Terendap Laraku Jalal dan Jodha. Jodha duduk di depan patung Kanha. Dia menyanyikan Bhajan, tapi di tengah-tengah dia berhenti. Jodha lupa liriknya. Sepanjang eksistensinya, belum pernah dia seperti ini. Jodha menangis. Kegalauan dan dilema telah menggerogoti hatinya dan menyita pikirannya. Jodha berkata pada Kanha, "Kanhaapa yang terjadi padaku? saya tahu Yang Mulia gak bermaksud menyakitiku. Kenapa saya gak bisa memaafkannya dan melupakan semua sandiwaranya begitu saja? Kenapa saya terluka Kanha? Kenapa saya gak bisa menerimanya? Setiap kali saya melihat dia, hatiku terasa sakit sekali. Seperti ada sembilu yang menusuk-nusuk hatiku. Seperti ada tangan kasar yang mencengkeram dadaku, mebuatku sulit bernafas. Bantu saya kanha bantu saya membuang rasa sakit ini. saya gak ingin menyakiti yang Mulia, tapi saya gak tahu harus bagaimana" Johda menangis tersedu-sedu dengan kepala menyentuh kaki kanha.
Moti mendegar keluhan Jodha. Dengan sedih moti menghampiri Jodha dan menyentuh pundaknya sambil berkata, "tenangkan hatimu, Jodha.. waktu akan menyembuhkannya." Jodha menatap moti, "tapi sampai kapan Moti? saya gak ingin seperti ini " Jodha menyandarkan kepalanya di pundak Moti, "Mungkin saya harus pergi dari sini, Moti" Moti bertanya, "kemana Jodha? Yang mulia gak akan mengizinkan. " Jodha dengan sedih berkata kalau hanya itu cara satu-satunya. Mungkin jauh dari yang mulia akan mengembalikan perasaannya. Moti gak setuju. Bagaimanapun, lari dari masalah gak akan menyelesaikan masalah, tapi malah akan menciptakan masalah baru.
Terdengar pengumuman kalau Hamida datang. Jodha cepat-cepat menghapus air matanya dan berdiri menyambut hamida. Jodha memberi salam, hamida memberkatinya. Hamida berkata kalau sudah lama jalal gak pergi ziarah ke Ajmer Sharif. Yang terakhir dia pergi kesana adalah saat mereka baru menikah dulu. Hamida ingin Jodha dan Jalal pergi berziarah kesana. Untuk berdoa dan mencari berkah. Jodha terasa lemas mendengarnya. Dia ingin menjauhi jalal, malah kini harus menemaninya. Jodha gak tahu harus berkata apa. Lagi pula hamida bukan meminta persetujuannya tapi menyuruhnya. Melihat Jodha hanya terdiam, Hamida mendekati Jodha, menyentuh pipi menantu kesayangannya dan berkata, "kenapa nak? apakah kau baik-baik saja?" Johda mengangguk, "ya, ibu. saya hanya sedikit lelah saja." Hamida mencium kening Jodha dan menyuruhnya istirahat. Hamida lalu beranjak pergi.
Jodha segera menghampiri Moti, memegang tangannya dan berkata, "bagaimana ini Moti? Ibu ingin saya menemani Yang mulia berziarah. saya gak bisa menolaknya" Moti diam berpikir. gak lama kemudian dia berkata, "kau bisa minta tolong Ratu Ruqaiya. Dia pasti sangat senang kalo di minta menemani yang mulia." Jodha tersenyum sumringah mendengar saran Moti. Tanpa membuang waktu lagi, Jodha segera bergegas menemui Ruqaiya di kamarnya.
Jodha mendatangi kamar Ruqaiya, tanpa pengumuman dia segera masuk. Tapi di pintu Jodha menghentikan langkahnya. Dia melihat Jalal dan Ruqaiya sedang berpelukan mesra. Jodha berdiri terpaku. Jalal melihat kedatangan Jodha, dengan salah tingkah dia melepas pelukan Ruqaiya. Ruqaiya merasa senang Jodha memergoki kemesraan mereka. Jodha terlihat pucat, tapi dengan suara tenang, dia meminta maaf dan berkata akan berkunjung lain kali. Jalal hendak mengejar Jodha, tapi Ruq menarik tangannya.
Jodha melangkah tergesa-gesa. Tiba-tiba dia merasakan sakit menyengat di perutnya. Jodha menghentikan langkahnya, menghirup udara perlahan, lalu menghembuskannya. Beberapa kali dia melakukan itu, hingga di rasakan nyeri di perutnya berkurang. Jodha melanjutkan langkahnya kembali ke kamar. Moti yang melihat Jodha sudah kembali, bertanya dengan heran, "cepat sekali? Apa kata ratu Ruqaiya?" Jodha menatap Moti tanpa bicara apa-apa. Moti melihat wajah Jodha yang pucat menjadi khawatir. Moti bertanya, "kau kenapa Jodha?" Jodha hanya menggelengkan kepala.
