Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 188. Ruqaiya berbaring dengan kesal dan putus asa. Rencananya untuk menjatuhkan Jodha mengenai dirinya sendiri. Maham mendatangi Ruq dan menyemangatinya. Kata Maham, "kau seharusnya tidak duduk di sini karena patah hati, Ratu Ruqaiya. Bangunlah, jangan menyerah. kamu tak boleh melepaskan kekuasaanmu di harem." Ruq menyahut, "bukan karena itu saya menyerah. saya kesal karena rencanaku mengenaiku sendiri." Maham berkata kalau Ruq sudah membuat rencana yang bagus, "tapi mudah di ketahui orang." Ruq bertanya pada Maham, apa yang salah dengan rencananya?" Maham mengatakan, "kesalahanmu adalah, karena kamu melibatkan Jalal dalam rencanamu." Ruq melirik Maham dan bertanya, "kenapa itu menjadi sangat penting?" Maham menjawab, "karena tanpa keterlibatan Jalal, keadaanya bisa berbeda. Jika keadaannya bisa di tangani harem saja, semua ratu dan pelayan akan menganggap kalau ratu Jodha telah melanggar hukum mughal. Mereka akan membencinya. Dan kamu akan memenangkan pemilihan tanpa melakukan perlawanan. Tapi kamu melibatkan Jalal dalam hal ini. Melihat betapa besarnya kepercayaan yang di berikan jalal pada Jodha, semua menyangka kalau Jodha tidak bersalah. Apakah kamu sadar, Jalal sangat mempercayai ratu Jodha?" Mendengar kata-kata Maham tentang Jodha, Ruq segera bangkit dari tidurnya dan dengan kesal bekata, "jangan membahas masalah ini denganku, Maham anga. Itu membuatku kesal. Jalal mendukung Ratu Jodha di depan semua orang dan menyuruhku diam. Mantra macam apa yang Jodha berikan pada Jalal? memang benar dia telah menyelamatkan Nyawa Jalal. Tapi itu bukan berarti saya memberikan hartaku yang paling berharga padanya. saya takkan berbagi Jalal dengan siapapun. Dia akan selalu menjadi milikku. Ratu Jodha coba merebutnya dariku." Melihat Ruq di liputi kecemburuan dan membenci Jodha, Maham tertawa puas dan senang, "Masyaalah, saya bersyukur. Akhirnya kamu paham dengan hal yang ingin kuberitahukan padamu. Sekarang kamu sudah tahu. Jodha adalah saingan terbesarmu. saya senang kamu sudah mengerti apa yang terjadi. Tapi kamu telah membuat kesalahan. Sehingga Jalal menjaga jaraknya denganmu. Karena perbuatan yang kamu lakukan." Ruq dengan bingung bertanya, "apa yang harus kulakukan?" Buat rencana selanjutnya, setelah kamu mendengarkan saranku. Itu karena saya paham dengan politik dan Jalal lebih baik darimu." Maham tersenyum dan berbalik pergi. Tapi Ruq menahannya dengan bertanya, "tapi kenapa kamu mau membantuku?" Maham membalikan badan dan menatap Ruq dengan heran, dia menolek ke kiri dan ke kanan seperti takut kalau ada yang menguping, lalu dia membungkuk agar sejajar di depan Ruq dan berkata, "karena tidak ada siapapun yang menginginkan ratu Jodha pergi dari kehidupan Jalal, seperti dirimu. saya ingin dia pergi dari kehidupan Jalal selamanya." Setelah mengatakan itu, Maham terlihat jengah sendiri. Dia menatap Ruq yang juga sedang menatapnya dengan tatapan serupa. Maham lalu mengucapkan selamat tinggal dan pergi dari kamar Ruqaiya.
Jodha kembali kekamarnya. Dia berdiri di depan jendela menatap purnama yang mengambang di langit malam. Tiba-tiba muncul moti dan berdiri di depan Jodha dari sisi sebelah luar jendela. Sambil senyum-senyum moti bertanya, 'kau dari mana Jodha?" Jodha tersenyum, sambil membalikan badan membelakangi moti dia menjawab, "aku dari anguri Bagh (taman)." Moti mengulang jawaban Jodha dengan nada mengoda, "anguri bagh.. Kenapa kamu tidak memberitahu aku? saya bisa menemanimu." Jodha menyahut kalau dia melihat Moti sibuk bekerja, "dan lagi saya ingin sendirian di taman." Moti terus mengejar, "Hhmmm..tapi saya belum pernah melihatmu tersenyum seperti ini setelah meluangkan waktu sendiri. Seakan kamu baru kembali dari sebuah perayaan." Jodha menyahut, "tidak seperti yang kamu pikirkan, Moti." Moti tertawa, "lalu kenapa kamu lama sekali?" Jodha tersenyum dan memberitahu Moti, saat dia duduk sendiri di anguri bagh tiba-tiba yang mulia datang dan bicara denganya. Moti mulai pasang wajah nakal siap mengoda Jodha, "oohhh... sekarang saya tau mengapa kamu tersenyum. kamu senang karena bersama yang mulia di bawah sinar rembulan. Pertama pergi naik perahu, lalu berziarah dan sekarang...di taman." Jodha membalikan badan menatap moti dengan pura-pura sengit Moti lagsung berhenti tersenyum tapi masih memasang wajah nakal, "moti, mengapa kamu selalu bicara percintaan?" Moti menjawab, "lalau mengapa kamu selalu menyembunyikan yang sebenarnya? Jika kamu suka bersama yang mulia, mengapa kamu tak mengakuinya?" Jodha terdiam dan berpikir, dia berbalik membelakangi Moti sambil bertanya, "apa maksudmu?"
