Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 397. Dikamar Hamida, saat itu Hamida sedang ngobrol dengan Salima, “Saat ini kita sedang bahagia, kita sedang menyiapkan perayaan pesta dan sekarang semuanya hancur berantakan, saya gak tahu siapa yang telah berbuat jahat pada kita’’ ujar Hamida sedih, kemudian Hamida menyuruh Salima untuk mengundang para ulama, ‘’Kita akan mendoakan keselamatan Salim’’ ujar Hamida lagi, ‘’Yaaa … kita hanya bisa berdoa untuk keselamatannya’’ kata Salima. Sementara itu dikamar Rukayah, ‘’Ratu Rukayah, apakah saya harus menyiapkan hookahnya sekarang ?” tanya Hoshiyar, “Tidak, pergilah dari sini” kata Rukayah sambil mengibaskan tangannya mengusir Hoshiyar halus, tetapi bukannya pergi Hoshiyar malah mendekati Rukayah, “Ratu Rukayah, saya bisa menerima bagaimana kamu tadi bersandiwara di depan Yang Mulia Raja ketika mendapat kabar Salim diculik” bisik Hoshiyar ditelinga Rukayah, Rukayah langsung membalikkan tubuhnya dan tanpa berkata kata tiba tiba ia menampar Hoshiyar dengan keras “Pllaaaaakkkk !!!!” , “Aku gak sedang bersandiwara, Hoshiyar ! Salim lebih penting dari kehidupanku sendiri ! saya gak tahan kalo ia dipengaruhi ! saya akan memotong lidahmu jika kamu kamu mengatakan seperti itu lagi, jangan lupa pada apa yang pernah saya lakukan ke Reesham ! sudah sana pergi !” bentak Rukayah dengan nada tinggi dan Hoshiyarpun segera berlalu dari sana, sepeninggal Hoshiyar …Rukayah langsung menangis, dirinya gak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti, bila Salim gak ada disisinya lagi. Rukayah kemudian berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa, “Yaaaa Khuda …. tolong bawalah Salim pulang segera”
Sementara itu Jalal dan beberapa menteri terdekatnya sedang berdiskusi menyusun strategi membebaskan Salim, “Kita gak mendapatkan petunjuk apa apa, Yang Mulia” kata Maan Sigh, “Kita harus mengambil resiko yang lebih dari ini, jika mereka bersama dengan Syarifudin maka Pangeran Salim dalam keadaan bahaya” sela Rahim, “Aku gak akan membiarkan apapun yang terjadi pada anakku ! kalo begitu umumkan ke khalayak ramai bahwa kita akan membebaskan Moin Khan” ujar Jalal, “Aku akan menyiapkan pembebasannya, Yang Mulia” sela Todar Maal sambil hendak berlalu dari sana tetapi kemudian langsung dihentikan oleh Jalal, “Todar Maal, mengumumkan dan membebaskan adalah dua hal yang berbeda” ujar Jalal, “Lalu apa yang akan kita lakukan, Yang Mulia ?” tanya Maan Sigh, “Mereka menginginkan Moin Khan, saya yang akan kesana dengan menyamar sebagai Moin Khan dan kita akan menyerang mereka, saya akan membuktikan pada mereka bahwa gak ada seorangpun yang bisa memerintah seorang Raja ! kalian semua akan kesana bersamaku, mereka semua gak ada yang boleh hidup !” kata Jalal kemudian menyuruh Todar Maal untuk mengumumkan berita ini, Todar Maal pun pergi dari sana.
Salah satu prajurit Jalal datang kepasar dan mengumumkan bahwa Raja telah memerintahkan untuk menghapus semua tuduhan dari Moin Khan dan telah memutuskan untuk membebaskannya, salah satu anak buah Syarifudin mendengarkan hal ini dan langsung berlalu dari sana.
Dikamar Jalal, saat itu Jalal sedang berdandan menyamar sebagai Moin Khan dibantu oleh para pelayannya, tak berapa lama kemudian Maan Sigh menemuinya, “Ini saatnya kita pergi, Yang Mulia” kata Maan Sigh, Jalal yang mengamati dirinya sendiri didepan cermin merasa puas dengan penyamarannya sebagai Moin Khan yang lengkap dengan perut buncitnya dan mulut yang dibekap dengan kain putih, kemudian Jalal segera berlalu dari kamarnya diikuti oleh anak buahnya.
