Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 473
Adegan diawali dengan kembali memperlihatkan salah seorang utusan Shah Iran sedang membacakan pesan kepada Jalal: ” Shah Iran mengatakan Jodha bukan seorang Muslim dan belum juga pindah keyakinan ke Islam. Oleh karenanya Pangeran Salim tak bisa diakui sebagai Putra sah dari Jalal. Maka dengan ini Salim nanti tak berhak menjadi Raja Hindustan. Sedari tadi wajah Jalal sudah terlihat geram dan akhirnya ia pun tak mampu menahan amarahnya. Jalal:”Cukup semuanya berhenti bicara!!! Jika orang lain yang mengatakan hak ini kepada ku maka nyawa orang itu pasti sudah melayang saat ini juga. Apalagi jika seseorang menuding-nuding putra ku, maka aku tak akan tinggal diam menerimanya begitu saja. Aku tak akan sudi menerima penghinaan terhadap anak dan istri ku” begitu marahnya Jalal. Seorang dari mereka meminta Jalal untuk mendengarkan nya lebih lanjut. Jalal pun marah lahi: “Untuk apa? Coba katakan untuk apa aku mendengarkan! Aku telah menikah dengan Jodha sesuai ritual” Jalal diperbolehkan menikah dengan wanita lain agama asalkan kemudian wanita tersebut pindah keyakikan ke Islam.
Jika Jalal ingin menjaga reputrasinya dimata dunia maka ia harus mengikutinya. Jalal terlihat menahan amarahnya. Jalal berkata: “Selama aku sangat menghormati Shah Iran karena segala dukungannya, akan tetapi kekuatan Kerajaan Mughal tak bisa dipandang remeh. Aku memiliki kemampuan dan kecerdasan sendiri yang membawa ku Berjaya”. Aku tak akan tinggal diam menerima orang lain ikut campur dalam urusan kerajaan ku!” Salah seorang utusan Shah Iran mengatakan bahwa hal ini adalah hukum Islam. Jalal balik bertanya bagaimana jika tak ku turuti? Si utusan tadi menjawab bahwa jika tak maka tak seorang pun dari Kerajaan Mughal diperbolehkan pergi memasuki Mekah dan Mandinah. Berarti tak seorang pun bisa melaksanakan Haji maupun Umrah. Ia bahkan berani mengancam bahwa tindakan Jalal ini akan menjerumuskan bangsa nya kedalam masalah besar. Kerajaan Jalal akan terkan sangsi-sangsi lain yang menyusul. Jalal terlihat teramat geram dan berujar: “Berani berani nya kau mengancam ku. Aku tak peduli. Silahkan kalian pergi sana dan sampaikan kepada Raja mu itu” Jalal mempersilahkan para tamunya pergi meninggalkan ruangan. Seorang ulama Mughal kemudian menyampaikan pendapatnya kepada Jalal diikuti oleh Abu Fazl. Jalal tampak semakin geram. Seorang ulama kerajaan menasihati Jalal. Ia mengatakan masalah ini adalah masalah yang rumit dan sebaiknya Jalal berpikir lagi karena menyangkut urusan agama. Utusan itu mengatakan silahkan Jalal membicarakan dengan para ulamanya. Para urusan pun pergi. Ulama kerajaan berkata kepada Jalal bahwa jika Shah Iran memboikot dan melarang maka rakyat Hindustan akan terkena dampak buruknya. Jala berkata ia tak bisa memaksa orang untuk masuk Islam. Dan bahwa ia sudah menanda tangani perjanjian nikah untuk memperbolehkan Jodha tetap menganut agamanya sendiri. Abu Fazl memberikan pendapatnya bahwa dunia Islam sangat menghormati Raja Iran. Dan kita pasti akan menanggung akibatnya nanti. Jalal tampak kesal sambil berpikir.