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Di saat yang sama, Jalal sedang berjalan pelan-pelan dengan tangan di belakang punggung. Dia terlihat berpikir dan bicara sendiri. Katanya, "kurasa Ratu Jodha menyukaiku. Atau ini mungkin tidak benar. saya tidak boleh membuat kesalahan lagi dengan mencari tau apa yang di inginkannya, saya pernah menghukumnya. Jika saya mengulangi kesalahan yang sama, saya ...takkan bisa menanggung rasa malu lagi." Jalal berdiri mematung di teras depan kamarnya sambil terus memikirkan Jodha dan langkah apa yang harus dia ambil. Mirza hakim muncul dari arah belakang Jalal tanpa bersuara. Dia mengamati Jalal yang sedang melamun. Untuk beberapa saat sepertinya dia tak ingin menggangu Jalal, tapi kemudian dia memutuskan untuk menyapa, "salam, kakak. ~Jalal tersentak kaget dan menoleh menatap Mirza~ Ada apa, kak? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Dengan sedikit bingung jalal menjawab, "tidak...tidak ada apa-apa." Mirza tidak bertanya lagi, dia hanya diam menunggu sambil tersenyum. Benar saja, tak lama kemudian Jalal yang dengan ragu-ragu bertanya, 'Mirza, saya ingin bertanya sesuatu padamu. Karena kamu tau arti cinta, kamu pasti bisa menjawab pertanyaanku. Katakan padaku, jika seseorang jatuh cinta, apa yang harus dia lakukan?"
Di kamar Jodha Moti berkata, "kau harus ungkapkan perasaanmu. Menghindari kebenaran tidak akan membantumu. Jodha , kamu bukan saja tak adil pada dirimu tapi juga pada yang mulia. Dia harus tau kalau kamu jatuh cinta padanya." Jodha menyahut, "tidak. bagaimana saya bisa katakan itu pada yang mulia?
Di saat yang sama Mirza bertanya pada Jalal, "kenapa kamu gelisah, baijan (kakak)? kamu tak boleh menyembunyikan perasaanmu dari orang yang kamu cintai." Dengan ragu Jalal bertanya lagi, "bagaimana jika setelah kamu ungkapkan cintamu....maksudku adalah apa yang harus dilakukan seseorang jika dia di tolak?" Mirza menjawab, "kalau begitu, kamu tak boleh buat kesalahan dengan mengungkapkannya lagi. Karena jika kamu di tolak lagi, kamu bisa kehilangan hubungan persahabatan dengan orang itu." Jalal menganguk dan membenarkan ucapan mirza. Mirza berkata, "boleh saya tahu, siapa yang sedang kamu bicarakan?" Jalal menoleh kearah mirza, dan dengan sedikit gugup dia menjawab, "aku tidak membicarakan siapapun, saya hanya ingin tahu. kamu baik-baik saja?" Mirza melipat bibirnya mengoda Jalal, lalu tersenyum dan memberi salam, "ya, baijaan. Sampai jumpa." Mirza meninggalkan Jalal sambil tertawa penuh pengertian. Jalal tidak membalas salam Mirza, tapi ketika mirza sudah pergi di menoleh tapi hanya bisa melihat punggungnya.
Di kamarnya, Jodha sedang memikirkan ucapan Moti, "apakah moti benar kalau saya jatuh cinta pada yang Mulia?"
Di luar, Jalal juga memikirkan kata-kata Mirza, "Mirza benar, saya harus menahan perasaanku. Jika Jodha menolakku lagi, saya takkan sanggup menanggungnya."