Di gua tempat Salim disandera, anak buah Syarifudin merasa senang dengan pengumumman dari Jalal, “Akhirnya Yang Mulia Raja tunduk pada kita ! ia telah menunjukkan bahwa ia sangat mencintai anaknya” kata kepala genk tersebut.
Sementara itu Jodha yang ditemani oleh Moti dan Zakira menemui Moin Khan dipenjara, para prajurit melarangnya untuk bertemu dengan Moin Khan, “Yang Mulia telah memerintahkan bahwa gak ada seorangpun yang boleh bertemu dengannya, Yang Mulia Ratu” ujar salah prajurit yang berjaga, “Aku adalah Mariam Uz Zamani, perintahku juga berlaku setelah perintah Raja, sekarang saya perintahkan padamu untuk membebaskan Moin Khan !” perintah Jodha, “Jodha, lebih baik kamu gak usah ikut campur dengan urusannya Yang Mulia” ujar Moti, “Aku melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh Yang Mulia, Moti” bela Jodha, tak berapa lama kemudian para prajurit membawa Moin Khan keluar dari penjara dan dihadapkannya ke depan Jodha, “Aku datang kesini untuk membebaskanmu” kata Jodha, “Kamu memang pintar, Yang Mulia … pewaris tahta kerajaan itu lebih penting” ujar Moin Khan, “Diam !!! kali ini saya telah melawan Yang Mulia demi anakku tetapi ingat kalau Salim gak kembali, maka gak ada seorangpun yang bisa menyelamatkanmu dari saya !” kata Jodha dengan nada tinggi.
Di gua tempat Salim disekap, saat itu Salim sedang duduk dengan kaki dan tangan yang diikat dibelakang punggungnya, Salim teringat ejekan dari para pemborentak yang mengejek dirinya bahwa ayahnya gak akan datang menyelamatkan nyawanya, “Aku gak boleh disini terus ! kalau ayah gak datang kesini untuk menyelamatkan saya maka saya harus melarikan diri !” kata Salim sambil memandang ke sekelilingnya, tak berapa lama kemudian Salim menemukan sebongkah batu disana, Salim segera menghampirinya dan mulai berusaha untuk memotong tali yang mengikat tangannya dengan cara digosok gosokkan tali itu dibatu itu keatas kebawah. Sementara itu, para pemberontak yang sedang berkumpul, sedang merencanakan serah terima Salim dan Moin Khan. “Ketika mereka membebaskan Moin Khan, maka kita seharusnya membawa Salim ketepi sungai, bawa ia !” kata ketua genk. Tepat pada saat itu, Salim berhasil memotong tali yang mengikat tangannya dan mulai melarikan diri dari sana, Salim akhirnya berhasil keluar dari goa tersebut dan secepat kilat berlari meninggalkan tempat tersebut, sesaat kemudian para pemborentak sangat terkejut ketika mendapati Salim sudah gak berada lagi ditempatnya, tali yang mengikat kaki dan tangannya telah lepas, “Dia pasti belum jauh dari sini ! cepat cari ia !” perintah ketua genk. Saat itu Salim sudah sampai didalam hutan, namun dari arah belakang Salim dapat mendengar dengan jelas suara para pemborentak yang sedang mencari carinya, Salim segera mencari tempat persembunyian dan bersembunyi dibalik pepohonan dan batu batu besar.
Para pemborentak terus menerus mencari cari Salim, tetapi nihil akhirnya mereka menyerah dan meninggalkan tempat tersebut. “Aku harus pergi dari sini tetapi kemana saya pergi ???? saya bahkan gak tahu jalan yang menuju ke istana” kata Salim sambil terus berfikir keras kemana ia harus pergi, “Aku tau satu tempat dimana saya bisa pergi kesana !” ujarnya, Salimpun segera berlalu dari sana. Para pemborentak akhirnya putus asa gak bisa menemukan Salim, kemudian mereka berkumpul, “Apa yang harus kita katakan pada Syarif nanti” kata salah seorang anak buah Syarifudin, “Kita harus menyerang prajurit Yang Mulia dan membebaskan Moin Khan, lalu kita akan lihat bagaimana nanti apa yang bisa kita lakukan” kata salah seorang lagi.
