Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 446. Jodha menemui Jalal dikamar Jalal “Jangan bicara soal Maan Sigh, dia bukan kerabatmu di sidang akan tetapi dia itu seorang menteri dan dia mulai menentang aku ! Ini adalah kejahatan !” Jalal masih marah atas kelakuan Maan Sigh terhadapnya “Aku tak akan membicarakan soal Maan Sigh, Yang Mulia .Aku ingin membicarakan soal Pundit Badrinath (guru spiritual Jodha)”, “Kamu menginginkan aku bertemu dengan dia, itu sudah aku lakukan !” Jalal masih emosi, nada bicaranyapun tinggi dengan mata yang terbelalak membelakangi Jodha, Jodha sangat heran dengan perilaku suaminya “Bagaimana dengan mimpi burukku ?” Jalal seakan tak menggubrisnya “Itu hanya mimpi belaka, Ratu Jodha .Aku punya banyak pekerjaan” kemudian Jalal meninggalkan Jodha begitu saja, Jodha sangat sedih sekali.
Dihalaman istana, Birbal dan Todar Mal sedang berjalan jalan sambil membahas sesuatu yang sedang terjadi pada Jalal “Sebuah kesalahan akan terjadi, Birbal”, “Ya, sebuah badai yang sangat besar akan datang dan mencabut semua pohon pohon yang kokoh”, “Sama seperti apa yang terjadi pada Maan Sigh”, “Aku khawatir tentang Yang Mulia Raja, Todar .Dia sekarang menjadi sangat egois, ini adalah pekerjaan kita untuk menunjukkan jalan yang benar pada Yang Mulia”
Sementara itu Shah Abdullah sedang menghadapi rakyat yang datang keistana “Beraninya kalian menolak perintah Yang Mulia Raja ! Nanti kalau kau dihadapkan disidang, kau harus menyentuh kaki Yang Mulia Raja dan meminta maaf !” Shah Adullah marah pada rakyat tersebut “Mengapa ? Kami tak melakukan kesalahan apapun ?” tepat pada saat itu Jalal menghampiri mereka dari atas balkon dan berteriak “Ada apa Shah Abdullah ?”, “Mereka ini menentang anda, Yang Mulia !”, “Bawa mereka ke sidang istana !” perintah Jalal
Disidang istana Dewan - E - Khaas, Jalal berbicara pada para rakyatnya yang hadir disana “Aku adalah penguasa kalian, mengapa kalian menginginkan agar aku membunuh setiap orang ?” rakyat yang hadir disana berusaha menjelaskan pada Jalal “Tanah tersebut sangat berharga bagi kami, Yang Mulia .Disana ada pemakaman seorang pendeta besar yang tak bisa dipindahkan” rakyat yang lain juga ikut bicara “Kami tak akan meninggalkan tempat itu, Yang Mulia” Jalal murka “Siapa orang itu yang ikut campur ?”, “Dia itu bekerja untuk anda, Yang Mulia .Dia telah menolak untuk membuat koin uang emas juga” Shah Abdullah ikut angkat suara, Jalal menahan amarahnya “Bagaimana kita bisa membawa nama Yang Mulia Raja dengan nama Tuhan” salah seorang rakyat ikut berkomentar “Mereka menyerang prajurit kita juga, Yang Mulia”, “Dia bohong, Yang Mulia ! Dia lah yang menyerang kami” Jalal berdiri dan mendekati mereka “Aku telah mencoba untuk membuat kalian mengerti dengan penuh kasaih sayang akan tetapi sekarang aku dipaksa harus menggunakan kekuataanku, jika kalian meninggalkan tanah itu dalam dua hari maka kalian akan dimaafkan akan tetapi jika kalian tak meninggalkan tempat itu maka kalian akan melihat kemarahan para prajuritku ! Tentang makam pendeta kalian itu, kami akan memindahkannya ketempat lain !” rakyat kembali bertanya ke Jalal “ Bagaimana anda bisa memindahkannya ?”, “Mengapa tak ?” ujar Jalal marah, Jalal memerintah Shah Abdullah untuk menuruti perintahnya, dari bilik para ratu, Jodha melihat semua ini dengan sedih “Mengapa aku merasa ada sesuatu yang buruk yang bakal terjadi ?”