Sementara Ruqaiya terlihat terisak2 menangis karena marah. Ia memasuki ruang kamarnya dan melepas dengan kasar mahkotanya lalu membantingnya ke lantai. Sambikl memarah2 Ruqaiya memanggil: “HOSIYAR! HOSIYAR! Kemana kau? HOSIYAR!!! HOSIYAR!!! HOSIYAR!!!” Datanglah Hosiyar tergopoh2 kehadapan Ruqaiya dan mengamuk dan mendorong Hosiyar. Kamu menana aja sudah ku panggil berkali2 tak ada jawaban!!! Ooops tampak Hosiyar akan kena dampak “badai” yg tak mudah berlalu dari Ruks. Ruqaiya memaki Hosiyar karena gossip yang disampaikan nya meleset jauh:”Apa kata mu tadi? Kenapa aku bukan Malika-e-Hindustan? Hah! Kenapa coba!? Kenapa?! Aku Cuma Taj Tari (Taj Dari) Begum? Apaan tuh Taj Tari (Taj Dari) begum? Pirse! Ek bar pirse! Jodha begum hei bas” Jodha tak hentinya menghalangi ambisi ku. Sekali lagi Jodha menang. Jodha mendapatkan apa yang ia sendiri tak menginginkan. Dan aku!!! Aku tak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan!!! Kyu? Kyu? Kenapa? Aku selalu bersikap baik kepadanya. Akan tetapi Jalal selalu memberi nya sesuatu yang membuat aku marah dan benci. Kenapa Jalal selalu memikikrkan Jodha? Apakah aku sudah tak cantik lagi? Apakah kelebihan Jodha dari ku? Apakah aku tak sepandai Jodha?” Ruqaiya mengambil cermin dan memandang wajahnya sendiri sambil terus bertanya. “Mengapa Jalal memilih Jodha!” lanjut Ruqaiya menangis sambil marah2. OMG Neng Ruks kok lupa pelajaran yg ia dapat saat desa penampungan kemarin. OMG semua itu jadi sia2 dong. Ruks tak mendapat hikmah apa-apa dari sana. Sempat ia terima dan dapatkan tetapi semua masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Seorang wanita datang membawa makanan dan minuman untuk Hamida yang tampak gelisah. Akan tetapi Hamida menolak untuk makan dan minum. Ia baru akan melakukannya setelah Jalal datang kesini membawa berita. Jodha masuk memohon Hamida untuk makan atau minum agar membuatnya tenang. Tapi Hamida tetap menolak ia menanti berita dari Jalal. Tak lama kemudian Jalal pun tiba. Hamida “Bagaimana Jalal? Bukankah semua baik-baik saja?” Jalal datang tanpa mengenakan mahkotanya. Ia berusaha menjawab tapi kalimat nya berputar-putar mengelak. Ia tak ingin Ibunya menjadi kaget dan sedih. Jalal:”Semua baik-baik saja. Mereka menghentikan ku memakaikan mahkota Salim karena dianggap ini bukan hari yang baik untuk itu. Aku akan melakukannya nanti di hari yang lebih baik” Akan tetapi Jodha sang istri tercinta tampaknya dapat menangkap ada sesuatu yang tak beres. Dan bahwa Jalal menutupi hak sebenarnya. Jalal melirik kearah Jodha yang sedari tadi memandangi nya penuh dengan tanda tanya. Tampak keduanya tak perlu kata-kata untuk bisa mengetahui isi pikiran masing-masing. Jalal pamit pergi. Jodha berkata dalam hatinya apakah gerangan pesan yang disampaikan Shah Iran itu sehingga suaminya terlihat sangat gundah.
Jodha sedang berbaring di kamarnya. Ia tampak gelisah. Jari jemarinya memainkan tepian selimut dan kakinya bergoyang2. Ia belum tidur dan sedang berpikir keras apa gerangan masalah yang ditutupi Jalal itu? Flash back perkataan Jalal kepada Hamida tadi. Ia bangu dan duduk dipembaringan: ”Shahenshah keh raha hei Sab kuch tikhei” Shahenshah mengatakan Semua baik2 saja. Akan tetapi kata-katanya berkelit dan araut wajahnya itu, Aku bisa merasakan ada sesuatu yang tak beres. Biasanya setiap malam ia datang menyapa selamat tidur kepada ku” Jodha berpikir ia harus menyampaikan pertanyaan nya ini. Ia pun bangun dan meninggalkan kamar nya. Ia menghampiri Jalal yang ternyata sedang berjalan mondar-mandir di halaman istana. Ia tampak sedang berpikir keras.
