Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 481. Adegan di ruang sidang masih dilanjutkan. Jalal terus berkata dengan lantang kepada Salim: “Apa yang kamu perbuat sudah melampaui batas. Tidak ada yang dapat menolong mu. Ap yuvaraja ki sthiti ke li'e nici bat Kamu telah melecehkan kedudukan terpenting di pemerintahan ini setelah Raja. Ap Shah Shah Murad se maafi mangani cahiye. Ayo kau wajib memohon maaf kepada Shah Shah Murad!!!” Salim tetap bersikeras dan menjawab dengan menantang: “Aku tidak akan meminta maaf!” Jodha berkata kepada Salima keadaan semakin gawat apa yang bisa diperbuat. Salima berdiri dan berusaha menyampaikan pendapatnya: “Shahenshah Salim dan Murad adalah kakak beradik. Murad lebih muda dibanding Salim. Aku pikir tidak perlu Salim meminta maaf kepada Murad? Biarkanlah Shahenshah. Jangan diperpanjang lagi masalah ini” Jalal memarahi Salima: “Divan-i-Khas ini adalah milik ku. Keputusan ada ditangan ku! Jalal berkata kepada Salim: “Kau telah melecehkan kedudukan terpenting di pemerintahan ini setelah Raja. Kamu wajib memohon maaf! Jika tak kamu akan menanggung hukumannya” Salim cuek bebek menantang terus: “Silahkan aku tak takut!. Aku telah terbiasa menerima nya dari mu sejak dulu. Yang terpenting aku tak akan pernah minta maaf!” Jalal pun duduk di tahtanya dan berkata: “Baiklah Shekoo karena kau bersikeras tak mau mohon maaf ke Shah Shah Murad maka kau akan mendapatkan hukumannya dari ku. Kamu ku copot dari kedudukan Menteri Utama, kau hanya akan menerima separuh dari gaji yang biasa kamu terima, dan kau selamanya dilarang pergi ke tempat hiburan menemui perempuan yang mempermalukan Shah Shah!!! Sedari tadi Salim terus cuek bebek mendengar 2 hukuman yang diterimanya. Pikir dia yah cemen cuma segitu doang sih tidak pengaruh lah. Tetapi begitu mendengar hukuman No. 3 Salim langsung terkejut. Sementara Jalal menyatakan keputusannya, maka Jodha, Salima dan Hamida tampak tegang dan Murad masih dengan raut wajah kesalnya. Dan tentunya Ruqaiya tersenyum ciri khas “evil” nya. Dialah orang yang paling bahagia mendengar keputusan ini. Jalal kemudian mengakhiri sidang dengan berkata keputusan ku berlaku segera dan Jalal pun pergi meninggalkan Divan-i-Khas. (kita tahu sifat buruk Salim ini sejak kecil saat dia ceroboh memanah ke pohon Mangga dan melukai anak lain yang ternyata ada di atas pohon itu. Salim mati-matian menolak minta maaf) Daniyal berkata dalam hati: “Aku tak akan membiarkan Maan Bai diinjak-injak martabat dan cintanya kepada Salim hanya gara-gara seorang Raqasa (penari)”