1Diteras istana, Jalal sedang santai sambil minum minum bersama dengan para menterinya, saat itu Todar Mal dan Birbal sedang ngobrol berdua “Ada suatu masa ketika aku dulu terbiasa menggunakan pedangku, Birbal .akan tetapi sekarang sudah tak lagi”, “Aku juga telah mengalami banyak peperangan akan tetapi Maan Sigh itu mempunyai bakat yang berbeda namun sayangnya hari ini Yang Mulia Raja sedang marah dengannya”, “Kamu benar, Birbal .Maan Sigh itu singanya Rajvanshi” Todar Mal dan Birbal sedang memuji kehebatan Maan Sigh didepan Jalal, Jalal hanya mendengarkan saja sambil meminum anggurnya “Maan Sigh itu menyerang para musuh seperti dia itu menyerang tak menggunakan pedang melainkan menggunakan bunga”, “Tepat sekali, Birbal ! tak ada ksatria seperti Maan Sigh” Jalal yang sedari mendengarkan hal ini langsung berteriak “Cukup !!! Apa yang kalian pikirkan ? Apakah cuma Maan Sigh yang bisa menahan serangan didadanya, aku juga bisa menahan serangan didada !” Jalal iri ketika mendengar Todar dan Birbal memuji Maan Sigh, tiba tiba Jalal mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya “Lihat .Sekarang !” Jalal berdiri sambil terhuyung huyung karena mabuk “Yang Mulia, anda bisa terluka” Birbal mencoba memperingati “Diaaaam !!! Ssstttttt !!!” Jalal kemudian menaruh pedangnya pada sebuah celah pilar yang berongga kemudian menancapkan ujung pedangnya pada dadanya sendiri, para menteri berteriak mengingatkan Jalal, saat itu Jodha yang sedang berjalan jalan dibalkon istana bersama Moti mendengar ada sebuah teriakan dari arah bawah, Jodha segera berlari mendekat kearah ujung balkon istana sehingga bisa melihat apa yang sedang terjadi dibawah sana, dilihatnya Jalal sedang menusukkan pedangnya kearah dadanya sendiri, Jodha sangat terkejut “Lihat .Aku bisa kan ?” Jalal yang masih mabuk memuji dirinya sendiri, Jodha teringat mimpi buruknya ketika Jalal terluka dibagian dadanya dengan pedangnya sendiri “Tak ada ksatria yang lebih besar dari pada aku Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar !” teriak Jalal lantang “Iya, anda benar, Yang Mulia” Birbal mencoba untuk membujuk Jalal, tepat pada saat itu Maan Sigh datang ketempat tersebut dan langsung berteriak “Yang Mulia, apa yang kau lakukan !” Maan Sigh segera melempar pedang tersebut dari dada Jalal dan mendorong Jalal dengan tujuan untuk menyelamatkannya, namun Jalal yang sudah dipenuhi oleh rasa iri terhadap Maan Sigh memiliki pemikiran lain “Kamu mau menyerangku ?” Jalal segera menjatuhkan Maan Sigh ke kursi kemudian mencekiknya hingga Maan Sigh tak bisa bernafas “Yang Mulia, hentikan ! Hentikan” para menteri menghentikan Jalal yang masih mabuk sambil memegangi lengan Jalal “Jebloskan Maan Sigh ke penjara !” teriak Jalal, Jodha yang melihat apa yang terjadi sedari tadi benar benar terkejut, Shah Abdullah memerintahkan para prajurit untuk memenjarakan Maan Sigh begitu Jalal dibawa pergi dari tempat tersebut, Maan Sigh yang mengetahui keberadaan Jodha diatas balkon langsung berteriak “Bibi aku tak melakukan apa apa ! Aku bersumpah ! Aku tak melakukan apa apa !” para prajurit segera membawanya pergi.
Dikamar Jalal, Jalal sedang terbaring lemah “Bagaimana keadaan Yang Mulia, ibu ?” Salim khawatir terhadap keadaan ayahnya “Dia sedang diobati, Salim” ujar Rukayah yang saat itu duduk disebelah Jalal “Dia itu telah menyerang aku, aku tak akan membiarkannya ! Hal ini menyakitkanku !” Jalal tiba tiba meracau tak karuan dengan matanya yang terbelalak marah, sementara itu Jodha yang duduk diujung tempat tidur menangis meratapi nasib suaminya “Jodha, jangan menangis terus, Jalal baik baik saja sekarang” Hamida berusaha membujuk Jodha “Mimpiku menjadi kenyataan ibu, aku sangat khawatir”, “Jangan khawatir, Jodha” Jodha hanya bisa memandangi suaminya dengan sedih.