Jodha memulai pembicaraan: ”Kya hoa Shahenshah?” Apa yang telah terjadi Shahenshah. Kenapa kau belum pergi tidur?” Jalal:”Tak ada apa-apa Jodha aku tak mnegantuk” Jodha balas bertanya retorik:”Kau seperti ini dan kau bilang tak ada apa-apa! Bataye hume kya bate. Katakan kepada ku ada apa sebenarnya” Jalal sedari tadi terlihat kikuk dan berusaha menyembunyikan kebenarannya. Jalal tak dapat menyembunyikan bahasa tubuh dan raut wajahnya yang kuatir. Ia terbata-bata menampik Jodha dengan kata:”Nehi. Nehi. Tidak. Tidak. tak ada apa-apa” Jodha bilang bukankah selama ini kau selalu membagi pikiran dan perasaan mu kepada ku? Jalal tetap berbohong dan menjawab:”Aku hanya masih kesdal karena mereka menghentikan aku ketika akan memasangkan mahkota ke Salim”. Jodha lalu terus bertanya bagaimana dengan isi pesan khusus dari Shah Iran? Jodha terus mendesaknya:”Bataye hume. Ayo katakana lah padaku” Jalal berkata tak ada apa-apa hanya masalah aliansi politik saja. Tak perlu kuatir” Kemudian ia pun mengajak Jodha segera beristirahat. Ia membimbing istrinya itu masuk.
Keesokan pagi nya tampak Anarkali menghampiri Sakina di pasar. Sakina meledek Anarkali yang datang bersama 2 orang Dasi/pelayan. “Wah wah kaku sekarang penari istimewa di istana ya. Aku harus memanggilmu yang mulia dong ya?” canda Sakina. Anarkali bilang dirinay tetap Nadira yang dulu. Anarkali bergossip tentang kedatangan utusan Shah Iran yang menghentikan Jalal memakaikan mahkota ke Salim. Anarkali bilang Salim berhak mendapatkan nya karena ia telah banyak berjasa. Sakina berkata tampaknya Anarkali amat membela Salim karena Anarkali mencintai Salim. Tetapi Anarkali menampiknya dan berkata dirinya hanya penari Raqasas dan ia adalah Pangeran Putra Mahkota. Lagi pula Salim akan segera menikah dengan Puteri Maan Bai.
Jalal sedang berjalan sambil berbincang serius dengan Hamida. Jalal berkata: “Sekarang Ibu tahu masalah sebenarnya dan kenapa aku tak bisa mengatakannya dihadapan Jodha. Kita harus segera menemukan jalan keluarnya” Hamida bilang bhukankah Iran selama ini bersahabat erat dengan kita? Lalu kenapa tiba-tiba2 begini ikut campur urusan dalam negeri kita? Jalal dan Hamida memasuki ruang sidang kerajaan. Para menterinya telah menanti disana. Jalal bertanya apakah mereka telah menemukan solusinya? Seorang ulama kerajaan menyampaikan pendapatnya bahwa dari hukum Islam ia tak menemukan solusinya. Jalal dengan geram menjawab:”Walaupun kita tak belum menemukan solusinya bukan berarti kita harus tunduk kepada mereka. Aku tak akan pernah memaksa Jodha. Aku akan menjunjung tinggi hak semua. Sebagai seseorang yang duduk di posisi Raja aku tak akan memaksakan agama kepada siapa pun. Aku sudah berjanji kepada rakyat ku bebas menganut agama dan kepercayaan masing masing-masing”. Hamidi bilang kita serba salah karena tak bisa memaksa Jodh akan tetapi juag tak bisa membiarkan rakyat menjai menderita nanti. Birbal kemudian menyela dan memberikan pendapatnya. Abu Fazl pun ikutan memberikan pendapatnya. Birbal dan Abu Fazl terlibat perdebatan sengit yang tak diperdengarkan kata-katanya. Kemudian terlihat Todar Mal dan menteri-menteri lainnya berdebat. Jalal duduk dan mendengarkan semua pendapat mereka itu. Hamida duduk disamping Jalal dan akhirnya Jalal menghentikan mereka dan berkata: “Satu hal yang harus kalian camkan. Aku tak akan memaksa Jodha!”