Hamida sedang duduk di teras istana di temani Gulbadan dan Jiji anga. Hamida dengan menyesal berkata, "entah mengapa semua menganggap Jodha salah, meski dia telah berbuat baik pada semua orang. Kenapa orang-orang selalu salah paham padanya?" Gulbadan menyela, "maafkan aku, kakak ipar. Kita sudah kenal Ruqaiya sejak kecil. saya tak percaya dia bisa lakukan tindakan seperti itu." Hamida menjawab, "jabatan istri kepala memang seperti itu. Bisa merenggut hati nuranimu dan membuatmu kejam. saya masih ingat saat Hindal menyerahkan Ruqaiya padaku. Dia masih polos, tapi keinginan untuk mempertahankan kedudukan itu telah membuat dia buta. Dia menjadi kesal dengan tanggapan orang lain. saya tak menyangka Ruqaiya menjadi seperti itu. saya senang Jalal tetap tenang dan tidak memarahi Ruqaiya. Jika tidak, itu bisa mempengaruhi hubungan mereka." Jiji anga setuju dengan pendapat hamida, "anda benar. Itulah sebabnya Ruqaiya tidak mengerti, dia tidak melihat aa yang akan terjadi. Mengapa dia tidak paham, jika kamu pernah menyakiti seseorang, orang itu akan selalu menginggatnya." Hamida dengan lembut berkata pada Gulbadan, "ratu Gulbadan, kamu adalah bibinya. kamu sangat dekat dengannya. Kumohon, buat dia mengerti, menjadi ambisius itu tidak salah. Tapi tidak baik jika kita menyalahgunakan kedudukan dan amanat. Ruqaiya adalah ratu Spesial jalal, dia juga adalah istri pertamanya. Dia seharusnya tidak melakukan itu. Ratu Jodha dia bisa saja menyalahkan Ruqaiya di depan semua orang. Tapi dia memilih untuk diam. Jodha berusaha menyelamatkan Ruqaiya dari rasa malu, itu bukti kebaikan Jodha. Seseorang harus memikirkan perasaan orang lain." Gulbadan mengangguk dan berkata, "ya, kakak ipar, saya akan coba beritahu Ruqaiya." Hamida tersenyum senang.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Sharifudin sedang memandangi lukisan Jodha sambil minum dan bicara sendiri, "Ratu Jodha, tabassum telah membuat lukisan dirimu yang cantik. saya merasa seakan kamu berada di depanku." Sharif meneguk habis minuman di gelasnya lalu membuang gelas tersebut. Kemudian dia mendekat untuk melihat lukisan itu dari jarak dekat, "tapi, lukisan ini tidak secantik dirimu yang sebenarnya. saya bisa menikmati kecantikanmu jika kamu berada di dekatku, ~Sharif menyentuh lukisan Jodha dengan penuh perasaan, seolah-olah dia menyentuh Jodha~ dan saat saya menyentuh bibirmu yang lembut.., sayang...waktu untuk kita bersama-sama belum tiba. saya senang memiliki lukisan dirimu, setidaknya saya bisa melihatmu kapanpun saya mau. saya tak sabar untuk berada di dekatmu, sebentar lagi saya takkan membutuhkan lukisanmu. Karena...karena tak lama lagi kamu akan berada di pelukanku." Lalu dengan kedua tanganya dia memegang lukisan Jodha seakan-akan dia adalah Jodha, dan menciuminya. Dari belakangnya muncul Bakshi Bano, Sharif tak menyadarinya, dia terus saja bicara, "tabassum, kamu patut di hargai karena telah membuat lukisan ini. ~Bakhsi mendengar kata-kata Sharif merasa heran dan cemburu~ saya merasa seakan lukisan ini hidup." Dengan tak sabar, Bakshi mendekati Sharif dan bertanya, "apa yang kamu lakukan dengan lukisan ini?" Sharif berbohong pada Bakshi dengan mengatakan kalau dirinya sedang mengagumi lukisan tabassum, "tapi sayangnya, ~Sharif mendekati bakshi dan merangkulkan legannya di pundak bakshi~ ini adalah lukisan Ratu Jodha, jika itu adalah lukisanmu, Subhanallah...!" Tapi sepertinya bakshi sudah mulai curiga dan tidak mempercayai kata-kata Sharif seperti biasa. Itu dapat di lihat dari tatapan matanya dan keterdiamanya. Tapi Sharif sepertinya tidak memperdulikannya, dia bertanya pada Bkashi, "kau darimana?" Bakshi menjawab, "aku sibuk mengerjakan tugasku di Harem." Sambil menjawab, Bakshi masih sempat melihat cara Sharif menatap lukisan Jodha. Sharif berkata, "ya, saya datang untuk mencarimu, kamu harus tau satu hal, politik diantara wanita lebih menarik daripada di pemerintahan. Tabbasum pelukis yang luar biasa. Lukisan ini terlihat hidup. Dia sangat berbakat. Tapi ini milik Ratu Jodha. ~Bakshi terlihat tegang menahan cemburu, tapi sharif tak melihatnya, karena dia membelakangi bakshi~ Kurasa Jalal telah banyak membuat lukisan Ratu Jodha. Tabasum selalu berpikir untuk membuat lukisan Ratu Jodha." Bakshi dengan menahan kesal mendekati sharif yang sedang menatap lukisan Jodha, "benar, kurasa saya harus mengirim lukisan ini pada Ratu Jodha. Jika seseorang melihat lukisan ini ada di kamar kita, pasti akan terlihat aneh. Mereka pasti bertanya-tanya, mengapa lukisan Ratu Jodha bisa ada di kamar kita?" Sharif, sangat pandai menyembunyikan perasaannya, sambil tertawa dia mengatakan kalau Bakshi punya ide yang bagus dan menyuruhnya untuk mengirim lukisan itu pada Ratu Jodha, "dia akan mendapatkan satu lagi koleksi lukisan dirinya." Bakshi menatap Sharif dengan heran, sharif menatap Bakshi, menyentuh kepalanya dan pergi begitu saja meninggalkan Bakshi Banu yang berdiri di depan lukisan Jodha dengan rasa cemburu yang aneh.
