Cerita Perang Bharatayuda Hari ke 17. Hari ini adalah harinya di mana saya bertarung melawan Arjuna. Hari ini antara saya yg membunuh Arjuna atau saya yg terbunuh. saya bisa saja membunuhnya dengan mudah kemarin. saya telah memmotong busur panahnya. Dia berada dalam jangkauanku. Waktu itu dia tak punya waktu untuk mengikat busurnya dan melawan senjataku. Sial! Itu tak terjadi. Ketika saya menarii busurku lagi, matahari terbenam. Mungkin ayahku sendiri tak mau saya membunuh Arjuna. Setidaknya, belum mau.
Sesuai peraturan yg ditetapkan Kakek, perang harus berakhir pada matahari terbenam. Memang benar bahwa aturan yg ditetapkan oleh orang besar biasanya untuk dilanggar. Tetapi saya tak mau melanggarnya; setidaknya selama saya menjadi panglima. Tetapi tetap saja orang-orang berkata saya melanggar banyak peraturan saat membunuh Abhimanyu. Tetapi waktu itu saya langsung diperintah oleh Guru Drona. Bagaimana bisa saya mempertanyakan keputusannya? Selain Abhimanyu memang harus dibunuh, saat itu antara membunuhnya atau dibunuh olehnya. Bagaimanapun, saya akan selalu menyesali peristiwa itu sebagai noda dalam diriku.
Sesuai peraturan yg ditetapkan Kakek, perang harus berakhir pada matahari terbenam. Memang benar bahwa aturan yg ditetapkan oleh orang besar biasanya untuk dilanggar. Tetapi saya tak mau melanggarnya; setidaknya selama saya menjadi panglima. Tetapi tetap saja orang-orang berkata saya melanggar banyak peraturan saat membunuh Abhimanyu. Tetapi waktu itu saya langsung diperintah oleh Guru Drona. Bagaimana bisa saya mempertanyakan keputusannya? Selain Abhimanyu memang harus dibunuh, saat itu antara membunuhnya atau dibunuh olehnya. Bagaimanapun, saya akan selalu menyesali peristiwa itu sebagai noda dalam diriku.
Satu lagi beberapa tahun lalu, saya menghina seorang wanita. Bukan sembarang wanita melainkan Yang Mulia Panchali. tak ada wanita yg boleh dihina. Wanita adalah ibu dari seorang anak. Bahkan wanita rendahan pun harus dihormati. Tetapi saya bukan hanya menghina wanita melainkan saya menghina Ratu Indraprastha, saudari iparku sendiri. saya mengatai wanita hebat sepertinya dengan sebutan pelacur. Ini perbuatan tercela dan tak dapat dimaafkan. saya tak tau apa yg merasukiku hari itu. Apa saya akan dapat kesempatan untuk menebusnya? saya sangat berharap bisa menebusnya.
Tetapi kembali lagi pada tujuan hidup & ambisiku – pertarungan terakhir dengan Arjuna ----- saya telah berjanji pada ibu kandungku bahwa saya akan melepaskan putra-putranya, kecuali Arjuna. Kemarin Sadewa dan Nakula ada dalam genggamanku. saya bisa saja membunuhnya Tetapi tak ku lakukan. Hari ini pun saya mengalami pertarungan yg dahsyat. Pertama dengan Bima, kemudian dengan Yudhistira. Bima menantangku saat saya terlibat pertarungan yg masifdengan Dristadyumna, Srikandi, 5 putranya Panchali & sejumlah besar pasukan kerajaan Panchala. saya menghabisi sebagian besar pasukan. Melihat ini, Bima menantangku duel 1 lawan 1. Tetapi saya bisa memukulnya mundur. saya melucuti senjatanya & keretanya. Bukannya membunuhnya, saya menyuruh Bima pergi dan bertarung dengan yg setara dengannya. Setelah itu,Yudhistira, simbol kejujuran & dharma, datang melawanku. Tentu saja dia bukan lawanku. Dia bertarung dengan baik Tetapi akhirnya bernasib sama dengan Bima. Dia sangat mahir dan tak tergoyahkan. Tetapi di saat terakhir, saya menepuk bahu Yudhistira dengan pelan dan mengatakan dengan segala hormat, kau tak setara denganku jadi kirimlah adikmu padaku.Ku harap ibuku mengetahui kemurahan hatiku. Biarlah dunia mencatat bahwa putranya Radha adalah orang yg baik & pemurah.
Bagiku tak ada yg lebih penting daripada kata-kataku. Bukankah ini yg membuatku tetap bertarung di sisi adharma? Tetapi saya telah lama telah bertekad pada diriku sendiri bahwa dharma ku hanya untuk melayani kepentingan rajaku dan kepentingan sahabatku, Duryudana. Ah! saya melihat Arjuna di cakrawala. Akhirnya saya dapat membuat perhitungan.
"Sungguh pemandangan yg menakjubkan!" kataku pada Raja Madra yg hari ini mengendarai keretaku.