Salim, Qutub dan Daniyal terlihat berada di tengah bazaar di kota mengendarai kudanya. Qutub berkata:”Tampaknya kau masih kuatir soal Shah Iran. Salim menjawab: “Aku kuatir karena biasanya setiap ada sidang istana maka Ayah menginginkan aku ada disana. Kenapa kali ini tidak?” Daniyal berkata jangan kuatir Baijan (kakak) dan mengajak mereka melihat2 di bazaar/pasar.
Qutub membenarkan perkataan Daniyal. Mereka pun turun dari kuda. Sementara itu Anarkali dan Sakina masih ngobrol di kedai milik Sakina. Seorang perempuan datang menyapa Sakina. Wanita itu menyampaikan bahwa Ayah Sakina sakit. Anarkali menyuruh Sakina kembali kerumah dan di akan menggantikannya menunggu kedai. Salim terlihat sedang berjalan. (hehehehe Bang Salim ke pasar nih ye? ) Mata Salim tertarik kearah pisau belati yang terletak di kedai milik Sakina. Ia langsung mengarah ke pisau itu tanpa menyadari bahwa perempuan yang membelakangi nya itu adalah Anarkali. (aih aih ngeliat pisau apa yang jaganya nih. Kok selalu pas aja ya bisa ketemuan) Salim memeriksa dan memperhatikan dengan seksama pisau itu. Ia bertanya kepada si penjual. Anarkali berbalik dan mereka pun saling tertegun karena kaget tak menyangka akan bertemu disini. Anarkali memberi salam hormat. Ia bilang bahwa ia menggantikan sementara temannya Sakina yang ayahnya sakit. Salim ingin membeli pisau itu dan Anarkali bilang pisau itu tak perlu dibayar karena Salim adalah Pangeran. Salim nenolak katanya ia akan membuat orang lain susah karena tak cukup menghasilkan uang. Salim membayarnya dengan sekatung kecil koin-koin. Tangan keduanya bersentuhan saat Salim memberikan kantung uang. Adegan slow motion deh. Anarkali mnegucapkan terima kasih dan memuji Salim atas kebaikan hatinya. Salim bilang pisau ini amat istimewa dan sampaikan kepada teman mu itu bahwa aku akan mendoakan untuk kesembuhan ayahnya. Daniyal bertanya kepada Qutub dimana gerangan Salim? Mereka melihat Salim sedang pamit kepada Anarkali.
Adegan kembali ke istana. Tampak Haider menghadap bertemu dengan para utusan Shah Iran ditemani Pamannya. (hemmm ngak heran deh Haider memang selalu mencari kesempatan dalam kesempitan) Utusan Iran itu tampakny tak tahu bahwa Haider bukan diutus oleh Jalal, ia datang kesana karena keinginan tahuannya saja. Haider dan Paman nya pintar bersandiwara dan tak menampakan kegugupan mereka. Haider cepat-cepat berpura-pura mengatakan bahwa Jalal belum memberikan keputusan. Tanpa disadari malah Sang utusan malah membuka rahasia yang ditunggu-tunggu Haider:” Katakan kepada Raja mu bahwa Jodha harus segera masuk Islam atau rakyat India yang beragama Islam tak akan bisa lagi pergi Haji maupun Umroh ke tanah suci. berkata kepada Haider tentang isi surat Shah Iran. Setelah itu Haider dan Pamannya pamit pergi. Mereka mulai membahas rencana licik untuk memperkeruh suasana. Haider akan mendapatkan kesempatannya untuk membalas dendam atas kematian ayahnya Adam Khan.