Di kamarnya, Salima sedang duduk sambil membaca buku ketika terdengar pengumuman kalau Jalal datang. Salima segera berdiri, memberi salam dan bertanya, "mengapa anda kesini? Anda bisa memanggilku." Jalal tidak menjawab pertanyaan Salima. Tanpa di persilahkan dia duduk di sofa sambil berkata, "aku ingin dengar saran darimu. Maka, saya datang menemuimu." Salima ikut duduk dan bertanya, "saran apa yang anda inginkan? kamu terlihat cemas." Jalal menjawab, "ya saya memang sedang cemas, Ratu salima. kamu harus membantuku." Salima menjadi penasaran dan bertanya, Ada apa, yang mulia?" Jalal mengatakan kalau dia bisa menghadapi ratusan pertempuran, tapi saya tak bisa buat keputusan untuk harem. ~Salima tersenyum tipis~ Ini sangat sulit, saya tak menggira saya akan alami ini dalam hidupku. Jika saya berpihak pada ratu yang lain, yang lainnya akan kesal. saya ingin mengakhirinya, katakan padaku bagaimana untuk menyelesaikan persoalan ini." Salima menatap Jalal dengan tatapan serius, "aku punya saran, tapi anda mungkin takkan menyukainya." Jalal memyahut cepat, "itu tidak mungkin. Apa yang harus saya lakukan? saya sudah siap!" Salima berkata, "baiklah. kamu harus turun dari tahtamu." Jalal terbelalak tak percaya dan dengan sedikit bingung dia berkata, "itu tidak mungkin!" Salima berkata, "sudah kubilang, anda mungkin takkan menyukai saranku. Jika anda terus menjadi raja, anda akan terus menghadapi masalah." Jalal bertanya, "apa tidak ada cara lain?" Salima menyahut, "ya, ada. Anda sudah lakukan itu. Pilihan kedua adalah anda harus memilih salah satu Ratu untuk menjadi ratu Kepala." Jalal berguman, "berarti saya tidak punya jalan keluar." Salima tersenyum, "ya memang tidak punya. Seorang raja mempunyai masalah yang harus di hadapinya." Jalal tertawa dan Salima tersenyum.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Jodha dan Ruq sama-sama mengunjungi Hamida. Sebenarnya Ruq tiba terlebih dahulu di depan kamar hamida, tapi dia sengaja menunggu Jodha dengan tatapan tak suka. Begitu tiba di depan pintu kamar Hamida, Jodha langsung berkata pada pelayan, "beritahu ibu, kalau saya ingin bertemu." Pada pelayan Ruq juga berkata, "beritahu malika azzam, kalau Ratu Ruqaiya ingin bertemu denganya." Pelayan segera masuk kedalam dan memberitahu hamida kalau ratu Ruqaiya dan ratu Jodha ingin bertemu. Hamida menyuruh pelayan agar meminta mereka berdua untuk masuk. Pelayan kemudian menyampaikan pesan pada ruq dan Jodha kalau Hamida menyuruh mereka bedua masuk. Ruq yang masuk terlebih dahulu, sedangkan Jodha mengikutinya dibelakang. Tapi keduanya tiba bersamaan di depan Ratu hamida.
Hamida menyambut Jodha dan Ruq dengan tawa bahagia. Ruq dan Jodha memberi salam. Hamida menyabut salam mereka dengan mendoakan, "semoga kalian penuh berkah. saya senang, kalian datang bersama-sama untuk menemuiku." Ruq dan Jodha saling tatap dan saling senyum. Hamida mencium kepala Ruq terlebih dahulu baru mencium Jodha. Setelah itu dia bertanya pada kedua menantunya, "apa yang membawamu kemari? Ada yang bisa ku bantu?" Ruq menjawab, "ibu, saya ingin ibu mendoakan saya agar terpilih menjadi Ratu Kepala di harem." Hamida tersenyum mendengar permintaan Ruq, lalu bertanya pada Jodha, "dan kamu Jodha, kamu ingin saya berdoa agar kamu menang?" Jodha dengan diplomatis menjawab, "ibu adalah sesepuh di keluarga ini dan orang paling di hormati di harem. saya ingin agar ibu berdoa agar harem selalu damai. Dan berdoa agar semua yang ada di Harem memilih calon yang tepat." Hamida menyahuti kata-kata Jodha, "itu niat yang mulia, apakah kamu tak mau meminta sesuatu untuk dirimu?" Jodha tertawa renyah dan mengatakan, "ibu saya adalah baggian dari harem, saya akan merasa damai jika ada kedamaian di Harem." Ruq melirik Jodha, dengan tatapan tidak tertarik. Hamida tersenyum senang dan mengamini keinginan Jodha, "amin, semoga tuhan mengabulkan doamu." Mendengar itu Ruq protes, "ibu, berarti ibu takkan mendoakan aku?" Hamida tertawa mendengar protes Ruq, "mana mungkin saya tidak mendoakanmu, Ruqaiya. kamu adalah menantuku dan istri Jalal. saya selalu ingin agar harem selalu makmur. Jika kamu menang, saya inggin agar kamu melaksanakan tugasmu di harem dengan penuh tanggung jawab." Ruq sangat senang mendengarnya, "terima kasih, ibu. saya permisi dulu, sampai jumpa." Hamida menyahut, "sampai Jumpa." Jodha pun minta diri, tapi Hamida masih ingin mengatakan sesuatu, "Jodha, orang yang mengingikan hal yang lain menjadi orang yang paling bahagia. Semoga kamu selalu bahagia." Jodha tersenyum dan berpamitan. Hamida mengucapkan sampai jumpa pada menantu kesayangannya dan menatap kepergiannya dengan tersenyum.