Bhagwandas yang saat itu belum pulang ke Amer meminta ijin pada Hamida untuk bertemu dengan Maan Sigh di penjara, Hamida mengijinkan Bhagwandas bertemu dengan putranya, kemudian Hamida menyuruh prajurit untuk mengantar Bhagwandas ke penjara.
Dirumah Anarkali, Anarkali sedang termenung di jendela kamarnya, ibunya menghampiri Anarkali “Ibu, tadi aku dipanggil oleh Ratu Jodha, dia membicarakan soal Salim” kemudian Anarkali menceritakan semua pembicaraannya dengan Jodha pada ibunya, Zil Bahar “Yaaa Khudaa .Permasalahan ini semakin buruk saja, di satu sisi cintanya Salim” Anarkali menatap kearah ibunya “Anarkali, ibu khawatir pada seseorang yang telah memberikan kita rumah dan semuanya, bagaimana jika mereka menghukum kau ?”, “Jangan khawatir, ibu .Aku telah menenangkan Ratu Jodha, yang aku khawatirkan sekarang adalah Maan Bai, aku khawatir pertikaian antara Yang Mulia Raja dengan Maan Sigh akan berakibat pada Maan Bai”, “Aku percaya pada Yang Mulia Raja, dia pasti tak akan mengambil keputusan yang salah”
Bhagwandas dan Maan Bai menemui Maan Sigh dipenjara “Ayah, aku cuma mencoba menyelamatkan Yang Mulia dan lihat, inilah hasilnya”, “Yang Mulia Raja sedang tak mengerti apapun saat ini”, “Aku hanya mengkhawatirkan nyawa Yang Mulia Raja, ayah”, “Dian aman, dia tak apa apa, Maan Sigh” Maan Bai menangis menatap kakaknya dengan sedih “Jangan khawatir Maan Bai, Yang Mulia Raja sangat menyayangi aku, semuanya akan baik baik saja nanti”, “Aku akan mencoba untuk berbicara dengan Yang Mulia, Maan Sigh”, “Aku hanya khawatir Maan Bai seharusnya tak boleh menderita karena aku”
Hamida mengadakan rapat keluarga mendadak diruang keluarga “Mimpi buruk Ratu Jodha menjadi kenyataan” Hamida membuka pertemuan tersebut “Yang Mulia saat ini tak bisa mendengarkan siapapun akan tetapi nyawanya dalam keadaan bahaya, kita harus menjaganya” Jodha juga ikut angkat bicara “Kalau begitu setiap makanan yang akan diberikan pada Yang Mulia Raja harus dirasakan terlebih dahulu, tak ada seorangpun yang bisa menemui Yang Mulia tanpa ijin” Salim mulai mengatur penjagaan untuk ayahnya “Ratu Rukayah, kau bagian yang mengecek makanan Yang Mulia” Hamida mulai mengadakan pembagian tugas “Nenek, aku akan bertanggung jawab untuk keamanan Yang Mulia, tak akan ada yang terjadi padanya, itu adalah tugas saya sekarang” ujar Salim kemudian meninggalkan ruangan tersebut “Jodha, kau pasti khawatir soal Maan Sigh”, “Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, ibu .Kalau dia tak menyerang Yang Mulia”, “Kadang kadang dengan menjauh itu lebih baik, sekarang Jalal akan tahu bagaimana pentingnya Maan Sigh baginya, seperti ketika kau jauh darinya, dia baru menyadari betapa pentingnya dirimu baginya” Hamida berusaha untuk menenangkan Jodha.
Anak buah Maan Sigh menemui Maan Sigh dipenjara dan menginformasikan sesuatu yang berkaitan dengan Jalal “Aku harus keluar dari penjara ini untuk Yang Mulia Raja ! Seperti kau bisa memasuki penjara ini maka akupun bisa keluar dari penjara ini juga, tak lama kemudian anak buah Maan Sigh meninggalkannya, tepat pada saat itu para prajurit menghampiri Maan Sigh “Apakah ada orang lain didalam sel mu, Maan Sigh ?”, “Apakah kau mencari seseorang disini ? tak ada siapa siapa, kenapa kau bertanya padaku, tinggalkan aku !” Maan Sigh berbohong pada prajurit tersebut, para prajuritpun meninggalkannya.