Jalal yang menyamar sebagai Moin Khan akhirnya sampai juga ditepi sungai, namun di dalam istana … Hamida bertanya pada pelayannya : “Pelayan, dimana Mariam Uz Zamani ???” tanya Hamida, “Beliau sedang pergi keluar istana bersama dengan Moti dan Zakira, kelihatannya beliau sangat khawatir akan sesuatu tetapi hamba gak tahu kemana beliau pergi, ibu Ratu” ujar pelayan, “Kemana Jodha pergi ??? saya harap ia bisa mengontrol emosinya” kata Hamida khawatir, tepat pada saat itu Jodha telah sampai di tepi sungai bersama dengan para pengawal pelayan, Moti, Zakira dan Moin Khan. Dengan baju kebesarannya baju ksatria yang berwarna putih dan sorban putihnya, Jodha tampak gagah menunggang kuda dengan sebilah pedang ditangannya, sementara Moin Khan menggunakan kuda yang lain disebelah Jodha.
Malam itu para pemborentak sudah sampai pula ditepi sungai, mereka melihat pasukan Jalal telah tiba, Maan Sigh memberitahukan pemborentak tersebut “Sesuai yang sudah kami umumkan tadi, saat ini kami sudah bersama Moin Khan ! lalu dimana Pangeran Salim ???” tanya Maan Sigh, “Pertama, kamu kirim Moin Khan dulu ke kami kemudian kami akan mengirimkan Pangeran Salim ke kamu !” ujar ketua genk pemborentak, kemudian Maan Sigh mendatangi Jalal, perlahan lahan Jalal turun dari kudanya sambil berbisik ke Maan Sigh, “Pertama kita selamatkan Salim dulu, baru nanti kita serang mereka” bisik Jalal kemudian ia berlalu menuju para gerombolan pemborentak, tepat pada saat itu Dari kejauhan pasukan Jodha mulai mendekati ke sungai bersama dengan Moin Khan, para pemberontak bingung karena ternyata ada dua Moin Khan yang datang ke tempat itu “Tuan, kalau yang ini Moin Khan lalu siapa yang disebelah sana itu ?” tanya salah satu anak buah Syarifudin kepada ketua genknya, Jalal yang menyadari keberadaan Jodha dengan Moin Khan yang asli langsung membuka jenggot palsunya dan berkata : “Aku adalah kematianmu !” bentak Jalal kemudian langsung menyuruh pasukannya untuk menyerang para pemborentak, “Waaah … kita telah dibodohi oleh mereka !” ujar kepala genk yang kemudian berbalik menyerang pasukan Jalal. Dari kejauhan Jodha sangat kaget mengetahui Jalal ada disana sedang bertarung melawan pemborentak, Jodha langsung mengeluarkan pedangnya dan siap bertarung juga, kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Moin Khan, ketika semua orang sedang sibuk, Moin Khan diam diam melarikan diri dengan kuda yang ditungganginya, “Maan Sigh !!! kejar Moin Khan !!!” perintah Jodha, Maan Sigh segera berlari mengejar Moin Khan, semua pemborentak akhirnya berhasil ditumpas oleh pasukan Jalal, “Kami gak tahu dimana Pangeran Salim, Yang Mulia” kata Rahim setelah semua keadaan mereda, “Cari didalam hutan segera !” perintah Jalal kepada pasukannya, kemudian Jalal menghampiri Jodha yang duduk di atas kudanya dengan tatapan yang amat marah, “Bagaimana kamu bisa sebodoh ini, Ratu Jodha !” bentak Jalal, Jodha salah tingkah didepan Jalal.
