada kiri Jalal yang sontak membuat Jalal meringis kesakitan. Jodha terkejut dan panik. “Aduh Yang Mulia, maaf sakit ya?” Tanya Jodha.
“Tidak! tak apa-apa, tapi kumohon jangan pergi! Jangan tinggalkan aku, tetaplah disini. Aku ingin malam ini bersamamu, Ratu Jodha.” Pinta Jalal. Jodha pun tersenyum memandang Jalal lalu dicubitnya dagu Jalal dengan gemas, Jalal tersenyum memandang istrinya yang cantik. Kemudian Jodha berbaring disebelah Jalal, diatas ranjang tidur. Tangan mereka bertautan satu sama lain, kemudian Jalal mencium tangan Jodha, Jodha pun membelai wajah Jalal dengan lembut. Mereka berdua tampak saling memandang satu sama lain sambil tersenyum dengan penuh cinta.
Kemesraan mereka berdua diiringi dengan lagu In Aankhon Mein Tum. Best scene Jodha dan Jalal pun berakhir.---

Adegan beralih, memperlihatkan di sebuah ruang Keluarga Istana, terlihat Jalal sedang berbicara bersama kedua istri spesialnya, yaitu Ratu Jodha dan Ratu Salima.
“Ratu Salima, Murad adalah anak yang pintar dan kuat, ia pasti akan menjadi
ksatria yang besar suatu hari nanti.” Ujar Jalal.
“Ya, semua itu karena ia adalah anak Anda, Yang Mulia.” Kata Salima.
“Oh bukan! Bukan. Kau adalah ibu sejatinya, Ratu Salima. Kau telah merawatnya, dan menganggapnya sebagai anakmu sendiri.” Kata Jalal lagi.
“Perhatian Ratu Salima yang begitu luar biasa ketika membesarkan Rahim, sama seperti ketika Ratu Salima membesarkan Murad, Yang Mulia.” Timpal Jodha.
Tepat pada saat yang sama Rukaiya datang menemui mereka bersama seorang pelayan. “Yang Mulia, aku ingin bicara empat mata denganmu sekarang!” kata Rukaiya.
“Kau seharusnya tak punya masalah dengan kedua wanita yang duduk bersamaku saat ini, Ratu Rukaiya.” Tegas Jalal.
“Oh iya tentu tak Yang Mulia, bagaimanapun juga mereka juga istri spesialmu.” kata Rukaiya kemudian membuka kotak yang dibawanya. Di dalam kotak tersebut terdapat berbagai macam stempel.
“Ini semua adalah stempel Kerajaan Mughal yang Kau berikan padaku sebagai penguasa Harem tapi kali ini aku kembalikan semuanya padamu, Yang Mulia.” kata Rukaiya.
“Apa maksudmu, Ratu Rukaiya?” Tanya Jalal.
“Aku pikir Hareem adalah dibawah kekuasaanku, apapun yang telah aku putuskan pasti akan Kau terima, tetapi dalam kasus Rashid, aku telah memecatnya dan Kau malah memberinya pekerjaan lagi tanpa memberitahu padaku terlebih dahulu. Kau telah menyakiti perasaanku Yang Mulia. Aku tak terima dengan keputusanmu maka aku piker lebih baik aku mengundurkan diri dari jabatan ini.” Kata Rukaiya berapi-api.
“Ratu Rukaiya, jangan mengambil keputusan dalam keadaan marah, itu tak baik.” Ujar Salima.
“Aku menghormati kamu, Ratu Rukaiya. Tapi pernahkah Kau berfikir bahwa hanya karena pertengkaran anak-anak, maka orang tuanya harus ikut dihukum?” Tanya Jalal.
“Tapi Salim itu bukan anak yang biasa, Yang Mulia. Jadi siapapun pasti bisa menghinanya, aku akan menjatuhkan hukuman pada mereka dan jika Kau mengira keputusanku ini salah, aku akan mengundurkan diri dari semua tanggung jawabku didalam istana ini.” kata Rukaiya lagi.
Mendengar penuturan Rukaiya, seketika Jalal berdiri diikuti oleh Jodha dan Salima, sementara Rukaiya masih berada di depan mereka dengan sikap angkuhnya.
“Ya, Kau benar, Ratu Rukaiya. Jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka ia harus meninggalkan jabatannya, aku setuju! Dan aku juga telah melakukan kesalahan, jadi aku harus mengundurkan diri dari jabatanku juga.” Ujar Jalal sambil melepaskan turbannya lalu meletakkannya disebelah kotak yang dibawa oleh Rukaiya tadi. Jodha dan Salima sangat terkejut melihat Jalal melepaskan turbannya
“Apa yang Kau lakukan, Yang Mulia?” Tanya Jodha segera.
“Tenang, Ratu Jodha. Tadi Ratu Rukaiya mengatakan bahwa jika orang yang bertanggung jawab melakukan beberapa kesalahan maka ia harus meninggalkan jabatannya.” Kata Jalal singkat.
“Lalu kesalahan apa yang telah Kau lakukan, Yang Mulia ?” Tanya Salima.
“Apa kalian ingat ketika Salim pergi keluar dari istana? Aku telah memberikan hukuman kepada para prajurit tapi Ratu Rukaiya tadi mengatakan untuk kesalahan anak-anak, orang tua harus dihukum jadi aku mengundurkan diri dari jabatanku.” Jelas Jalal.
“Tapi, bagaimana Kau bisa melakukan itu, Yang Mulia?” Tanya Jodha.
“Mengapa tidak, Ratu Jodha. Jika Rashid bias menggantikan kesalahan Nadira, maka aku juga bisa menggantikan kesalahan Salim, peraturan itu dibuat untuk semua orang, baik itu rakyat biasa ataupun seorang Raja, Ratu Jodha.” Terang Jalal.
“Ratu Rukaiya, kita semua ini sama, kita hanyalah manusia biasa, kita seharusnya tak lari dari permasalahan yang ada, kita harus bias menghadapinya dan memperbaiki semua itu.” Jelas Jala.
“Aku mengerti, Yang Mulia. Aku bias menerimanya, maafkan semua kesalahanku tadi.” kata Rukaiya.
“Ratu Rukaiya, Kau adalah sahabat terbaik dan teman kecilku, aku selalu menghormati semua keputusanmu dan itu akan berlaku selamanya tapi jika kita membuat sebuah kesalahan dan yang lain bisa memperbaikinya, kenapa tidak?” Kata Jalal menjelaskan.
“Ya, aku sudah mengerti semua kesalahanku, Yang Mulia. Aku menarik kembali semua perkataanku tadi.” Ujar Rukaiya, Jodha dan Salima sangat senang mendengarnya.