Sementara itu dikamar Jalal, Jalal masih terbaring lemah dengan luka didadanya, Jodha menemuinya “Duduklah sini, Ratu Jodha” Jalal meminta Jodha untuk menemaninya “Kamu seharusnya beristirahat, Yang Mulia”, “Bagaimana aku bisa tidur, Ratu Jodha ? Maan Sigh itu baru berusia 14 tahun ketika aku bertemu dengannya, akulah yang membuatnya belajar semuanya, aku yang membuatnya belajar bagaimana caranya bertarung dalam medan peperangan dan sekarang dia menyerang aku tepat dijantungku” Jalal mulai meracau kembali, sementara Jodha hanya diam mendengarkan semua keluhan suaminya dengan tatapan sedih “Maan Sigh itu sudah seperti bagian dari hatiku, tapi mengapa dia melakukan ini semua ke aku ? Aku butuh Anggur, Ratu Jodha .Cepat berikan !”, “Tidak Yang Mulia ! Yang kau perlukan itu obat bukan anggur !” tepat pada saat itu Aram Bano putri bungsu mereka datang menghampiri mereka “Salam ayah .Salam ibu ...” Jalal tersenyum melihat putri bungsunya “Aram, kenapa kau kesini ? Ayah sedang sakit, kembalilah ke kamarmu !” Jodha mencoba melarang Aram mengganggu Jalal, “Tidak apa apa, Ratu Jodha .Kalau anak perempuanku datang padaku, maka aku akan mendapatkan kedamaian” Aram segera duduk disebelah Jalal “Tidak ada yang terjadi pada ayah, ini cuma luka kecil, tak apa apa” Jalal membelai wajah putrinya, Aram Bano tersenyum, sementara Jodha menyuruh Jalal untuk istirahat “Ibu, nyanyikan lagu nina bobok untukku”, “Aram, jangan ganggu ayahmu, ayahmu butuh istirahat”, “Ratu Jodha, itu adalah permintaan anakku, tak akan menggangguku, menyanyilah” Jodha akhirnya menuruti kemauan anaknya, kemudian Jodha menyanyi .. Soja Soja chanda.. Kanihya ho kar rahege mayya.. Soja Soja Chanda, tak berapa lama kemudian Jalal yang tadinya menepuk nepuk punggung Aram, akhirnya tertidur pulas, Arampun tertidur diatas dada ayahnya. Jodha terharu melihat suami dan anak bungsunya, ketika Jodha hendak meninggalkan mereka berdua, tiba tiba dupattanya ditarik oleh tangan Jalal, Jodhapun kembali duduk disebelah Jalal dan menatapnya dengan sedih “Dewa Khrisna .Jangan biarkan mimpi burukku yang kedua terjadi pada suamiku” Jodha berdoa dalam hatinya. .Baca SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 447
Sementara itu Shah Abdullah sedang menghadapi rakyat yang datang keistana “Beraninya kalian menolak perintah Yang Mulia Raja ! Nanti kalau kau dihadapkan disidang, kau harus menyentuh kaki Yang Mulia Raja dan meminta maaf !” Shah Adullah marah pada rakyat tersebut “Mengapa ? Kami tak melakukan kesalahan apapun ?” tepat pada saat itu Jalal menghampiri mereka dari atas balkon dan berteriak “Ada apa Shah Abdullah ?”, “Mereka ini menentang anda, Yang Mulia !”, “Bawa mereka ke sidang istana !” perintah Jalal
Disidang istana Dewan - E - Khaas, Jalal berbicara pada para rakyatnya yang hadir disana “Aku adalah penguasa kalian, mengapa kalian menginginkan agar aku membunuh setiap orang ?” rakyat yang hadir disana berusaha menjelaskan pada Jalal “Tanah tersebut sangat berharga bagi kami, Yang Mulia .Disana ada pemakaman seorang pendeta besar yang tak bisa dipindahkan” rakyat yang lain juga ikut bicara “Kami tak akan meninggalkan tempat itu, Yang Mulia” Jalal murka “Siapa orang itu yang ikut campur ?”, “Dia itu bekerja untuk anda, Yang Mulia .Dia telah menolak untuk membuat koin uang emas juga” Shah Abdullah ikut angkat suara, Jalal menahan amarahnya “Bagaimana kita bisa membawa nama Yang Mulia Raja dengan nama Tuhan” salah seorang rakyat ikut berkomentar “Mereka menyerang prajurit kita juga, Yang Mulia”, “Dia bohong, Yang Mulia ! Dia lah yang menyerang kami” Jalal berdiri dan mendekati mereka “Aku telah mencoba untuk membuat kalian mengerti dengan penuh kasaih sayang akan tetapi sekarang aku dipaksa harus menggunakan kekuataanku, jika kalian meninggalkan tanah itu dalam dua hari maka kalian akan dimaafkan akan tetapi jika kalian tak meninggalkan tempat itu maka kalian akan melihat kemarahan para prajuritku ! Tentang makam pendeta kalian itu, kami akan memindahkannya ketempat lain !” rakyat kembali bertanya ke Jalal “ Bagaimana anda bisa memindahkannya ?”, “Mengapa tak ?” ujar Jalal marah, Jalal memerintah Shah Abdullah untuk menuruti perintahnya, dari bilik para ratu, Jodha melihat semua ini dengan sedih “Mengapa aku merasa ada sesuatu yang buruk yang bakal terjadi ?”