Jodha gak tahu harus berkata apa. Dia merasa takut dengan apa yang di rasakannya. Saat dia melihat Jalal dan Ruqaiya, bukan lagi rasa cemburu yang muncul di hatinya. Tapi rasa lega. Lega karena ada orang lain yang memperhatikan jalal dan memenuhi kebutuhannya. Lega karena itu artinya dirinya akan terbebas dari rasa bersalah. Lega karena gak perlu berlari menghindar darinya. Perasaan lega yang membuatnya takut. Karena dalam pikirannya dia mempertanyakan kemana perginya rasa itu? Rasa yang pernah membuatnya terluka dan cemburu buta. Rasa yang pernah membuatnya kecewa dan merana
Terdengar pengumuman kalau Jalal datang. Jodha dengan cepat berkelebat dan sembuyi di balik kelambu. Moti melihatnya dengan heran, Jodha memberi isyarat dengan meletakkan jari di depan bibirnya. Jalal yang melihat moti bertanya Jodha kemana? Moti dengan sedikit gugup menjawab, kalau Jodha pergi keluar. Jalal kemudian berpesan, agar menyuruh Jodha menemuinya setelah dia datang. Dia akan menunggu Jodha di kamarnya. Moti mengangguk. Jalal memandang Moti sekali lagi sebelum melangkah pergi.
Setelah Jalal pergi, Moti segera menghampiri Jodha yang masih berada di tempat persembunyiannya. Moti melihat Jodha berdiri terpaku dengan tatapan kosong. Moti dengan lembut memanggilnya, "Jodha"
Terdengar pengumuman kalau Hamida datang. Jodha cepat-cepat menghapus air matanya dan berdiri menyambut hamida. Jodha memberi salam, hamida memberkatinya. Hamida berkata kalau sudah lama jalal gak pergi ziarah ke Ajmer Sharif. Yang terakhir dia pergi kesana adalah saat mereka baru menikah dulu. Hamida ingin Jodha dan Jalal pergi berziarah kesana. Untuk berdoa dan mencari berkah. Jodha terasa lemas mendengarnya. Dia ingin menjauhi jalal, malah kini harus menemaninya. Jodha gak tahu harus berkata apa. Lagi pula hamida bukan meminta persetujuannya tapi menyuruhnya. Melihat Jodha hanya terdiam, Hamida mendekati Jodha, menyentuh pipi menantu kesayangannya dan berkata, "kenapa nak? apakah kau baik-baik saja?" Johda mengangguk, "ya, ibu. saya hanya sedikit lelah saja." Hamida mencium kening Jodha dan menyuruhnya istirahat. Hamida lalu beranjak pergi.
Jodha segera menghampiri Moti, memegang tangannya dan berkata, "bagaimana ini Moti? Ibu ingin saya menemani Yang mulia berziarah. saya gak bisa menolaknya" Moti diam berpikir. gak lama kemudian dia berkata, "kau bisa minta tolong Ratu Ruqaiya. Dia pasti sangat senang kalo di minta menemani yang mulia." Jodha tersenyum sumringah mendengar saran Moti. Tanpa membuang waktu lagi, Jodha segera bergegas menemui Ruqaiya di kamarnya.
Jodha mendatangi kamar Ruqaiya, tanpa pengumuman dia segera masuk. Tapi di pintu Jodha menghentikan langkahnya. Dia melihat Jalal dan Ruqaiya sedang berpelukan mesra. Jodha berdiri terpaku. Jalal melihat kedatangan Jodha, dengan salah tingkah dia melepas pelukan Ruqaiya. Ruqaiya merasa senang Jodha memergoki kemesraan mereka. Jodha terlihat pucat, tapi dengan suara tenang, dia meminta maaf dan berkata akan berkunjung lain kali. Jalal hendak mengejar Jodha, tapi Ruq menarik tangannya.
Jodha melangkah tergesa-gesa. Tiba-tiba dia merasakan sakit menyengat di perutnya. Jodha menghentikan langkahnya, menghirup udara perlahan, lalu menghembuskannya. Beberapa kali dia melakukan itu, hingga di rasakan nyeri di perutnya berkurang. Jodha melanjutkan langkahnya kembali ke kamar. Moti yang melihat Jodha sudah kembali, bertanya dengan heran, "cepat sekali? Apa kata ratu Ruqaiya?" Jodha menatap Moti tanpa bicara apa-apa. Moti melihat wajah Jodha yang pucat menjadi khawatir. Moti bertanya, "kau kenapa Jodha?" Jodha hanya menggelengkan kepala.
Jodha gak tahu harus berkata apa. Dia merasa takut dengan apa yang di rasakannya. Saat dia melihat Jalal dan Ruqaiya, bukan lagi rasa cemburu yang muncul di hatinya. Tapi rasa lega. Lega karena ada orang lain yang memperhatikan jalal dan memenuhi kebutuhannya. Lega karena itu artinya dirinya akan terbebas dari rasa bersalah. Lega karena gak perlu berlari menghindar darinya. Perasaan lega yang membuatnya takut. Karena dalam pikirannya dia mempertanyakan kemana perginya rasa itu? Rasa yang pernah membuatnya terluka dan cemburu buta. Rasa yang pernah membuatnya kecewa dan merana
Terdengar pengumuman kalau Jalal datang. Jodha dengan cepat berkelebat dan sembuyi di balik kelambu. Moti melihatnya dengan heran, Jodha memberi isyarat dengan meletakkan jari di depan bibirnya. Jalal yang melihat moti bertanya Jodha kemana? Moti dengan sedikit gugup menjawab, kalau Jodha pergi keluar. Jalal kemudian berpesan, agar menyuruh Jodha menemuinya setelah dia datang. Dia akan menunggu Jodha di kamarnya. Moti mengangguk. Jalal memandang Moti sekali lagi sebelum melangkah pergi.
Setelah Jalal pergi, Moti segera menghampiri Jodha yang masih berada di tempat persembunyiannya. Moti melihat Jodha berdiri terpaku dengan tatapan kosong. Moti dengan lembut memanggilnya, "Jodha"