Adegan berpindah, menggambarkan suasana di dalam ruang permainan catur. Terlihat Salim dan Murad sedang bermain catur yang menggunakan bidak sungguhan yaitu para prajurit dan pelayan istana.
Murad melanggar permainan catur. “Aku bias menjalankan prajuritku kemanapun aku suka.” Kata Murad.
“Kau tak boleh melakukan yang sesuai keinginanmu, Kau harus mengikuti peraturannya.” Ujar Salim. Tak berapa lama kemudian Salim dan Murad terlibat perkelahian, dari yang sekedar pertengkaran mulut berujung ke perkelahian fisik diantara mereka. Dan, tepat pada saat itu Jalal sedang melewati ruangan tersebut serta sekilas melihat perkelahian Salim dan Murad. Menyadari keberadaan Jalal, Murad dan Salim langsung menghentikan perkelahian mereka dan saling berpelukan satu sama lain, sementara itu Jalal hanya bisa tersenyum bingung melihat tingkah laku anak-anaknya.
“Wah! Ada debu dipundakmu, Salim” Kata Murad.
“Iya, terima kasih Murad. Kau sudah membersihkannya,” ujar Salim. Tak lama kemudian Jalal menemui mereka dan anak-anak langsung memberi salam, “Salam, Yang Mulia.” kata anak anak serempak.
“Hmp, siapa saya?” Tanya Jalal.
“Salam Ayah.” Jawab anak-anak dengan kompak.
“Hmp, jangan coba coba untuk berpura pura didepan saya, saya tau apa yang kalian lakukan, kalian telah melakukan perkelahian yang memalukan. Perkelahian yang bodoh dan tak berkelas, jika kalian menghabiskan waktu dengan belajar, kalian akan menjadi seorang ksatria besar suatu hari nanti. Sekarang pergilah, temui Rahim dan belajarlah bertarung menggunakan pedang dengannya.” Ujar Jalal, anak-anak mematuhinya pun pergi berlalu.

Kemudian adegan dilanjuti dengan gambaran terlihatnya Rahim sedang mempersiapkan senjata senjata untuk berperang bersama para pelayan. Ada senjata pedang, panah, tombak dan lain sebagainya. Rahim juga mempersiapkan tempat latihan untuk bertarung.