Jodha keluar dari kamar Hamida dengan bergegas sehingga dia tidak melihat kalau Ruq menunggunya di luar kamar Hamdia. Untuk menghentikan Jodha, dengan terpaksa Ruq berteriak memanggilnya. Jodha segera menoleh. Ruq berkata, saya senang kamu datang menemui ibu. Karena doa dari ibu adalah satu-satunya alasan kamu bisa menang." Jodha menyahut dengan sedikit sengit, "ya, kamu benar. Doa dari orang tua memang membawa keberhasilan. Konspirasi tidak membawa kemenangan." Ruq dengan seikit kaget bertanya, "apakah kamu ingin mengatakan kalu saya yang meletakkan patung Krishna di ruang pelayan hindu?" Jodha menyahut, "aku tidak mengatakan itu. ~Jodha menatap Ruq dengan Tajam, Ruq jadi salah tingkah~ Tapi dari amarahmu membuktikan bahwa bukan orang lain tapi kaulah yang mencoba menjebakku. saya sedih kamu menjadi serendah ini, Ratu Ruqaiya. Hanya demi menjaga kedudukanmu di harem." Ruq dengan percaya diri mengatakan kalau itu adalah siasat politik, "kau takkan mengerti, ratu Jodha!" Jodha mengeleng, "aku tak ingin mengerti hal yang merusak akal sehatku. saya senang dengan diriku apa adanya." Ruq berteriak geram, "kau sudah berlebihan!" Jodha menegur, "jangan berteriak, Ratu Ruqaiya. kamu adalah ratu Kepala. kamu tidak boleh besikap kasar. Ini hari yang penting, banyak yang harus kusiapkan. saya permisi dulu." Setelah berpamitan, Jodha segera meninggalkan Ruqaiya. Ruq tersenyum dan berkata, 'hanya ada satu hal yang harus kulakukan. saya harus menghancurkan kepercayaan dirimu. Dan saya akan lakukan itu dengan memenangkan pemilihan."
Hari yang di tentukan untuk mengelar pemilihan Ratu kepala sudah tiba. Para ratu bergegas menuju ke aula sidang harem dengan bersemangat. Setelah semua Ratu berkumpul dan Jalal sudah datang, acarapun di mulai. Sebagai pembuka, Jalal berkata, "aku selalu memilih Ratu Kepala untuk harem ini, tapi sekarang kita akan melakukan pemilihan. Untuk memilih Ratu kepala di harem sesuai dengan keinginan kalian. Ada dua calon dalam pemilihan ini, Ratu Ruqaiya dan ratu Jodha. Ini akan menjadi pemilihan yang terbuka. saya ingin kalian memilih calon dengan menyebut nama di depan semua orang. Siapapun yang mendapatkan suara terbanyak akan di tetapkan sebagai Ratu kepala di harem." Semua mengangguk mengerti dan menerima peraturan yang di tetapkan Jalal.... SELANJUTNYA EPISODE 189
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Di saat yang sama, Jalal sedang berjalan pelan-pelan dengan tangan di belakang punggung. Dia terlihat berpikir dan bicara sendiri. Katanya, "kurasa Ratu Jodha menyukaiku. Atau ini mungkin tidak benar. saya tidak boleh membuat kesalahan lagi dengan mencari tau apa yang di inginkannya, saya pernah menghukumnya. Jika saya mengulangi kesalahan yang sama, saya ...takkan bisa menanggung rasa malu lagi." Jalal berdiri mematung di teras depan kamarnya sambil terus memikirkan Jodha dan langkah apa yang harus dia ambil. Mirza hakim muncul dari arah belakang Jalal tanpa bersuara. Dia mengamati Jalal yang sedang melamun. Untuk beberapa saat sepertinya dia tak ingin menggangu Jalal, tapi kemudian dia memutuskan untuk menyapa, "salam, kakak. ~Jalal tersentak kaget dan menoleh menatap Mirza~ Ada apa, kak? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Dengan sedikit bingung jalal menjawab, "tidak...tidak ada apa-apa." Mirza tidak bertanya lagi, dia hanya diam menunggu sambil tersenyum. Benar saja, tak lama kemudian Jalal yang dengan ragu-ragu bertanya, 'Mirza, saya ingin bertanya sesuatu padamu. Karena kamu tau arti cinta, kamu pasti bisa menjawab pertanyaanku. Katakan padaku, jika seseorang jatuh cinta, apa yang harus dia lakukan?"
Di kamar Jodha Moti berkata, "kau harus ungkapkan perasaanmu. Menghindari kebenaran tidak akan membantumu. Jodha , kamu bukan saja tak adil pada dirimu tapi juga pada yang mulia. Dia harus tau kalau kamu jatuh cinta padanya." Jodha menyahut, "tidak. bagaimana saya bisa katakan itu pada yang mulia?