Jodha sedang sibuk menata kembali bidak-bidak catur di meja kamar ketika Jalal masuk. Mereka saling menyapa. Jodha bilang: ”Shahenshah sedari kemarin aku berkeinginan mengajak mu bermain catur deh” Jalal:”Aku juga sebenarnya sejak tadi ingin menghabiskan waktu bersama mu Jodha”. Mereka pun terlihat mulai bermain ketika Jodha melayangkan pertanyaan kepada Jalal.: “Shahensha masih ingat kah kau tentang pernikahan kita berdua? Jalal menjawab:”Tentu saja aku ingat! Kita menikah resmi dengan ritual lengkap nikah Islam dan Hindu” Jalal tampak tak berkonsentrasi dan Jodha dengan mudah menjatuhkan pertahanan pertama caturnya. Ia mempergunakan kesempatan ini untuk mendesak bertanya apa gerangan yang sedang terjadi? Jodha kemudian berkata: “ Shahenshah kau berbohong deh kalau kau ingat kenapa ingatnya ritual pernikahan. Seharusnya yang
kau ingat adalah semua isi sumpah mu. Bahwa kau akan selalu jujur kepada ku dan akan membagi semua isi hati dan pikiran mu kepada ku. Karena Jalal jelas-jela terlihat stress karena banyak pikiran. Jalal menjawab dengan wajah sedih dan tetap tak memberikan jawaban yang pasti. Jodha tetap mendesak: “Bataye hum hai Shahenshah. Bataye! Katakalah padaku Shahenshah. Katakanlah! Tahukah kau betapa sedihnya hati ku, jika aku sampai harus mengetahui sebuah berita tentang mu dari perkataan orang lain dan bukan langsung dari mu? ” Jalal tahu ia tak akan bisa berbohong kepada Jodha sang istri belahan jiwanya itu. Akhirnya dengan berat hati Jalal mengatakan yang sebenarnya:“ Shah Iran sebenarnya tak ingin Salim nanti menjadi Raja”. Jodha tertegun dan tak berkata apa-apa.
cuplikan episode 474 tampak Jalal berdiri di tengah ruang bermain catur dan ia sedang mendengarkan utusan Shah Iran yang berkata:”Ini adalah keputusan Shah Iran. Salim tak bisa menjadi Raja nanti”. Jalal terlihat geram dan berjalan bolak-balik. Kemudian puff tiba-tiba muncul sosok Salim ditengah ruangan papan catur itu. Utusan itu kemudian berkata:”Istri mu Jodha harus pindah agama” dan puff sosok Jodha pun juga muncul disana secara tibap-tiba. Tampaknya Jalal sedang bermimpi atau menghayal karena stress.
Baca Episode Selanjutnya : Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 474
Sementara Ruqaiya terlihat terisak2 menangis karena marah. Ia memasuki ruang kamarnya dan melepas dengan kasar mahkotanya lalu membantingnya ke lantai. Sambikl memarah2 Ruqaiya memanggil: “HOSIYAR! HOSIYAR! Kemana kau? HOSIYAR!!! HOSIYAR!!! HOSIYAR!!!” Datanglah Hosiyar tergopoh2 kehadapan Ruqaiya dan mengamuk dan mendorong Hosiyar. Kamu menana aja sudah ku panggil berkali2 tak ada jawaban!!! Ooops tampak Hosiyar akan kena dampak “badai” yg tak mudah berlalu dari Ruks. Ruqaiya memaki Hosiyar karena gossip yang disampaikan nya meleset jauh:”Apa kata mu tadi? Kenapa aku bukan Malika-e-Hindustan? Hah! Kenapa coba!? Kenapa?! Aku Cuma Taj Tari (Taj Dari) Begum? Apaan tuh Taj Tari (Taj Dari) begum? Pirse! Ek bar pirse! Jodha begum hei bas” Jodha tak hentinya menghalangi ambisi ku. Sekali lagi Jodha menang. Jodha mendapatkan apa yang ia sendiri tak menginginkan. Dan aku!!! Aku tak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan!!! Kyu? Kyu? Kenapa? Aku selalu bersikap baik kepadanya. Akan tetapi Jalal selalu memberi nya sesuatu yang membuat aku marah dan benci. Kenapa Jalal selalu memikikrkan Jodha? Apakah aku sudah tak cantik lagi? Apakah kelebihan Jodha dari ku? Apakah aku tak sepandai Jodha?” Ruqaiya mengambil cermin dan memandang wajahnya sendiri sambil terus bertanya. “Mengapa Jalal memilih Jodha!” lanjut Ruqaiya menangis sambil marah2. OMG Neng Ruks kok lupa pelajaran yg ia dapat saat desa penampungan kemarin. OMG semua itu jadi sia2 dong. Ruks tak mendapat hikmah apa-apa dari sana. Sempat ia terima dan dapatkan tetapi semua masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Seorang wanita datang membawa makanan dan minuman untuk Hamida yang tampak gelisah. Akan tetapi Hamida menolak untuk makan dan minum. Ia baru akan melakukannya setelah Jalal datang kesini membawa berita. Jodha masuk memohon Hamida untuk makan atau minum agar membuatnya tenang. Tapi Hamida tetap menolak ia menanti berita dari Jalal. Tak lama kemudian Jalal pun tiba. Hamida “Bagaimana Jalal? Bukankah semua baik-baik saja?” Jalal datang tanpa mengenakan mahkotanya. Ia berusaha menjawab tapi kalimat nya berputar-putar mengelak. Ia tak ingin Ibunya menjadi kaget dan sedih. Jalal:”Semua baik-baik saja. Mereka menghentikan ku memakaikan mahkota Salim karena dianggap ini bukan hari yang baik untuk itu. Aku akan melakukannya nanti di hari yang lebih baik” Akan tetapi Jodha sang istri tercinta tampaknya dapat menangkap ada sesuatu yang tak beres. Dan bahwa Jalal menutupi hak sebenarnya. Jalal melirik kearah Jodha yang sedari tadi memandangi nya penuh dengan tanda tanya. Tampak keduanya tak perlu kata-kata untuk bisa mengetahui isi pikiran masing-masing. Jalal pamit pergi. Jodha berkata dalam hatinya apakah gerangan pesan yang disampaikan Shah Iran itu sehingga suaminya terlihat sangat gundah.
Jodha sedang berbaring di kamarnya. Ia tampak gelisah. Jari jemarinya memainkan tepian selimut dan kakinya bergoyang2. Ia belum tidur dan sedang berpikir keras apa gerangan masalah yang ditutupi Jalal itu? Flash back perkataan Jalal kepada Hamida tadi. Ia bangu dan duduk dipembaringan: ”Shahenshah keh raha hei Sab kuch tikhei” Shahenshah mengatakan Semua baik2 saja. Akan tetapi kata-katanya berkelit dan araut wajahnya itu, Aku bisa merasakan ada sesuatu yang tak beres. Biasanya setiap malam ia datang menyapa selamat tidur kepada ku” Jodha berpikir ia harus menyampaikan pertanyaan nya ini. Ia pun bangun dan meninggalkan kamar nya. Ia menghampiri Jalal yang ternyata sedang berjalan mondar-mandir di halaman istana. Ia tampak sedang berpikir keras.
Jodha memulai pembicaraan: ”Kya hoa Shahenshah?” Apa yang telah terjadi Shahenshah. Kenapa kau belum pergi tidur?” Jalal:”Tak ada apa-apa Jodha aku tak mnegantuk” Jodha balas bertanya retorik:”Kau seperti ini dan kau bilang tak ada apa-apa! Bataye hume kya bate. Katakan kepada ku ada apa sebenarnya” Jalal sedari tadi terlihat kikuk dan berusaha menyembunyikan kebenarannya. Jalal tak dapat menyembunyikan bahasa tubuh dan raut wajahnya yang kuatir. Ia terbata-bata menampik Jodha dengan kata:”Nehi. Nehi. Tidak. Tidak. tak ada apa-apa” Jodha bilang bukankah selama ini kau selalu membagi pikiran dan perasaan mu kepada ku? Jalal tetap berbohong dan menjawab:”Aku hanya masih kesdal karena mereka menghentikan aku ketika akan memasangkan mahkota ke Salim”. Jodha lalu terus bertanya bagaimana dengan isi pesan khusus dari Shah Iran? Jodha terus mendesaknya:”Bataye hume. Ayo katakana lah padaku” Jalal berkata tak ada apa-apa hanya masalah aliansi politik saja. Tak perlu kuatir” Kemudian ia pun mengajak Jodha segera beristirahat. Ia membimbing istrinya itu masuk.
Keesokan pagi nya tampak Anarkali menghampiri Sakina di pasar. Sakina meledek Anarkali yang datang bersama 2 orang Dasi/pelayan. “Wah wah kaku sekarang penari istimewa di istana ya. Aku harus memanggilmu yang mulia dong ya?” canda Sakina. Anarkali bilang dirinay tetap Nadira yang dulu. Anarkali bergossip tentang kedatangan utusan Shah Iran yang menghentikan Jalal memakaikan mahkota ke Salim. Anarkali bilang Salim berhak mendapatkan nya karena ia telah banyak berjasa. Sakina berkata tampaknya Anarkali amat membela Salim karena Anarkali mencintai Salim. Tetapi Anarkali menampiknya dan berkata dirinya hanya penari Raqasas dan ia adalah Pangeran Putra Mahkota. Lagi pula Salim akan segera menikah dengan Puteri Maan Bai.