1Diteras istana, Jalal sedang santai sambil minum minum bersama dengan para menterinya, saat itu Todar Mal dan Birbal sedang ngobrol berdua “Ada suatu masa ketika aku dulu terbiasa menggunakan pedangku, Birbal .akan tetapi sekarang sudah tak lagi”, “Aku juga telah mengalami banyak peperangan akan tetapi Maan Sigh itu mempunyai bakat yang berbeda namun sayangnya hari ini Yang Mulia Raja sedang marah dengannya”, “Kamu benar, Birbal .Maan Sigh itu singanya Rajvanshi” Todar Mal dan Birbal sedang memuji kehebatan Maan Sigh didepan Jalal, Jalal hanya mendengarkan saja sambil meminum anggurnya “Maan Sigh itu menyerang para musuh seperti dia itu menyerang tak menggunakan pedang melainkan menggunakan bunga”, “Tepat sekali, Birbal ! tak ada ksatria seperti Maan Sigh” Jalal yang sedari mendengarkan hal ini langsung berteriak “Cukup !!! Apa yang kalian pikirkan ? Apakah cuma Maan Sigh yang bisa menahan serangan didadanya, aku juga bisa menahan serangan didada !” Jalal iri ketika mendengar Todar dan Birbal memuji Maan Sigh, tiba tiba Jalal mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya “Lihat .Sekarang !” Jalal berdiri sambil terhuyung huyung karena mabuk “Yang Mulia, anda bisa terluka” Birbal mencoba memperingati “Diaaaam !!! Ssstttttt !!!” Jalal kemudian menaruh pedangnya pada sebuah celah pilar yang berongga kemudian menancapkan ujung pedangnya pada dadanya sendiri, para menteri berteriak mengingatkan Jalal, saat itu Jodha yang sedang berjalan jalan dibalkon istana bersama Moti mendengar ada sebuah teriakan dari arah bawah, Jodha segera berlari mendekat kearah ujung balkon istana sehingga bisa melihat apa yang sedang terjadi dibawah sana, dilihatnya Jalal sedang menusukkan pedangnya kearah dadanya sendiri, Jodha sangat terkejut “Lihat .Aku bisa kan ?” Jalal yang masih mabuk memuji dirinya sendiri, Jodha teringat mimpi buruknya ketika Jalal terluka dibagian dadanya dengan pedangnya sendiri “Tak ada ksatria yang lebih besar dari pada aku Yang Mulia Raja Jalalludin Muhammad Akbar !” teriak Jalal lantang “Iya, anda benar, Yang Mulia” Birbal mencoba untuk membujuk Jalal, tepat pada saat itu Maan Sigh datang ketempat tersebut dan langsung berteriak “Yang Mulia, apa yang kau lakukan !” Maan Sigh segera melempar pedang tersebut dari dada Jalal dan mendorong Jalal dengan tujuan untuk menyelamatkannya, namun Jalal yang sudah dipenuhi oleh rasa iri terhadap Maan Sigh memiliki pemikiran lain “Kamu mau menyerangku ?” Jalal segera menjatuhkan Maan Sigh ke kursi kemudian mencekiknya hingga Maan Sigh tak bisa bernafas “Yang Mulia, hentikan ! Hentikan” para menteri menghentikan Jalal yang masih mabuk sambil memegangi lengan Jalal “Jebloskan Maan Sigh ke penjara !” teriak Jalal, Jodha yang melihat apa yang terjadi sedari tadi benar benar terkejut, Shah Abdullah memerintahkan para prajurit untuk memenjarakan Maan Sigh begitu Jalal dibawa pergi dari tempat tersebut, Maan Sigh yang mengetahui keberadaan Jodha diatas balkon langsung berteriak “Bibi aku tak melakukan apa apa ! Aku bersumpah ! Aku tak melakukan apa apa !” para prajurit segera membawanya pergi.