Di saat yang sama Mirza bertanya pada Jalal, "kenapa kamu gelisah, baijan (kakak)? kamu tak boleh menyembunyikan perasaanmu dari orang yang kamu cintai." Dengan ragu Jalal bertanya lagi, "bagaimana jika setelah kamu ungkapkan cintamu....maksudku adalah apa yang harus dilakukan seseorang jika dia di tolak?" Mirza menjawab, "kalau begitu, kamu tak boleh buat kesalahan dengan mengungkapkannya lagi. Karena jika kamu di tolak lagi, kamu bisa kehilangan hubungan persahabatan dengan orang itu." Jalal menganguk dan membenarkan ucapan mirza. Mirza berkata, "boleh saya tahu, siapa yang sedang kamu bicarakan?" Jalal menoleh kearah mirza, dan dengan sedikit gugup dia menjawab, "aku tidak membicarakan siapapun, saya hanya ingin tahu. kamu baik-baik saja?" Mirza melipat bibirnya mengoda Jalal, lalu tersenyum dan memberi salam, "ya, baijaan. Sampai jumpa." Mirza meninggalkan Jalal sambil tertawa penuh pengertian. Jalal tidak membalas salam Mirza, tapi ketika mirza sudah pergi di menoleh tapi hanya bisa melihat punggungnya.
Di kamarnya, Jodha sedang memikirkan ucapan Moti, "apakah moti benar kalau saya jatuh cinta pada yang Mulia?"
Di luar, Jalal juga memikirkan kata-kata Mirza, "Mirza benar, saya harus menahan perasaanku. Jika Jodha menolakku lagi, saya takkan sanggup menanggungnya."
Hamida sedang duduk di teras istana di temani Gulbadan dan Jiji anga. Hamida dengan menyesal berkata, "entah mengapa semua menganggap Jodha salah, meski dia telah berbuat baik pada semua orang. Kenapa orang-orang selalu salah paham padanya?" Gulbadan menyela, "maafkan aku, kakak ipar. Kita sudah kenal Ruqaiya sejak kecil. saya tak percaya dia bisa lakukan tindakan seperti itu." Hamida menjawab, "jabatan istri kepala memang seperti itu. Bisa merenggut hati nuranimu dan membuatmu kejam. saya masih ingat saat Hindal menyerahkan Ruqaiya padaku. Dia masih polos, tapi keinginan untuk mempertahankan kedudukan itu telah membuat dia buta. Dia menjadi kesal dengan tanggapan orang lain. saya tak menyangka Ruqaiya menjadi seperti itu. saya senang Jalal tetap tenang dan tidak memarahi Ruqaiya. Jika tidak, itu bisa mempengaruhi hubungan mereka." Jiji anga setuju dengan pendapat hamida, "anda benar. Itulah sebabnya Ruqaiya tidak mengerti, dia tidak melihat aa yang akan terjadi. Mengapa dia tidak paham, jika kamu pernah menyakiti seseorang, orang itu akan selalu menginggatnya." Hamida dengan lembut berkata pada Gulbadan, "ratu Gulbadan, kamu adalah bibinya. kamu sangat dekat dengannya. Kumohon, buat dia mengerti, menjadi ambisius itu tidak salah. Tapi tidak baik jika kita menyalahgunakan kedudukan dan amanat. Ruqaiya adalah ratu Spesial jalal, dia juga adalah istri pertamanya. Dia seharusnya tidak melakukan itu. Ratu Jodha dia bisa saja menyalahkan Ruqaiya di depan semua orang. Tapi dia memilih untuk diam. Jodha berusaha menyelamatkan Ruqaiya dari rasa malu, itu bukti kebaikan Jodha. Seseorang harus memikirkan perasaan orang lain." Gulbadan mengangguk dan berkata, "ya, kakak ipar, saya akan coba beritahu Ruqaiya." Hamida tersenyum senang.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Sharifudin sedang memandangi lukisan Jodha sambil minum dan bicara sendiri, "Ratu Jodha, tabassum telah membuat lukisan dirimu yang cantik. saya merasa seakan kamu berada di depanku." Sharif meneguk habis minuman di gelasnya lalu membuang gelas tersebut. Kemudian dia mendekat untuk melihat lukisan itu dari jarak dekat, "tapi, lukisan ini tidak secantik dirimu yang sebenarnya. saya bisa menikmati kecantikanmu jika kamu berada di dekatku, ~Sharif menyentuh lukisan Jodha dengan penuh perasaan, seolah-olah dia menyentuh Jodha~ dan saat saya menyentuh bibirmu yang lembut.., sayang...waktu untuk kita bersama-sama belum tiba. saya senang memiliki lukisan dirimu, setidaknya saya bisa melihatmu kapanpun saya mau. saya tak sabar untuk berada di dekatmu, sebentar lagi saya takkan membutuhkan lukisanmu. Karena...karena tak lama lagi kamu akan berada di pelukanku." Lalu dengan kedua tanganya dia memegang lukisan Jodha seakan-akan dia adalah Jodha, dan menciuminya. Dari belakangnya muncul Bakshi Bano, Sharif tak menyadarinya, dia terus saja bicara, "tabassum, kamu patut di hargai karena telah membuat lukisan ini. ~Bakhsi mendengar kata-kata Sharif merasa heran dan cemburu~ saya merasa seakan lukisan ini hidup." Dengan tak sabar, Bakshi mendekati Sharif dan bertanya, "apa yang kamu lakukan dengan lukisan ini?" Sharif berbohong