Sesampainya diistana, Jodha mencoba membela dirinya didepan suami, ibu mertua dan keluarganya, “Aku hanya seorang ibu, Yang Mulia … kalau seorang ayah bisa kuat tetapi saya sebagai seorang ibu gak bisa, jika anakku dalam keadaan bahaya maka seorang ibu bisa merasakannya, seorang ibu telah mengandungnya selama 9 bulan jadi ia merasa sangat dekat dengan anaknya, hanya seorang ibu yang mengetahui bahwa seorang anak membutuhkan sesuatu” ujar Jodha mencoba menjelaskan alasannya membebaskan Moin Khan, ”Satu hari telah berlalu dan saya selalu mengira kalau Salim sedang menderita makanya saya datang kesana” ujar Jodha lagi, “Jika kamu gak datang kesana, Salim pasti sudah bersama kita sekarang, Ratu Jodha !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Yang Mulia benar Ratu Jodha ! jika ia telah berjanji padamu, kamu seharusnya mempercayai dia, dengan kebodohanmu ini bisa mengakibatkan Salim dalam keadaan bahaya yang lebih besar lagi” kata Rukayah, “Karena seorang ibu, seorang anak gak akan dalam keadaan bahaya, kalau Yang Mulia setuju membebaskan Moin Khan dari kemarin maka Salim akan bersama kita sekarang” bela Jodha, “Inilah masalahnya …kamu terlalu emosional, Ratu Jodha … kamu adalah Mariam Uz Zamani dan kamu telah membebaskan pengkhianat !” bentak Jalal dengan nada marah, “Yaaa … saya memang Mariam Uz Zamani, itu semua karena Salim, gak ada posisi yang lebih tinggi daripada Salim” ujar Jodha, “Kamu gak boleh melupakan tanggungjawabmu, Ratu Jodha !” bentak Jalal lagi, “Cukupp !!!! kalian berdua berhenti bertengkar !” hardik Hamida, “Pikirkan dimana Salim sekarang ?” kata Hamida lagi, “Aku selalu berusaha dan berjanji kalau saya akan membawa Salim pulang bagaimanapun keadaannya” kata Jalal dengan nada melemah...baca selanjunya Sinopsis Jodha Akbar episode 398
Salah satu prajurit Jalal datang kepasar dan mengumumkan bahwa Raja telah memerintahkan untuk menghapus semua tuduhan dari Moin Khan dan telah memutuskan untuk membebaskannya, salah satu anak buah Syarifudin mendengarkan hal ini dan langsung berlalu dari sana.
Dikamar Jalal, saat itu Jalal sedang berdandan menyamar sebagai Moin Khan dibantu oleh para pelayannya, tak berapa lama kemudian Maan Sigh menemuinya, “Ini saatnya kita pergi, Yang Mulia” kata Maan Sigh, Jalal yang mengamati dirinya sendiri didepan cermin merasa puas dengan penyamarannya sebagai Moin Khan yang lengkap dengan perut buncitnya dan mulut yang dibekap dengan kain putih, kemudian Jalal segera berlalu dari kamarnya diikuti oleh anak buahnya.
Di gua tempat Salim disandera, anak buah Syarifudin merasa senang dengan pengumumman dari Jalal, “Akhirnya Yang Mulia Raja tunduk pada kita ! ia telah menunjukkan bahwa ia sangat mencintai anaknya” kata kepala genk tersebut.
Sementara itu Jodha yang ditemani oleh Moti dan Zakira menemui Moin Khan dipenjara, para prajurit melarangnya untuk bertemu dengan Moin Khan, “Yang Mulia telah memerintahkan bahwa gak ada seorangpun yang boleh bertemu dengannya, Yang Mulia Ratu” ujar salah prajurit yang berjaga, “Aku adalah Mariam Uz Zamani, perintahku juga berlaku setelah perintah Raja, sekarang saya perintahkan padamu untuk membebaskan Moin Khan !” perintah Jodha, “Jodha, lebih baik kamu gak usah ikut campur dengan urusannya Yang Mulia” ujar Moti, “Aku melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh Yang Mulia, Moti” bela Jodha, tak berapa lama kemudian para prajurit membawa Moin Khan keluar dari penjara dan dihadapkannya ke depan Jodha, “Aku datang kesini untuk membebaskanmu” kata Jodha, “Kamu memang pintar, Yang Mulia … pewaris tahta kerajaan itu lebih penting” ujar Moin Khan, “Diam !!! kali ini saya telah melawan Yang Mulia demi anakku tetapi ingat kalau Salim gak kembali, maka gak ada seorangpun yang bisa menyelamatkanmu dari saya !” kata Jodha dengan nada tinggi.
