Persiapan Perang Maha Cucak. Cerita Ini ada pada Jodha akbar Antv Episode 289. Jalal marah pada Ratu Jodha di kamar, dan merasa kesal karena Jalal tak diberitahu soal berita membahagiakan itu. Namun Jodha memiliki alasan kuat untuk tak memberitahukannya. Jalal yang mendengar itu, lantas berkata apakah Jodha menganggap Jalal tak sekuat itu untuk tetap berperang melawan musuh meskipun Jodha sedang hamil. Perdebatan diantara keduanya pun tak terelakkan, namun sesaat amarah Jalal mereda dan Jalal mengatakan bahwa ia tak marah pada Ratu Jodha, Jalal hanya merasa khawatir jika nantinya ia akan kehilangan pewarisnya untuk kesekian kalinya.Di istana Kabul, Abul Mali dan Ratu Mahachucak sedang melihat seorang pawang melatih Khaibar untuk membunuh seseorang berdasar contoh darah. Ratu Maha Chucak bertepuk tangan dan merasa puas atas kerja pawang itu yang telah mampu menakhlukkan Khaibar. Ratu Maha Chucak memerintahkan kepada pawang agar Khaibar membunuh Jalal. Pawang mengatakan bahwa untuk membunuh Jalal, ia perlu contoh darah Jalal. Abul Mali menyahut, bahwa ia sudah memiliki contoh darah Jalal.
Di istana Agra, Jalal merasa senang, Jalal mengumpulkan orang-orang untuk berkumpul di sidang istana. Jalal berkata kepada semua orang bahwa ia memiliki alasan lagi untuk lebih mencintai ratu Jodha. Jalal menggenggam tangan ratu Jodha kemudian mengatakan bahwa Ratu Jodha sedang mengandung pewaris kerajaan. Orang-orang merasa senang dengan berita membahagiakan itu. Ibu Ratu Hamida memanjatkan rasa syukurnya kepada Tuhan, lantas mendatangi Jodha dan mengecup keningnya dan memberi Ratu Jodha kalung. Kebahagiaan juga tampak pada ratu Salimah yang kemudian memeluk ratu Jodha dan mengucapkan selamat. Kemudian Jalal berkata pada Ratu Jodha, kalau Ratu Jodha telah memberikan kebahagiaan terbaik dalam hidup Jalal. Maham Anga yang mengetahui berita itu, berkata pada dirinya seolah tak percaya bahwa bangsa Raj Puth yang akan menjadi ratu utama di kerajaan Mughal.
Di kubu Ratu Maha Chucak, Khaibar di bawa dalam sebuah jeruji besi dan pawang itu menyemangatinya untuk membunuh musuhnya. Pasukan Maha Chucak terus berjalan menuju Agra.
Di kamarnya, Ratu Jodha sedang membuat karangan bunga untuk dewa Khrisna, Moti Bai melarang Jodha untuk melakukannya dan memintanya untuk istirahat. Namun seperti biasa, Ratu Jodha yang keras kepala menolak untuk istirahat. Tiba-tiba Raja Jalal datang dan berkata percuma Moti kau membujuk ratu Jodha, ia hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan. Jodha pun duduk dan terlihat cemberut, Raja Jalal yang duduk disampingnya mengatakan pada Jodha kalau ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menjadikan Jalal seorang ayah. Jalal menyampaikan keinginannya pada Moti Bai untuk merawat dan bertanggung jawab atas keselamatan ratu Jodha. Moti Bai pun tersenyum dan mengiyakan permintaan Raja Jalal, Moti Bai lantas pamit untuk keluar.