Adegan berpindah lagi. Memperlihatkan suasana dihalaman istana. Jodha sedang
berada disana ditemani oleh para pelayan setianya, yaitu Mothi, Zakira dan Shamshad. Jodha tampak duduk dibawah membuat hiasan dari kelopak-kelopak bunga. Tak lama kemudian Jalal dating menemuinya dan para pelayan pun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kau sedang membuat apa, Ratu Jodha? Untuk apa ini?” Tanya
Jalal.
“Tidak ada yang spesial, Yang Mulia. Aku hanya ingin membuat rangoli.” Jawab Jodha.
“Kau telah membuat sebuah rangoli yang indah, aku suka!” ujar Jalal.
“Ya, aku hanya bisa membuat sebuah rangoli yang indah, Yang Mulia. Tapi suamiku telah melakukan sesuatu dengan sangat baik.” Kata Jodha.
“Apa maksudmu, Ratu Jodha?” Tanya Jalal penasaran sambil menghampiri Jodha yang masih duduk bersimpuh dibawah, Jodha langsung berdiri begitu suaminya mendekatinya. “Caramu mengatasi Ratu Rukaiya tadi, sangatlah menakjubkan, Yang Mulia.” Kata Jodha Jodha menggunakan bahasa Urdu, tapi Jalal menggodanya kembali.
“Ratu Jodha, kamu harus belajar bahasa Urdu lebih baik lagi, bahasa Urdu yang Kau gunakan masih belum benar.” Goda Jalal.
“Oh ya? Sudahlah Yang Mulia, tinggalkan aku. Sekarang Kau harus memikirkan tentang anak-anak.” Ujar Jodha.
“Aku sudah memutuskan bahwa Rahim yang akan memberikan pelajaran pada anak-anak tentang pertarungan dalam berperang, hari ini adalah hari pertama Salim untuk berlatih berperang, Ratu Jodha” Jelas Jalal.

Adegan beralih lagi, kini memperlihatkan anak-anak yang sedang berada di kebun istana dengan senjata busur dan panah mereka.
“Kau tahu Haidar? Salim mempunyai peralatan panah yang lebih bagus daripada
milik kita, itu semua karena ia adalah pewaris tahta kerajaan.” Kata Murad dari kejauhan. Sementara itu, Salim, Danial dan Qutub berada jauh didepan mereka
“Kau sebenarnya yang lebih pantas mempunyai peralatan panah seperti itu Murad. Salim tak pernah tahu bagaimana caranya mengenai sasaran.” Ujar Haidar sambil mengompori Murad. Kemudian mereka berdua berjalan mendekati Salim.
“Salim, apakah Kau tahu bagaimana caranya mengenai sasaran yang kita inginkan ?” Ejek Murad.
“Aku tahu dengan baik !” Jawab Salim dengan percaya diri.
“Baiklah, kalau begitu mari kita adakan kompetisi. Lihatlah itu, di depan sana ada pohon mangga, salah seorang dari kita yang bisa memanah buah mangga itu, dialah pemenangnya. Bagaimana ?” Kata Murad,
“Baik! Aku terima!” Jawab Salim.
“Kalau begitu Kau duluan karena Kau adalah pewaris tahta kerajaan!” tegas Murad.
“Karena aku pewaris tahta kerajaan, aku memberikan perintah padamu untuk memulai terlebih dahulu, silahkan!” Ujar Salim.
“Baiklah, atas restumu pewaris tahta kerajaan.” Kata Murad sambil mengambil anak panahnya dan bersiap untuk memanah salah satu buah mangga, kemudian anak panah Murad berhasil mencapai sasaran, buah mangga yang hijau itu
jatuh kebawah.
“Bagus! Pekerjaan yang bagus Murad!” Kata Haidar, sesaat kemudian giliran Danial, ternyata ia tak bisa memanah buah mangga itu. Lalu giliran Haidar, ia bisa memanah buah mangga yang ranum yang berwarna merah, buah mangga itu juga jatuh kebawah, sampai akhirnya giliran Salim.
Salim berusaha mempersiapkan anak panah dan busurnya dan melesatkannya ke buah mangga yang dituju, tapi ternyata anak panah Salim tak mencapai sasaran. Salim terlihat sangat sedih.
“Jangan khawatir, Kau bisa mencobanya lagi, Salim.” Ujar Murad, kemudian Salim mencobanya membidik lagi buah mangga yang merah ranum, tapi lagi-lagi anak panah Salim gagal mencapai sasaran.
“Salim, Kau ini seorang pewaris tahta kerajaan, tapi kenapa Kau tak bisa mencapai sasaranmu ke buah mangga itu?” Ejek Murad.
“Salim, Kau itu tak pantas mendapatkan peralatan panah yang bagus itu! Kamu seharusnya memberikannya pada Murad.” Ejek Haidar.
“Tidak! Ibuku yang memberikan peralatan panah ini! Aku tak akan memberikannya padamu!” bentak Salim. Tapi Murad berusaha untuk merenggut peralatan panah Salim, tapi Salim menariknya. Pada akhirnya salah satu prajurit datang menemui mereka dan memberitahukan, bahwa Rahim memanggil mereka semua.
“Baiklah, ayo kita ke sana. Jangan lupa Salim, Kau juga harus kesana, kita akan berlatih bersama.” Kata Haidar sambil berlalu, diikuti oleh anak-anak yang lainnya, sementara itu Salim hanya diam saja. Pandangan matanya memperhatikan pohon mangga yang ada jauh didepannya.


Tags: Jodha Akbar, Sinopsis

Terima Kasih sudah Membaca Sinopsis Jodha Akbar Antv Tayang 9 April 2015. Please share...!

Blog, Updated at: 01:03