Di gua tempat Salim disekap, saat itu Salim sedang duduk dengan kaki dan tangan yang diikat dibelakang punggungnya, Salim teringat ejekan dari para pemborentak yang mengejek dirinya bahwa ayahnya gak akan datang menyelamatkan nyawanya, “Aku gak boleh disini terus ! kalau ayah gak datang kesini untuk menyelamatkan saya maka saya harus melarikan diri !” kata Salim sambil memandang ke sekelilingnya, tak berapa lama kemudian Salim menemukan sebongkah batu disana, Salim segera menghampirinya dan mulai berusaha untuk memotong tali yang mengikat tangannya dengan cara digosok gosokkan tali itu dibatu itu keatas kebawah. Sementara itu, para pemberontak yang sedang berkumpul, sedang merencanakan serah terima Salim dan Moin Khan. “Ketika mereka membebaskan Moin Khan, maka kita seharusnya membawa Salim ketepi sungai, bawa ia !” kata ketua genk. Tepat pada saat itu, Salim berhasil memotong tali yang mengikat tangannya dan mulai melarikan diri dari sana, Salim akhirnya berhasil keluar dari goa tersebut dan secepat kilat berlari meninggalkan tempat tersebut, sesaat kemudian para pemborentak sangat terkejut ketika mendapati Salim sudah gak berada lagi ditempatnya, tali yang mengikat kaki dan tangannya telah lepas, “Dia pasti belum jauh dari sini ! cepat cari ia !” perintah ketua genk. Saat itu Salim sudah sampai didalam hutan, namun dari arah belakang Salim dapat mendengar dengan jelas suara para pemborentak yang sedang mencari carinya, Salim segera mencari tempat persembunyian dan bersembunyi dibalik pepohonan dan batu batu besar.
Para pemborentak terus menerus mencari cari Salim, tetapi nihil akhirnya mereka menyerah dan meninggalkan tempat tersebut. “Aku harus pergi dari sini tetapi kemana saya pergi ???? saya bahkan gak tahu jalan yang menuju ke istana” kata Salim sambil terus berfikir keras kemana ia harus pergi, “Aku tau satu tempat dimana saya bisa pergi kesana !” ujarnya, Salimpun segera berlalu dari sana. Para pemborentak akhirnya putus asa gak bisa menemukan Salim, kemudian mereka berkumpul, “Apa yang harus kita katakan pada Syarif nanti” kata salah seorang anak buah Syarifudin, “Kita harus menyerang prajurit Yang Mulia dan membebaskan Moin Khan, lalu kita akan lihat bagaimana nanti apa yang bisa kita lakukan” kata salah seorang lagi.
Jalal yang menyamar sebagai Moin Khan akhirnya sampai juga ditepi sungai, namun di dalam istana … Hamida bertanya pada pelayannya : “Pelayan, dimana Mariam Uz Zamani ???” tanya Hamida, “Beliau sedang pergi keluar istana bersama dengan Moti dan Zakira, kelihatannya beliau sangat khawatir akan sesuatu tetapi hamba gak tahu kemana beliau pergi, ibu Ratu” ujar pelayan, “Kemana Jodha pergi ??? saya harap ia bisa mengontrol emosinya” kata Hamida khawatir, tepat pada saat itu Jodha telah sampai di tepi sungai bersama dengan para pengawal pelayan, Moti, Zakira dan Moin Khan. Dengan baju kebesarannya baju ksatria yang berwarna putih dan sorban putihnya, Jodha tampak gagah menunggang kuda dengan sebilah pedang ditangannya, sementara Moin Khan menggunakan kuda yang lain disebelah Jodha.