Jalal sedang berjalan sambil berbincang serius dengan Hamida. Jalal berkata: “Sekarang Ibu tahu masalah sebenarnya dan kenapa aku tak bisa mengatakannya dihadapan Jodha. Kita harus segera menemukan jalan keluarnya” Hamida bilang bhukankah Iran selama ini bersahabat erat dengan kita? Lalu kenapa tiba-tiba2 begini ikut campur urusan dalam negeri kita? Jalal dan Hamida memasuki ruang sidang kerajaan. Para menterinya telah menanti disana. Jalal bertanya apakah mereka telah menemukan solusinya? Seorang ulama kerajaan menyampaikan pendapatnya bahwa dari hukum Islam ia tak menemukan solusinya. Jalal dengan geram menjawab:”Walaupun kita tak belum menemukan solusinya bukan berarti kita harus tunduk kepada mereka. Aku tak akan pernah memaksa Jodha. Aku akan menjunjung tinggi hak semua. Sebagai seseorang yang duduk di posisi Raja aku tak akan memaksakan agama kepada siapa pun. Aku sudah berjanji kepada rakyat ku bebas menganut agama dan kepercayaan masing masing-masing”. Hamidi bilang kita serba salah karena tak bisa memaksa Jodh akan tetapi juag tak bisa membiarkan rakyat menjai menderita nanti. Birbal kemudian menyela dan memberikan pendapatnya. Abu Fazl pun ikutan memberikan pendapatnya. Birbal dan Abu Fazl terlibat perdebatan sengit yang tak diperdengarkan kata-katanya. Kemudian terlihat Todar Mal dan menteri-menteri lainnya berdebat. Jalal duduk dan mendengarkan semua pendapat mereka itu. Hamida duduk disamping Jalal dan akhirnya Jalal menghentikan mereka dan berkata: “Satu hal yang harus kalian camkan. Aku tak akan memaksa Jodha!”
Salim, Qutub dan Daniyal terlihat berada di tengah bazaar di kota mengendarai kudanya. Qutub berkata:”Tampaknya kau masih kuatir soal Shah Iran. Salim menjawab: “Aku kuatir karena biasanya setiap ada sidang istana maka Ayah menginginkan aku ada disana. Kenapa kali ini tidak?” Daniyal berkata jangan kuatir Baijan (kakak) dan mengajak mereka melihat2 di bazaar/pasar.
Qutub membenarkan perkataan Daniyal. Mereka pun turun dari kuda. Sementara itu Anarkali dan Sakina masih ngobrol di kedai milik Sakina. Seorang perempuan datang menyapa Sakina. Wanita itu menyampaikan bahwa Ayah Sakina sakit. Anarkali menyuruh Sakina kembali kerumah dan di akan menggantikannya menunggu kedai. Salim terlihat sedang berjalan. (hehehehe Bang Salim ke pasar nih ye? ) Mata Salim tertarik kearah pisau belati yang terletak di kedai milik Sakina. Ia langsung mengarah ke pisau itu tanpa menyadari bahwa perempuan yang membelakangi nya itu adalah Anarkali. (aih aih ngeliat pisau apa yang jaganya nih. Kok selalu pas aja ya bisa ketemuan) Salim memeriksa dan memperhatikan dengan seksama pisau itu. Ia bertanya kepada si penjual. Anarkali berbalik dan mereka pun saling tertegun karena kaget tak menyangka akan bertemu disini. Anarkali memberi salam hormat. Ia bilang bahwa ia menggantikan sementara temannya Sakina yang ayahnya sakit. Salim ingin membeli pisau itu dan Anarkali bilang pisau itu tak perlu dibayar karena Salim adalah Pangeran. Salim nenolak katanya ia akan membuat orang lain susah karena tak cukup menghasilkan uang. Salim membayarnya dengan sekatung kecil koin-koin. Tangan keduanya bersentuhan saat Salim memberikan kantung uang. Adegan slow motion deh. Anarkali mnegucapkan terima kasih dan memuji Salim atas kebaikan hatinya. Salim bilang pisau ini amat istimewa dan sampaikan kepada teman mu itu bahwa aku akan mendoakan untuk kesembuhan ayahnya. Daniyal bertanya kepada Qutub dimana gerangan Salim? Mereka melihat Salim sedang pamit kepada Anarkali.