Kereta yg indah yg ditarik 4 ekor kuda putih. Di sana ada Arjuna yg membawa Gandiva, senjata dewata miliknya. Tentu tak ada yg bisa menyamainya Arjuna. Keretanya langsung dikendarai oleh Dewa. Bukankah saya terberkati karena melihat pemandangan ini? Arjuna dilindungi oleh energi besar yaitu Keshav yg sebenarnya Narayan (Dewa Wisnu) sendiri yg tak tersaingi & tentunya oleh Vasudeva yg berjiwa besar yg mana memiliki seluruh kekuatan Dewa Wisnu yaitu kerang, chakra Sudarsana & gada. Arjuna & Krishna adalah pendekar yg memiliki skill yg bagus untuk menggunakan senjata-senjata hebat.
Oh Raja Madra Shalya, segera akan terjadi pertarungan yg hebat & tak tertandingi. Antara mereka berdua yg akan menggulingkanku atau saya yg akan menggulingkan mereka. Raja Madra bertanya apa saya takut. Sungguh konyol! Sudah tentu saya tidak. Bukankah ini yg ku nantikan seumur hidupku? Tetapi bukan berarti saya malu memuji musuhku, jika memang diperlukan. Itu adalah tribut bagi lawan memanahku. Biarlah dunia mencatat Karna memiliki hati yg bersih.
Raja Madra terus-menerus menciutkanku. Tetapi saya sudah berjanji saya akan diam & biarkan saja dia bicara sesukanya. Memang menjengkelkan. Dia tetap berpihak pada ponakannya, bukannya padaku. Ya, satu lagi ketidakberuntungan untukku. saya telah menerima banyak kemalangan jadi apa bedanya yg satu ini? Dibuang setelah lahir, kehilangan status sebagai kasta ksatria, diolok-olok sebagai kasta rendah seumur hidup, ditolak menjadi murid oleh guru yg tak adil, dikutuk oleh guruku, dikutuk lagi oleh brahmana yg sapinya tak sengaja ku bunuh, dihancurkan mentalnya dengan pengungkapan identitas, dan akhirnya didatangi oleh ibu kandungku sebagai upaya terakhirnya untuk menyelamatkan putra-putranya. Haruskah saya kasihani dirku sendiri? Tentu tidak. Menyesal? Hanya tentang 2 hal yg ku sebut di awal (dibuang setelah lahir & kehilangan status sebagai kasta ksatria).
Aku selalu tau Pandawa baik. saya menyesalkan mereka membuat Bhishma Yang Agung 'tumbang' & membunuh Guru Drona Tetapi mereka memang memerangi pihak yg salah. Pihak yg salah? Pastinya. Bagaimana bisa kami pihak yg benar ketika Dewa bersama mereka? Arjuna datang mendekat. saya ragu tentang satu hal. Jika saya membunuhnya, tak dragukan lagi pihak kami akan menang. Tetapi apa saya memang ditakdirkan sebagai pihak yg menang? Bukankah ini yg selalu ku dengar – di mana ada dharma, di sana ada Krishna dan di mana ada Krishna pasti ada kemenangan. Jadi artinya saya tak ditakdirkan untuk mati? Apapun yg terjadi hari ini seluruh dunia akan menyaksikan perang yg terdahsyat dan tak pernah ada yg lebih dahsyat lagi. Sangat disayangkan saya terpaksa menggunakan Vaijayant Shakti melawanGatotkaca. Kalau tidak, sekarang itu akan sangat berguna. Tetapi apa daya? Raksasa memang sangat kuat di malam hari. Waktu itu dia membunuh ribuan tentara. Para prajurit berlari & berkata sambil menangis, “Oh Danveer (=dermawan pemberani) Karna, berikan kami kehidupan. Selamatkanlah kami dari raksasa. Gunakanlah Shakti milik Anda!”
(to be continued)
Sumber: buku Mrityunjay
Tetapi kembali lagi pada tujuan hidup & ambisiku – pertarungan terakhir dengan Arjuna ----- saya telah berjanji pada ibu kandungku bahwa saya akan melepaskan putra-putranya, kecuali Arjuna. Kemarin Sadewa dan Nakula ada dalam genggamanku. saya bisa saja membunuhnya Tetapi tak ku lakukan. Hari ini pun saya mengalami pertarungan yg dahsyat. Pertama dengan Bima, kemudian dengan Yudhistira. Bima menantangku saat saya terlibat pertarungan yg masifdengan Dristadyumna, Srikandi, 5 putranya Panchali & sejumlah besar pasukan kerajaan Panchala. saya menghabisi sebagian besar pasukan. Melihat ini, Bima menantangku duel 1 lawan 1. Tetapi saya bisa memukulnya mundur. saya melucuti senjatanya & keretanya. Bukannya membunuhnya, saya menyuruh Bima pergi dan bertarung dengan yg setara dengannya. Setelah itu,Yudhistira, simbol kejujuran & dharma, datang melawanku. Tentu saja dia bukan lawanku. Dia bertarung dengan baik Tetapi akhirnya bernasib sama dengan Bima. Dia sangat mahir dan tak tergoyahkan. Tetapi di saat terakhir, saya menepuk bahu Yudhistira dengan pelan dan mengatakan dengan segala hormat, kau tak setara denganku jadi kirimlah adikmu padaku.Ku harap ibuku mengetahui kemurahan hatiku. Biarlah dunia mencatat bahwa putranya Radha adalah orang yg baik & pemurah.