Malam itu para pemborentak sudah sampai pula ditepi sungai, mereka melihat pasukan Jalal telah tiba, Maan Sigh memberitahukan pemborentak tersebut “Sesuai yang sudah kami umumkan tadi, saat ini kami sudah bersama Moin Khan ! lalu dimana Pangeran Salim ???” tanya Maan Sigh, “Pertama, kamu kirim Moin Khan dulu ke kami kemudian kami akan mengirimkan Pangeran Salim ke kamu !” ujar ketua genk pemborentak, kemudian Maan Sigh mendatangi Jalal, perlahan lahan Jalal turun dari kudanya sambil berbisik ke Maan Sigh, “Pertama kita selamatkan Salim dulu, baru nanti kita serang mereka” bisik Jalal kemudian ia berlalu menuju para gerombolan pemborentak, tepat pada saat itu Dari kejauhan pasukan Jodha mulai mendekati ke sungai bersama dengan Moin Khan, para pemberontak bingung karena ternyata ada dua Moin Khan yang datang ke tempat itu “Tuan, kalau yang ini Moin Khan lalu siapa yang disebelah sana itu ?” tanya salah satu anak buah Syarifudin kepada ketua genknya, Jalal yang menyadari keberadaan Jodha dengan Moin Khan yang asli langsung membuka jenggot palsunya dan berkata : “Aku adalah kematianmu !” bentak Jalal kemudian langsung menyuruh pasukannya untuk menyerang para pemborentak, “Waaah … kita telah dibodohi oleh mereka !” ujar kepala genk yang kemudian berbalik menyerang pasukan Jalal. Dari kejauhan Jodha sangat kaget mengetahui Jalal ada disana sedang bertarung melawan pemborentak, Jodha langsung mengeluarkan pedangnya dan siap bertarung juga, kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Moin Khan, ketika semua orang sedang sibuk, Moin Khan diam diam melarikan diri dengan kuda yang ditungganginya, “Maan Sigh !!! kejar Moin Khan !!!” perintah Jodha, Maan Sigh segera berlari mengejar Moin Khan, semua pemborentak akhirnya berhasil ditumpas oleh pasukan Jalal, “Kami gak tahu dimana Pangeran Salim, Yang Mulia” kata Rahim setelah semua keadaan mereda, “Cari didalam hutan segera !” perintah Jalal kepada pasukannya, kemudian Jalal menghampiri Jodha yang duduk di atas kudanya dengan tatapan yang amat marah, “Bagaimana kamu bisa sebodoh ini, Ratu Jodha !” bentak Jalal, Jodha salah tingkah didepan Jalal.
Sesampainya diistana, Jodha mencoba membela dirinya didepan suami, ibu mertua dan keluarganya, “Aku hanya seorang ibu, Yang Mulia … kalau seorang ayah bisa kuat tetapi saya sebagai seorang ibu gak bisa, jika anakku dalam keadaan bahaya maka seorang ibu bisa merasakannya, seorang ibu telah mengandungnya selama 9 bulan jadi ia merasa sangat dekat dengan anaknya, hanya seorang ibu yang mengetahui bahwa seorang anak membutuhkan sesuatu” ujar Jodha mencoba menjelaskan alasannya membebaskan Moin Khan, ”Satu hari telah berlalu dan saya selalu mengira kalau Salim sedang menderita makanya saya datang kesana” ujar Jodha lagi, “Jika kamu gak datang kesana, Salim pasti sudah bersama kita sekarang, Ratu Jodha !” kata Jalal dengan nada tinggi, “Yang Mulia benar Ratu Jodha ! jika ia telah berjanji padamu, kamu seharusnya mempercayai dia, dengan kebodohanmu ini bisa mengakibatkan Salim dalam keadaan bahaya yang lebih besar lagi” kata Rukayah, “Karena seorang ibu, seorang anak gak akan dalam keadaan bahaya, kalau Yang Mulia setuju membebaskan Moin Khan dari kemarin maka Salim akan bersama kita sekarang” bela Jodha, “Inilah masalahnya …kamu terlalu emosional, Ratu Jodha … kamu adalah Mariam Uz Zamani dan kamu telah membebaskan pengkhianat !” bentak Jalal dengan nada marah, “Yaaa … saya memang Mariam Uz Zamani, itu semua karena Salim, gak ada posisi yang lebih tinggi daripada Salim” ujar Jodha, “Kamu gak boleh melupakan tanggungjawabmu, Ratu Jodha !” bentak Jalal lagi, “Cukupp !!!! kalian berdua berhenti bertengkar !” hardik Hamida, “Pikirkan dimana Salim sekarang ?” kata Hamida lagi, “Aku selalu berusaha dan berjanji kalau saya akan membawa Salim pulang bagaimanapun keadaannya” kata Jalal dengan nada melemah...baca selanjunya Sinopsis Jodha Akbar episode 398