Diluar Birbal sedang berjalan sendirian sambil berpikir keras:”Hei ishwar (ya Tuhan) bagaimana caranya menengahi pertikaian diantara dua kakak beradik ini? Eh tiba-tiba dia papasan dengan si “budi” Shama. Dia langsung merecoki Birbal dan berkicau kesana kemari tak jelas. Lalu dia bertanya kencang-kencang: “Pakaṛ krpaya … pakar krpaya…!! Birbal-ji! Birbal-jī! Madad karti hei. Ap Haider ko dekhe? Tuan Birbal Tuan Birbal! Tolong lah aku. Apakah kau melihat dimana Haider berada? Birbal menjawab ia tak tahu dimana? Sementara Shama yang “budi” alias budek tetap saja salah mendengar entah apa ocehan lain yang dia lontarkan. “Ap bataye! Ap bataye! Ayo kau katakanlah! Ayo kau katakah lah!” rengek Shama lagi. Birbal merasa sebal dengan Shama: “Hum ne ke Haider nehi dekha! Aku tidak bertemu Haider!” Eh Shama malahan tetap aja salah dengar: “Haider phenka. Haider dilempar keluar?” Birbal kesal: “Phenka nehi. Dekha! Kaibar nehi! Haider! Bukan dilempar keluar tapi aku belum melihatnya! Bukan Kaibar tapi Haider!” Birbal semakin sebal dan menggerutu lalu dia malah membalik ucapan-ucapannya:”Are hum Kaibar phenka nehi (saya tidak melempar keluar Kaibar” baru si budeq Shama menangkap: “Acha acha tum Haider dekha nehi! Salam! Oke oke kau tidak melihat Haider”
Suasana malam hari Jodha terlihat berdiri di dekat timbangan emas di halaman istana. Ia berdiri memandang tajam tak berarah. Wajahnya dipenuhi kecemasan. Jodha terkenang perkataan Pundit-ji Badri: “Telah tertulis dalam ramalam hidup Shahenshah bahwa dia akan bertikai dengan putra nya sendiri Salim”. Tak lama kemudian Jalal tiba menghampiri Jodha. Jodha diam saja tak menyapanya. Jalal pun tak tampak cerah seperti biasanya. Jalal berusaha memecah kesunyiaan ini dengan berkata: “Tufan aja rata raha hai. Ab andar cale” Tampak nya angin topan akan bertiup malam ini. Sebaiknya kita masuk kedalam” Jodha menjawab sewot sampai hampir saja Jodha memotong duluan perkataan Jalal yang belum selesai tadi. Jodha: “Tuphan cup ap Shahenshah. Or vah maṛhe karake beṭa cupa tu kara. Na Na apko nehi rok toh or!!!” Angin topan telah melanda Shahenshah! Dia telah menimpa anak-anak dan kita semua. Tak seorang pun mampu menghentikannya Shahenshah!!! Jodha berbicara dengan cepat dan berapi-api meluapkan kemarahan yang terpendam dalam hatinya.
Jari telunjuk Jodha menuding kearah Jalal. Raut wajah dan bahasa tubuh yang jarang kita lihat dari Jodha. Penampilan Jodha yang pernah kita lihat jadul dimasa dia masih benci pada Jalal. Jalal menjawab tenang: “Akan tetapi…” Jodha memotong perkataan Jalal: “Bas Shahenshah Ap bata kucha bhīi Mata ka ye ka. Tak satu pun perkataan mu akan mampu menenangkan hati ku ni!!! Kau berjanji kepada ku, bahwa kau akan mempertimbangkan masalah ini sebagai seorang Raja dan sebagai seorang Ayah!!! Nyata nya apa yang terjadi!!! Kau tidak bisa menyeimbangkan antara keduanya!!! Anak-anak kita Salim dan Murad berseteru satu sama lain!!! Janji mu pada ku bahwa taktik politik mu tidak akan mempengaruhi keluarga kita. Kau meyakinkan aku tak ada apa-apa Jodha. Taak akan apa-apa Jodha. Mana?!?! Kau gagal menjalankan keadilan bagi semua!!! Katakan padaku Shahenshah!!! Apakah jawab mu Shahenshah!!! Apa lagi yang bisa kau perbuat Shahenshah!!!”