Bagiku tak ada yg lebih penting daripada kata-kataku. Bukankah ini yg membuatku tetap bertarung di sisi adharma? Tetapi saya telah lama telah bertekad pada diriku sendiri bahwa dharma ku hanya untuk melayani kepentingan rajaku dan kepentingan sahabatku, Duryudana. Ah! saya melihat Arjuna di cakrawala. Akhirnya saya dapat membuat perhitungan.
"Sungguh pemandangan yg menakjubkan!" kataku pada Raja Madra yg hari ini mengendarai keretaku.
Kereta yg indah yg ditarik 4 ekor kuda putih. Di sana ada Arjuna yg membawa Gandiva, senjata dewata miliknya. Tentu tak ada yg bisa menyamainya Arjuna. Keretanya langsung dikendarai oleh Dewa. Bukankah saya terberkati karena melihat pemandangan ini? Arjuna dilindungi oleh energi besar yaitu Keshav yg sebenarnya Narayan (Dewa Wisnu) sendiri yg tak tersaingi & tentunya oleh Vasudeva yg berjiwa besar yg mana memiliki seluruh kekuatan Dewa Wisnu yaitu kerang, chakra Sudarsana & gada. Arjuna & Krishna adalah pendekar yg memiliki skill yg bagus untuk menggunakan senjata-senjata hebat.
Oh Raja Madra Shalya, segera akan terjadi pertarungan yg hebat & tak tertandingi. Antara mereka berdua yg akan menggulingkanku atau saya yg akan menggulingkan mereka. Raja Madra bertanya apa saya takut. Sungguh konyol! Sudah tentu saya tidak. Bukankah ini yg ku nantikan seumur hidupku? Tetapi bukan berarti saya malu memuji musuhku, jika memang diperlukan. Itu adalah tribut bagi lawan memanahku. Biarlah dunia mencatat Karna memiliki hati yg bersih.
Raja Madra terus-menerus menciutkanku. Tetapi saya sudah berjanji saya akan diam & biarkan saja dia bicara sesukanya. Memang menjengkelkan. Dia tetap berpihak pada ponakannya, bukannya padaku. Ya, satu lagi ketidakberuntungan untukku. saya telah menerima banyak kemalangan jadi apa bedanya yg satu ini? Dibuang setelah lahir, kehilangan status sebagai kasta ksatria, diolok-olok sebagai kasta rendah seumur hidup, ditolak menjadi murid oleh guru yg tak adil, dikutuk oleh guruku, dikutuk lagi oleh brahmana yg sapinya tak sengaja ku bunuh, dihancurkan mentalnya dengan pengungkapan identitas, dan akhirnya didatangi oleh ibu kandungku sebagai upaya terakhirnya untuk menyelamatkan putra-putranya. Haruskah saya kasihani dirku sendiri? Tentu tidak. Menyesal? Hanya tentang 2 hal yg ku sebut di awal (dibuang setelah lahir & kehilangan status sebagai kasta ksatria).
Aku selalu tau Pandawa baik. saya menyesalkan mereka membuat Bhishma Yang Agung 'tumbang' & membunuh Guru Drona Tetapi mereka memang memerangi pihak yg salah. Pihak yg salah? Pastinya. Bagaimana bisa kami pihak yg benar ketika Dewa bersama mereka? Arjuna datang mendekat. saya ragu tentang satu hal. Jika saya membunuhnya, tak dragukan lagi pihak kami akan menang. Tetapi apa saya memang ditakdirkan sebagai pihak yg menang? Bukankah ini yg selalu ku dengar – di mana ada dharma, di sana ada Krishna dan di mana ada Krishna pasti ada kemenangan. Jadi artinya saya tak ditakdirkan untuk mati? Apapun yg terjadi hari ini seluruh dunia akan menyaksikan perang yg terdahsyat dan tak pernah ada yg lebih dahsyat lagi. Sangat disayangkan saya terpaksa menggunakan Vaijayant Shakti melawanGatotkaca. Kalau tidak, sekarang itu akan sangat berguna. Tetapi apa daya? Raksasa memang sangat kuat di malam hari. Waktu itu dia membunuh ribuan tentara. Para prajurit berlari & berkata sambil menangis, “Oh Danveer (=dermawan pemberani) Karna, berikan kami kehidupan. Selamatkanlah kami dari raksasa. Gunakanlah Shakti milik Anda!”
(to be continued)
Sumber: buku Mrityunjay