Dikamar Jalal, Jalal sedang terbaring lemah “Bagaimana keadaan Yang Mulia, ibu ?” Salim khawatir terhadap keadaan ayahnya “Dia sedang diobati, Salim” ujar Rukayah yang saat itu duduk disebelah Jalal “Dia itu telah menyerang aku, aku tak akan membiarkannya ! Hal ini menyakitkanku !” Jalal tiba tiba meracau tak karuan dengan matanya yang terbelalak marah, sementara itu Jodha yang duduk diujung tempat tidur menangis meratapi nasib suaminya “Jodha, jangan menangis terus, Jalal baik baik saja sekarang” Hamida berusaha membujuk Jodha “Mimpiku menjadi kenyataan ibu, aku sangat khawatir”, “Jangan khawatir, Jodha” Jodha hanya bisa memandangi suaminya dengan sedih.
Bhagwandas yang saat itu belum pulang ke Amer meminta ijin pada Hamida untuk bertemu dengan Maan Sigh di penjara, Hamida mengijinkan Bhagwandas bertemu dengan putranya, kemudian Hamida menyuruh prajurit untuk mengantar Bhagwandas ke penjara.
Dirumah Anarkali, Anarkali sedang termenung di jendela kamarnya, ibunya menghampiri Anarkali “Ibu, tadi aku dipanggil oleh Ratu Jodha, dia membicarakan soal Salim” kemudian Anarkali menceritakan semua pembicaraannya dengan Jodha pada ibunya, Zil Bahar “Yaaa Khudaa .Permasalahan ini semakin buruk saja, di satu sisi cintanya Salim” Anarkali menatap kearah ibunya “Anarkali, ibu khawatir pada seseorang yang telah memberikan kita rumah dan semuanya, bagaimana jika mereka menghukum kau ?”, “Jangan khawatir, ibu .Aku telah menenangkan Ratu Jodha, yang aku khawatirkan sekarang adalah Maan Bai, aku khawatir pertikaian antara Yang Mulia Raja dengan Maan Sigh akan berakibat pada Maan Bai”, “Aku percaya pada Yang Mulia Raja, dia pasti tak akan mengambil keputusan yang salah”
Bhagwandas dan Maan Bai menemui Maan Sigh dipenjara “Ayah, aku cuma mencoba menyelamatkan Yang Mulia dan lihat, inilah hasilnya”, “Yang Mulia Raja sedang tak mengerti apapun saat ini”, “Aku hanya mengkhawatirkan nyawa Yang Mulia Raja, ayah”, “Dian aman, dia tak apa apa, Maan Sigh” Maan Bai menangis menatap kakaknya dengan sedih “Jangan khawatir Maan Bai, Yang Mulia Raja sangat menyayangi aku, semuanya akan baik baik saja nanti”, “Aku akan mencoba untuk berbicara dengan Yang Mulia, Maan Sigh”, “Aku hanya khawatir Maan Bai seharusnya tak boleh menderita karena aku”
Hamida mengadakan rapat keluarga mendadak diruang keluarga “Mimpi buruk Ratu Jodha menjadi kenyataan” Hamida membuka pertemuan tersebut “Yang Mulia saat ini tak bisa mendengarkan siapapun akan tetapi nyawanya dalam keadaan bahaya, kita harus menjaganya” Jodha juga ikut angkat bicara “Kalau begitu setiap makanan yang akan diberikan pada Yang Mulia Raja harus dirasakan terlebih dahulu, tak ada seorangpun yang bisa menemui Yang Mulia tanpa ijin” Salim mulai mengatur penjagaan untuk ayahnya “Ratu Rukayah, kau bagian yang mengecek makanan Yang Mulia” Hamida mulai mengadakan pembagian tugas “Nenek, aku akan bertanggung jawab untuk keamanan Yang Mulia, tak akan ada yang terjadi padanya, itu adalah tugas saya sekarang” ujar Salim kemudian meninggalkan ruangan tersebut “Jodha, kau pasti khawatir soal Maan Sigh”, “Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, ibu .Kalau dia tak menyerang Yang Mulia”, “Kadang kadang dengan menjauh itu lebih baik, sekarang Jalal akan tahu bagaimana pentingnya Maan Sigh baginya, seperti ketika kau jauh darinya, dia baru menyadari betapa pentingnya dirimu baginya” Hamida berusaha untuk menenangkan Jodha.