pada Bakshi dengan mengatakan kalau dirinya sedang mengagumi lukisan tabassum, "tapi sayangnya, ~Sharif mendekati bakshi dan merangkulkan legannya di pundak bakshi~ ini adalah lukisan Ratu Jodha, jika itu adalah lukisanmu, Subhanallah...!" Tapi sepertinya bakshi sudah mulai curiga dan tidak mempercayai kata-kata Sharif seperti biasa. Itu dapat di lihat dari tatapan matanya dan keterdiamanya. Tapi Sharif sepertinya tidak memperdulikannya, dia bertanya pada Bkashi, "kau darimana?" Bakshi menjawab, "aku sibuk mengerjakan tugasku di Harem." Sambil menjawab, Bakshi masih sempat melihat cara Sharif menatap lukisan Jodha. Sharif berkata, "ya, saya datang untuk mencarimu, kamu harus tau satu hal, politik diantara wanita lebih menarik daripada di pemerintahan. Tabbasum pelukis yang luar biasa. Lukisan ini terlihat hidup. Dia sangat berbakat. Tapi ini milik Ratu Jodha. ~Bakshi terlihat tegang menahan cemburu, tapi sharif tak melihatnya, karena dia membelakangi bakshi~ Kurasa Jalal telah banyak membuat lukisan Ratu Jodha. Tabasum selalu berpikir untuk membuat lukisan Ratu Jodha." Bakshi dengan menahan kesal mendekati sharif yang sedang menatap lukisan Jodha, "benar, kurasa saya harus mengirim lukisan ini pada Ratu Jodha. Jika seseorang melihat lukisan ini ada di kamar kita, pasti akan terlihat aneh. Mereka pasti bertanya-tanya, mengapa lukisan Ratu Jodha bisa ada di kamar kita?" Sharif, sangat pandai menyembunyikan perasaannya, sambil tertawa dia mengatakan kalau Bakshi punya ide yang bagus dan menyuruhnya untuk mengirim lukisan itu pada Ratu Jodha, "dia akan mendapatkan satu lagi koleksi lukisan dirinya." Bakshi menatap Sharif dengan heran, sharif menatap Bakshi, menyentuh kepalanya dan pergi begitu saja meninggalkan Bakshi Banu yang berdiri di depan lukisan Jodha dengan rasa cemburu yang aneh.
Di kamarnya, Salima sedang duduk sambil membaca buku ketika terdengar pengumuman kalau Jalal datang. Salima segera berdiri, memberi salam dan bertanya, "mengapa anda kesini? Anda bisa memanggilku." Jalal tidak menjawab pertanyaan Salima. Tanpa di persilahkan dia duduk di sofa sambil berkata, "aku ingin dengar saran darimu. Maka, saya datang menemuimu." Salima ikut duduk dan bertanya, "saran apa yang anda inginkan? kamu terlihat cemas." Jalal menjawab, "ya saya memang sedang cemas, Ratu salima. kamu harus membantuku." Salima menjadi penasaran dan bertanya, Ada apa, yang mulia?" Jalal mengatakan kalau dia bisa menghadapi ratusan pertempuran, tapi saya tak bisa buat keputusan untuk harem. ~Salima tersenyum tipis~ Ini sangat sulit, saya tak menggira saya akan alami ini dalam hidupku. Jika saya berpihak pada ratu yang lain, yang lainnya akan kesal. saya ingin mengakhirinya, katakan padaku bagaimana untuk menyelesaikan persoalan ini." Salima menatap Jalal dengan tatapan serius, "aku punya saran, tapi anda mungkin takkan menyukainya." Jalal memyahut cepat, "itu tidak mungkin. Apa yang harus saya lakukan? saya sudah siap!" Salima berkata, "baiklah. kamu harus turun dari tahtamu." Jalal terbelalak tak percaya dan dengan sedikit bingung dia berkata, "itu tidak mungkin!" Salima berkata, "sudah kubilang, anda mungkin takkan menyukai saranku. Jika anda terus menjadi raja, anda akan terus menghadapi masalah." Jalal bertanya, "apa tidak ada cara lain?" Salima menyahut, "ya, ada. Anda sudah lakukan itu. Pilihan kedua adalah anda harus memilih salah satu Ratu untuk menjadi ratu Kepala." Jalal berguman, "berarti saya tidak punya jalan keluar." Salima tersenyum, "ya memang tidak punya. Seorang raja mempunyai masalah yang harus di hadapinya." Jalal tertawa dan Salima tersenyum.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Jodha dan Ruq sama-sama mengunjungi Hamida. Sebenarnya Ruq tiba terlebih dahulu di depan kamar hamida, tapi dia sengaja menunggu Jodha dengan tatapan tak suka. Begitu tiba di depan pintu kamar Hamida, Jodha langsung berkata pada pelayan, "beritahu ibu, kalau saya ingin bertemu." Pada pelayan Ruq juga berkata, "beritahu malika azzam, kalau Ratu Ruqaiya ingin bertemu denganya." Pelayan segera masuk kedalam dan memberitahu hamida kalau ratu Ruqaiya dan ratu Jodha ingin bertemu. Hamida menyuruh pelayan agar meminta mereka berdua untuk masuk. Pelayan kemudian menyampaikan pesan pada ruq dan Jodha kalau Hamida menyuruh mereka bedua masuk. Ruq yang masuk terlebih dahulu, sedangkan Jodha mengikutinya dibelakang. Tapi keduanya tiba bersamaan di depan Ratu hamida.