Adegan kembali ke istana. Tampak Haider menghadap bertemu dengan para utusan Shah Iran ditemani Pamannya. (hemmm ngak heran deh Haider memang selalu mencari kesempatan dalam kesempitan) Utusan Iran itu tampakny tak tahu bahwa Haider bukan diutus oleh Jalal, ia datang kesana karena keinginan tahuannya saja. Haider dan Paman nya pintar bersandiwara dan tak menampakan kegugupan mereka. Haider cepat-cepat berpura-pura mengatakan bahwa Jalal belum memberikan keputusan. Tanpa disadari malah Sang utusan malah membuka rahasia yang ditunggu-tunggu Haider:” Katakan kepada Raja mu bahwa Jodha harus segera masuk Islam atau rakyat India yang beragama Islam tak akan bisa lagi pergi Haji maupun Umroh ke tanah suci. berkata kepada Haider tentang isi surat Shah Iran. Setelah itu Haider dan Pamannya pamit pergi. Mereka mulai membahas rencana licik untuk memperkeruh suasana. Haider akan mendapatkan kesempatannya untuk membalas dendam atas kematian ayahnya Adam Khan.
Jodha sedang sibuk menata kembali bidak-bidak catur di meja kamar ketika Jalal masuk. Mereka saling menyapa. Jodha bilang: ”Shahenshah sedari kemarin aku berkeinginan mengajak mu bermain catur deh” Jalal:”Aku juga sebenarnya sejak tadi ingin menghabiskan waktu bersama mu Jodha”. Mereka pun terlihat mulai bermain ketika Jodha melayangkan pertanyaan kepada Jalal.: “Shahensha masih ingat kah kau tentang pernikahan kita berdua? Jalal menjawab:”Tentu saja aku ingat! Kita menikah resmi dengan ritual lengkap nikah Islam dan Hindu” Jalal tampak tak berkonsentrasi dan Jodha dengan mudah menjatuhkan pertahanan pertama caturnya. Ia mempergunakan kesempatan ini untuk mendesak bertanya apa gerangan yang sedang terjadi? Jodha kemudian berkata: “ Shahenshah kau berbohong deh kalau kau ingat kenapa ingatnya ritual pernikahan. Seharusnya yang
kau ingat adalah semua isi sumpah mu. Bahwa kau akan selalu jujur kepada ku dan akan membagi semua isi hati dan pikiran mu kepada ku. Karena Jalal jelas-jela terlihat stress karena banyak pikiran. Jalal menjawab dengan wajah sedih dan tetap tak memberikan jawaban yang pasti. Jodha tetap mendesak: “Bataye hum hai Shahenshah. Bataye! Katakalah padaku Shahenshah. Katakanlah! Tahukah kau betapa sedihnya hati ku, jika aku sampai harus mengetahui sebuah berita tentang mu dari perkataan orang lain dan bukan langsung dari mu? ” Jalal tahu ia tak akan bisa berbohong kepada Jodha sang istri belahan jiwanya itu. Akhirnya dengan berat hati Jalal mengatakan yang sebenarnya:“ Shah Iran sebenarnya tak ingin Salim nanti menjadi Raja”. Jodha tertegun dan tak berkata apa-apa.
cuplikan episode 474 tampak Jalal berdiri di tengah ruang bermain catur dan ia sedang mendengarkan utusan Shah Iran yang berkata:”Ini adalah keputusan Shah Iran. Salim tak bisa menjadi Raja nanti”. Jalal terlihat geram dan berjalan bolak-balik. Kemudian puff tiba-tiba muncul sosok Salim ditengah ruangan papan catur itu. Utusan itu kemudian berkata:”Istri mu Jodha harus pindah agama” dan puff sosok Jodha pun juga muncul disana secara tibap-tiba. Tampaknya Jalal sedang bermimpi atau menghayal karena stress.
Baca Episode Selanjutnya : Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 474