Raja Jalal dan Ratu Jodha saling menatap, dan tersenyum bahagia, Ibu Ratu Hamida pun bertanya tentang keadaan ratu Jodha dan memberikan obat ramuan turun termurun dari temannya. Jodha pun senang dan memeluk ibu Ratu Hamida. Raja Jalal yang melihat betapa perhatianya ibu Ratu Hamida kepada Jodha lantas berkata, bagaimana Ratu Jodha melakukan hal itu, bagaimana semua orang begitu perhatian dan sayang meski Ratu Jodha Keras Kepala. Ratu Jodha pun membalas dengan senyum dan berkata setidaknya Ratu Jodha tak sekeras kepala dibanding salah satu orang yang ada di istana ini. Percakapan mereka pun berlangsung gembira penuh canda, Raja Jalal berkata jika anaknya nanti perempuan ingin memiliki keberanian, cantik dan baik hati seperti Ratu Jodha. Ratu Jodha pun menyahut perkataan Raja Jalal bahwa jika anaknya nanti laki-laki ia ingin anak itu menjadi seorang raja yang adil dan pemberani seperti Jalal.
Di kamar Nigar, Gulbadan sedang menceritakan kepada Nigar tentang ratu Chand, Nigar senang mendengar tentang ibunya. Maham Anga yang mencari kesempatan bicara pada Nigar mengintip di balik ruang dan khawatir jika Nigar menceritakan pada Jalal bahwa Maham Anga (Aswini Kalsekar) telah membantunya. Seorang pelayan datang ke kamar Nigar bahwa Raja Jalal meminta Nigar untuk bertemu di istana.
Di tempat lain, Ratu Maha Chucak meminta pawang untuk menyiapkan Khaibar agar siap menyerang. Di kemah itu, pelayan Abul Mali membawakan pakaian Jalal yang berlumuran darah Jalal saat di tawan Abul Mali.
Sementara di ruang sidang Agra, Jalal yang sedang duduk berkata bahwa ia telah mencari Ratu Chand namun tak menemukannya dan meminta Nigar untuk menceritakan perihal pertemuannya dengan Ratu Chand yang mungkin bisa memberikan petunjuk. Nigar pun bercerita bahwa ia bertemu dengan ratu Chand saat malam perayaan pernikahan Jalal dan Jodha saat pembagian makanan pada seluruh tahanan. Nigar mengetahui bahwa Ratu Chand berada pada kondisi yang tak wajar akalnya dan Ratu Chand pun tak mengenali Nigar sebagai anaknya. Nigar berkata mungkin keadaan yang menjadikannya demikian.
Jalal lantas bertanya pada Nigar, siapa yang memberi tahu Nigar kalau Jalal yang mengurung Ratu Chand. Nigar menjawab ia adalah orang yang tak jauh darimu, Jalal marah dan meminta Nigar untuk menyebutkan namanya. Nigar pun berkata bahwa orang itu adalah Maham Anga. Mendengar jawaban Nigar, Jalal berdiri dan berteriak atas penyesalannya dahulu menganggapnya sebagai ibunya, Jalal meminta Atgha Khan untuk memenjarakan Maham Anga. Maham berlutut pada Jalal, Adham Khan berteriak pada ibunya untuk tak berlutut pada Jalal dan ia pun mengangkat pedangnya untuk membunuh Jalal. Seketika para menteri berteriak “Jangan!!” dan melindungi Jalal.
Maham Anga berhasil lagi menemui Ratu Chand dan memaksa Ratu Chand untuk memberi tahu rahasia perihal peninggalan wasiat mendiang Raja Humayyun.
Di kubu Ratu Maha Chucak, Khaibar di bawa dalam sebuah jeruji besi dan pawang itu menyemangatinya untuk membunuh musuhnya. Pasukan Maha Chucak terus berjalan menuju Agra.
Di kamarnya, Ratu Jodha sedang membuat karangan bunga untuk dewa Khrisna, Moti Bai melarang Jodha untuk melakukannya dan memintanya untuk istirahat. Namun seperti biasa, Ratu Jodha yang keras kepala menolak untuk istirahat. Tiba-tiba Raja Jalal datang dan berkata percuma Moti kau membujuk ratu Jodha, ia hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan. Jodha pun duduk dan terlihat cemberut, Raja Jalal yang duduk disampingnya mengatakan pada Jodha kalau ia sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah menjadikan Jalal seorang ayah. Jalal menyampaikan keinginannya pada Moti Bai untuk merawat dan bertanggung jawab atas keselamatan ratu Jodha. Moti Bai pun tersenyum dan mengiyakan permintaan Raja Jalal, Moti Bai lantas pamit untuk keluar.