Jalal hanya terdiam membiarkan sang istri tercinta meluapkan apa yang terpendam dihatinya. Kebalikannya kita biasa melihat Jalal yang selalu berapi-api. Jalal justru yang mampu berhati tenang dan menjawab dengan kepala dingin: “Aku ... aku akan menyelesaikan semua ini pada waktunya nanti” Jodha tetap belum puas mendengar jawaban itu: “Bila kiranya hal itu Shahenshah!!! Sampai mereka berperang saling melawan satu sama lain!!! Apakah kau akan menanti sampai akhirnya mereka saling membunuh!!!! Jodha kesal dan mengguncang-guncangkan bahu Jalal. Raut wajah Jalal tampak amat bersedih menatap Jodha. Ia menjawab:“Mafa kijiye. Maaf kan aku tahu semua ini salah ku” Jodha memotong lagi “Apakah yang akan kau lakukan lagi sekarang!Apakah yang akan kau perbuat sebagai seorang Jalaluddin!! Katakan! Katakan padaku! Jalal mendekatkan dirinya dan mengusap air mata Jodha lalu dipeluk erat istrinya tercinta itu: ”Aku tahu kesalahan ku. Jangan lah kau terus menangis. Aku tidak mampu melihat air mata di wajah mu itu. Kau tahu aku tak sanggup melihat kau menangis. Aku bersumpah aku pasti akan mempertanggung jawabkan semua kesalahan ini” Jodha menangis terisak-isak dalam pelukan Jalal tapi tetap aja sesekali memukul tangannya ke Jalal karena kesal
Salim terlihat galau dan dia berjalan keluar menuju kediaman Anarkali. Para prajurit yang menjaga di depan pintu melarang Salim masuk kesana atas perintah Shahenshah. Salim memaki dan tidak peduli. Dia menerjang mau masuk. Anarkali dan Ibunya melihat kejadian ini. Salim dan Anarkali saling berpandangan. Salim tersenyum bahagia memandang Anarkali. Anarkali terlihat iba dan bingung. Akan tetapi Anarkali lalu menutup pintu itu dan menangis di dalam. Salim berteriak-teriak bagaikan anak kecil yang dilarang masuk toko mainan. Ia merengek memohon Anarkali membuka pintu. Anarkali bilang dirinya tak mau melawan perintah Shahenshah. ia meminta Salim pergi dari sana. Salim ngotot merengek bahwa semua orang tak peduli padanya hanya tinggal Anarkali yang masih peduli. Aku membutuhkan mu kata Salim. Anarkali tetap tidak membuka pintu. Zil Ibunya mendekat dan memeluk Anarkali yang menangis di dalam. Zil bilang kita tidak boleh ikut campur dan membangkang terhadap Shahenshah. Dia seorang pangeran sedang kan kamu hanya rakyat biasa yang penari.
Kamera menampilkan Shah Iran yang berawakan tinggi besar. Suara narator berkata Shah Iran memiliki kepribadian yang kokoh dan dihormati banyak negara-negara lain. Satu perkataanya yang keluar dari mulutnya bisa menghukum mati seseorang. Shah Iran: “ Aku senang Akbar mengubah keputusannya. Tetapi dia belum mengubah seluruh tanah Hindustan menjadi negara Islam. ia masih memberikan kesempatan kaum Hindu ada disana” Salah seorang menteri berkata bahwa Akbar telah bersekutu dengan negara-negara lain untuk melawan Shah Iran. Seorang lagi berkata bahwa Akbar justru amat takut pada Shah Iran sehingga dia merubah keputusan tidak jadi menobatkan Salim. Dia tak akan berani melawan Iran. Shah Iran berkata: “Aku memastikan bahwa Akbar akan selalu dibawah kendali kekang kita!”
Salim lagi lagi masih galau dot com dikamarnya ngamuk-ngamuk melempar barang. Datanglah Ruqaiya menghampirinya. Tampaknya dia mulai menjalankan misi mengail di air keruh. Ruqaiya bersandiwara menangis sedih sambil berkata:”Cup cup anak ku Salim. Jangan kau kuatir lagi aku akan bicara dengan Shahenshah. Aku kan ibu mu juga. Aku akan luruskan Shahenshah yang semena-mena itu. Sebagai Ibu aku tak tahan melihat mu menderita begini. Aku memang tak melahirkan mu tapi aku selalu menyanyangi mu. Ruks membelai wajah Salim dan memanjakannya. Aku mengerti perasaan mu itu. Salim berkata bahwa Ruks selalu ada disisinya sebagai selayak seorang Ibu. Ruqaiya mulai meracuni lagi dengan menjelekan Jodha. Katanya jika dirinya adalah Jodha maka tanpa rahu-ragu ia akan menukar agamanya. Dia berjanji untuk bicara kepada Jalal. Lalu Ruks meminta Salim duduk dan tak perlu kuatir. Jangan menangis lagi anakku katanya sambil dalam hati ia berkata: “Jodha sudah terhapus dari diri Salim. Jodha kau pasti kalah dalam permaianan ini!