Hamida menyambut Jodha dan Ruq dengan tawa bahagia. Ruq dan Jodha memberi salam. Hamida menyabut salam mereka dengan mendoakan, "semoga kalian penuh berkah. saya senang, kalian datang bersama-sama untuk menemuiku." Ruq dan Jodha saling tatap dan saling senyum. Hamida mencium kepala Ruq terlebih dahulu baru mencium Jodha. Setelah itu dia bertanya pada kedua menantunya, "apa yang membawamu kemari? Ada yang bisa ku bantu?" Ruq menjawab, "ibu, saya ingin ibu mendoakan saya agar terpilih menjadi Ratu Kepala di harem." Hamida tersenyum mendengar permintaan Ruq, lalu bertanya pada Jodha, "dan kamu Jodha, kamu ingin saya berdoa agar kamu menang?" Jodha dengan diplomatis menjawab, "ibu adalah sesepuh di keluarga ini dan orang paling di hormati di harem. saya ingin agar ibu berdoa agar harem selalu damai. Dan berdoa agar semua yang ada di Harem memilih calon yang tepat." Hamida menyahuti kata-kata Jodha, "itu niat yang mulia, apakah kamu tak mau meminta sesuatu untuk dirimu?" Jodha tertawa renyah dan mengatakan, "ibu saya adalah baggian dari harem, saya akan merasa damai jika ada kedamaian di Harem." Ruq melirik Jodha, dengan tatapan tidak tertarik. Hamida tersenyum senang dan mengamini keinginan Jodha, "amin, semoga tuhan mengabulkan doamu." Mendengar itu Ruq protes, "ibu, berarti ibu takkan mendoakan aku?" Hamida tertawa mendengar protes Ruq, "mana mungkin saya tidak mendoakanmu, Ruqaiya. kamu adalah menantuku dan istri Jalal. saya selalu ingin agar harem selalu makmur. Jika kamu menang, saya inggin agar kamu melaksanakan tugasmu di harem dengan penuh tanggung jawab." Ruq sangat senang mendengarnya, "terima kasih, ibu. saya permisi dulu, sampai jumpa." Hamida menyahut, "sampai Jumpa." Jodha pun minta diri, tapi Hamida masih ingin mengatakan sesuatu, "Jodha, orang yang mengingikan hal yang lain menjadi orang yang paling bahagia. Semoga kamu selalu bahagia." Jodha tersenyum dan berpamitan. Hamida mengucapkan sampai jumpa pada menantu kesayangannya dan menatap kepergiannya dengan tersenyum.
Jodha keluar dari kamar Hamida dengan bergegas sehingga dia tidak melihat kalau Ruq menunggunya di luar kamar Hamdia. Untuk menghentikan Jodha, dengan terpaksa Ruq berteriak memanggilnya. Jodha segera menoleh. Ruq berkata, saya senang kamu datang menemui ibu. Karena doa dari ibu adalah satu-satunya alasan kamu bisa menang." Jodha menyahut dengan sedikit sengit, "ya, kamu benar. Doa dari orang tua memang membawa keberhasilan. Konspirasi tidak membawa kemenangan." Ruq dengan seikit kaget bertanya, "apakah kamu ingin mengatakan kalu saya yang meletakkan patung Krishna di ruang pelayan hindu?" Jodha menyahut, "aku tidak mengatakan itu. ~Jodha menatap Ruq dengan Tajam, Ruq jadi salah tingkah~ Tapi dari amarahmu membuktikan bahwa bukan orang lain tapi kaulah yang mencoba menjebakku. saya sedih kamu menjadi serendah ini, Ratu Ruqaiya. Hanya demi menjaga kedudukanmu di harem." Ruq dengan percaya diri mengatakan kalau itu adalah siasat politik, "kau takkan mengerti, ratu Jodha!" Jodha mengeleng, "aku tak ingin mengerti hal yang merusak akal sehatku. saya senang dengan diriku apa adanya." Ruq berteriak geram, "kau sudah berlebihan!" Jodha menegur, "jangan berteriak, Ratu Ruqaiya. kamu adalah ratu Kepala. kamu tidak boleh besikap kasar. Ini hari yang penting, banyak yang harus kusiapkan. saya permisi dulu." Setelah berpamitan, Jodha segera meninggalkan Ruqaiya. Ruq tersenyum dan berkata, 'hanya ada satu hal yang harus kulakukan. saya harus menghancurkan kepercayaan dirimu. Dan saya akan lakukan itu dengan memenangkan pemilihan."
Hari yang di tentukan untuk mengelar pemilihan Ratu kepala sudah tiba. Para ratu bergegas menuju ke aula sidang harem dengan bersemangat. Setelah semua Ratu berkumpul dan Jalal sudah datang, acarapun di mulai. Sebagai pembuka, Jalal berkata, "aku selalu memilih Ratu Kepala untuk harem ini, tapi sekarang kita akan melakukan pemilihan. Untuk memilih Ratu kepala di harem sesuai dengan keinginan kalian. Ada dua calon dalam pemilihan ini, Ratu Ruqaiya dan ratu Jodha. Ini akan menjadi pemilihan yang terbuka. saya ingin kalian memilih calon dengan menyebut nama di depan semua orang. Siapapun yang mendapatkan suara terbanyak akan di tetapkan sebagai Ratu kepala di harem." Semua mengangguk mengerti dan menerima peraturan yang di tetapkan Jalal.... SELANJUTNYA EPISODE 189