Raja Jalal dan Ratu Jodha saling menatap, dan tersenyum bahagia, Ibu Ratu Hamida pun bertanya tentang keadaan ratu Jodha dan memberikan obat ramuan turun termurun dari temannya. Jodha pun senang dan memeluk ibu Ratu Hamida. Raja Jalal yang melihat betapa perhatianya ibu Ratu Hamida kepada Jodha lantas berkata, bagaimana Ratu Jodha melakukan hal itu, bagaimana semua orang begitu perhatian dan sayang meski Ratu Jodha Keras Kepala. Ratu Jodha pun membalas dengan senyum dan berkata setidaknya Ratu Jodha tak sekeras kepala dibanding salah satu orang yang ada di istana ini. Percakapan mereka pun berlangsung gembira penuh canda, Raja Jalal berkata jika anaknya nanti perempuan ingin memiliki keberanian, cantik dan baik hati seperti Ratu Jodha. Ratu Jodha pun menyahut perkataan Raja Jalal bahwa jika anaknya nanti laki-laki ia ingin anak itu menjadi seorang raja yang adil dan pemberani seperti Jalal.
Di kamar Nigar, Gulbadan sedang menceritakan kepada Nigar tentang ratu Chand, Nigar senang mendengar tentang ibunya. Maham Anga yang mencari kesempatan bicara pada Nigar mengintip di balik ruang dan khawatir jika Nigar menceritakan pada Jalal bahwa Maham Anga (Aswini Kalsekar) telah membantunya. Seorang pelayan datang ke kamar Nigar bahwa Raja Jalal meminta Nigar untuk bertemu di istana.
Di tempat lain, Ratu Maha Chucak meminta pawang untuk menyiapkan Khaibar agar siap menyerang. Di kemah itu, pelayan Abul Mali membawakan pakaian Jalal yang berlumuran darah Jalal saat di tawan Abul Mali.
Sementara di ruang sidang Agra, Jalal yang sedang duduk berkata bahwa ia telah mencari Ratu Chand namun tak menemukannya dan meminta Nigar untuk menceritakan perihal pertemuannya dengan Ratu Chand yang mungkin bisa memberikan petunjuk. Nigar pun bercerita bahwa ia bertemu dengan ratu Chand saat malam perayaan pernikahan Jalal dan Jodha saat pembagian makanan pada seluruh tahanan. Nigar mengetahui bahwa Ratu Chand berada pada kondisi yang tak wajar akalnya dan Ratu Chand pun tak mengenali Nigar sebagai anaknya. Nigar berkata mungkin keadaan yang menjadikannya demikian.
Jalal lantas bertanya pada Nigar, siapa yang memberi tahu Nigar kalau Jalal yang mengurung Ratu Chand. Nigar menjawab ia adalah orang yang tak jauh darimu, Jalal marah dan meminta Nigar untuk menyebutkan namanya. Nigar pun berkata bahwa orang itu adalah Maham Anga. Mendengar jawaban Nigar, Jalal berdiri dan berteriak atas penyesalannya dahulu menganggapnya sebagai ibunya, Jalal meminta Atgha Khan untuk memenjarakan Maham Anga. Maham berlutut pada Jalal, Adham Khan berteriak pada ibunya untuk tak berlutut pada Jalal dan ia pun mengangkat pedangnya untuk membunuh Jalal. Seketika para menteri berteriak “Jangan!!” dan melindungi Jalal.
Maham Anga berhasil lagi menemui Ratu Chand dan memaksa Ratu Chand untuk memberi tahu rahasia perihal peninggalan wasiat mendiang Raja Humayyun.