Murad dan Daniyal sedang berbincang. Daniyal berkata Shahenshah telah bertindak adil dan tegas. Salim sudah dihukum. Murad berkata:”Aku tidak bisa lupa perlakuan Salim kepada ku. Lihat apa yang dia lakukan padahal selama ini aku selalu menghormati nya sebagai Kakak. Rahim datang bergabung. Dia langsung menasihati Murad adiknya: “Kau tidak cukup bijaksana tadi. Seharusnya tak perlu kau bawa masalah ini kepada Shahenshah. Cukup kau selesaikan diantara berdua kakak beradik saja” Murad kesal dan berkata: “Dia menampar aku seorang calon Raja!!” Rahim menjawab: “Akan tetapi kedudukan itu bagaimana pun dalah hak Salim” Murad berkata: “Mengapa apakah diri ku tidak pantas menjadi Raja? Aku juga telah banyak berperang sama seperti Salim. Bahkan aku bekerja lebih keras dibanding Salim!!” Rahim berkata: “Tapi Salim anak tertua dan dia yang berhak menjadi raja” Murad menyangka Rahim iri hati. Salima datang dan mengatakan bahwa Murad yang salah sangka: “Kau seharusnya sudah mengerti bahwa anak yang tertua lah yang mendapat kan hak utama menjadi Raja” Murad kesal: “Amijan kau selalu saja membela Salim. Kamu harus juga mengajarkannya untuk menghargai orang lain!”
Salim galau lagi gali lagi dikamarnya ia berjalan bolak balik. Rupanya omongan “racun” dari Ruqaiya telah meresap di otaknya. Dia teringat-ingat perkataan Ruks. Lalu apa lagi jika tidak minum arak Salim melarikan dirinya ke afeem atau Black Tar atau Opium Hitam. Dia membuka kotak kecil itu dan memakan nya. Jodha datang menemui Salim yang sudah mulai “high” alias teler. Jodha menyapa Salim dan menayakan keadaannya. Jodha membelai kepala Salim. “Aku senang kau berada di istana dan tak pergi” Salim menjawab: “ tentu aku ada disini mau kemana lagi. Aku tak diperbolehkan kemana aku mau” Jodha: “Shahenshah tidak adil kepada mu. Aku akan berusaha terus berbicara kepada Shahenshah” Salim:”Bagus lah kalau begitu. Rupanya jika istri nya yang sedang sedih maka suaminya akan datang memberi support begitu juga jika suami yang sedih maka si itri juga akan menghampiri. Aku tidak butuh semua ini mu. Jika kau ingin memperlihatkan perhatian mu. Aku cukup tahu kau mencintai ku akan tetapi jika sangat lebih mencintai ku dari dia maka katakanlah.
Cuplikan episode 482 Jodha sedang bercanda menggoda Jalal dan ia berkata: “Begitulah ada perbedaan antara pria dewas dibanding pria yang masih muda. Kamu tidak akan bisa menang melawannya”. Jalal tak mau terima dia bilang: Aku pasti menang lah. Ayo jika aku menang kamu kan memberikan aku hadiah apa?” Ruqaiya si ratu konspirasi tampak mencuri dengar dan berkata dalam hati: “Aku harus memenangkan permainan ini!”
Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv 482
Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 481
Posted by Putri Viona
Tags:
Jodha Akbar,
Sinopsis
Terima Kasih sudah Membaca Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 481. Please share...!
Blog, Updated at: 19:30