Anak buah Maan Sigh menemui Maan Sigh dipenjara dan menginformasikan sesuatu yang berkaitan dengan Jalal “Aku harus keluar dari penjara ini untuk Yang Mulia Raja ! Seperti kau bisa memasuki penjara ini maka akupun bisa keluar dari penjara ini juga, tak lama kemudian anak buah Maan Sigh meninggalkannya, tepat pada saat itu para prajurit menghampiri Maan Sigh “Apakah ada orang lain didalam sel mu, Maan Sigh ?”, “Apakah kau mencari seseorang disini ? tak ada siapa siapa, kenapa kau bertanya padaku, tinggalkan aku !” Maan Sigh berbohong pada prajurit tersebut, para prajuritpun meninggalkannya.
Sementara itu dikamar Jalal, Jalal masih terbaring lemah dengan luka didadanya, Jodha menemuinya “Duduklah sini, Ratu Jodha” Jalal meminta Jodha untuk menemaninya “Kamu seharusnya beristirahat, Yang Mulia”, “Bagaimana aku bisa tidur, Ratu Jodha ? Maan Sigh itu baru berusia 14 tahun ketika aku bertemu dengannya, akulah yang membuatnya belajar semuanya, aku yang membuatnya belajar bagaimana caranya bertarung dalam medan peperangan dan sekarang dia menyerang aku tepat dijantungku” Jalal mulai meracau kembali, sementara Jodha hanya diam mendengarkan semua keluhan suaminya dengan tatapan sedih “Maan Sigh itu sudah seperti bagian dari hatiku, tapi mengapa dia melakukan ini semua ke aku ? Aku butuh Anggur, Ratu Jodha .Cepat berikan !”, “Tidak Yang Mulia ! Yang kau perlukan itu obat bukan anggur !” tepat pada saat itu Aram Bano putri bungsu mereka datang menghampiri mereka “Salam ayah .Salam ibu ...” Jalal tersenyum melihat putri bungsunya “Aram, kenapa kau kesini ? Ayah sedang sakit, kembalilah ke kamarmu !” Jodha mencoba melarang Aram mengganggu Jalal, “Tidak apa apa, Ratu Jodha .Kalau anak perempuanku datang padaku, maka aku akan mendapatkan kedamaian” Aram segera duduk disebelah Jalal “Tidak ada yang terjadi pada ayah, ini cuma luka kecil, tak apa apa” Jalal membelai wajah putrinya, Aram Bano tersenyum, sementara Jodha menyuruh Jalal untuk istirahat “Ibu, nyanyikan lagu nina bobok untukku”, “Aram, jangan ganggu ayahmu, ayahmu butuh istirahat”, “Ratu Jodha, itu adalah permintaan anakku, tak akan menggangguku, menyanyilah” Jodha akhirnya menuruti kemauan anaknya, kemudian Jodha menyanyi .. Soja Soja chanda.. Kanihya ho kar rahege mayya.. Soja Soja Chanda, tak berapa lama kemudian Jalal yang tadinya menepuk nepuk punggung Aram, akhirnya tertidur pulas, Arampun tertidur diatas dada ayahnya. Jodha terharu melihat suami dan anak bungsunya, ketika Jodha hendak meninggalkan mereka berdua, tiba tiba dupattanya ditarik oleh tangan Jalal, Jodhapun kembali duduk disebelah Jalal dan menatapnya dengan sedih “Dewa Khrisna .Jangan biarkan mimpi burukku yang kedua terjadi pada suamiku” Jodha berdoa dalam hatinya. .Baca SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 447