Kesedihan Yang Ada Di Jodha Akbar. Jalal boleh saja minta maaf pada Ruqaiya atau siapa saja yang di sakitinya, tapi gak mudah bagi Jodha untuk memaafkannya. Rasa sakit, kecewa, merana, gak bisa lenyap begitu saja dari hatinya. Setiap kali dia melihat jalal, dia teringat perlakuannya. Meskipun itu hanya sandiwara, tapi luka yang di torehkannya sangat nyata. Untuk mencegah hal-hal yang gak diinginkan, Jodha lebih suka menghindari pertemuan dengan jalal. gak ingin bicara dengannya apalagi berduaan. Jalal frustasi di perlakukan seperti itu oleh Jodha. Hatinya gak terima. Dia gak merasa berbuat salah, apa yang di lakukannya adalah untuk melindungi Jodha. Jika yang lain bisa menerima alasannya dan memaafkan dia, kenapa Jodha gak bisa? Jalal menemui Jodha di kamarnya tanpa pengumuman. Jodha sedang berdiri di jendela menatap rembulan yang bersembunyi di balik awan. Jalal menghampiri Jodha dan memeluk pinggangya dari belakang. Tubuh Jodha menegang seketika. Dadanya berdebar kencang. Jalal mencium leher Jodha dan berbisik, "aku merindukanmu, ratu Jodha." Jodha bingung untuk menentukan sikap, antara keinginan untuk melepaskan diri dari Jalal dan rasa takut membuat jalal marah karena penolakannya. Johda memejamkan mata dalam resah. Sentuhan jalal membuatnya merinding. Dia gak merasakan kesenangan seperti yang dulu-dulu dirasakannya setiap kali Jalal menyentuhnya. Kini yang dia rasakan hanya rasa muak. Jalal membalikan tubuh Jodha menghadap kearahnya. Jodha menundukan wajah gak mau menatap jalal. Kening mereka beradu. jalal hendak mencium Jodha, tapi Jodha menarik wajahnya dengan cepat dan melangkah mundur. Jalal menatapnya dengan tatapan terluka. Dia tahu Jodha marah. Tapi dia gak menyangkah kalau Jodha akan menolaknya. Penolakan Jodha selalu saja membuat dadanya sakit.
"Kenapa ini, Ratu Jodha?" Jalal maju mendekati Jodha. Jodha melangkah mundur. Jalal segera meraih pinggang Jodha dan menghimpit tubuhnya, "kenapa kau menolakku? Apa salahku?"
Jodha mendorong dada jalal dengan kedua tangannya, jalal semakin mempererat pelukannya di pinggang Jodha, "yang mulia, kau menyakitiku" Jalal dengan suara bergetar bertanya, "kenapa kau menghindari aku? Apakah belum cukup permintaan maafku? Aku melakukan itu semua demi melindungi mu dan bayi kita. Agar musuh terkecoh dan gak mengganggu kalian."
Jodha menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Setelah agak tenang dia berkata, "aku tahu, yang mulia. Tapi ku mohon beri aku waktu untuk menenangkan hati dan pikiranku. AKu merasa...."
Jalal menatap Jodha dengan mesra, "apa yang kau rasakan?"
"Saya.Jodha mehirup nafas lagi, menahanya sebentar dan melepaskannya perlahan aku merasa sangat lelah. Bolehkan aku beristirahat?" ucap Jodha. Jalal menatap Jodha dengan tatapan menyelidik. Entah mengapa dia merasa bahwa bukan kalimat itu yang ingin di katakan Jodha. Tapi Jalal gak ingin mempersulitnya. Jalal mencium kening Jodha dan membimbingnya ke tempat tidur. Jalal membaringkan tubuh Jodha di ranjang dan menyelimutinya. Jalal berdiri lama di tepi ranjang. Berharap Jodha akan menarik tanganya dan mengajaknya tidur di sampingnya. Harapan tinggal harapan. Karena begitu kepalanya menyentuh bantal, Jodha segera memejamkan mata. Jalal dengan kecewa pergi meninggalkannya.
Sepeninggal jalal, Jodha membuka matanya. Hatinya terasa sangat galau. Di satu sisi dia gak ingin membuat Jalal kecewa tapi di sisi lain dia merasa gak ingin di dekatinya. DIlema itu menyiksanya. Tapi dia gak tahu harus bagaimana. Hanya satu yang pasti, jika mereka tetap bersama, akan ada lagi hati yang tersakiti
Jodha mendorong dada jalal dengan kedua tangannya, jalal semakin mempererat pelukannya di pinggang Jodha, "yang mulia, kau menyakitiku" Jalal dengan suara bergetar bertanya, "kenapa kau menghindari aku? Apakah belum cukup permintaan maafku? Aku melakukan itu semua demi melindungi mu dan bayi kita. Agar musuh terkecoh dan gak mengganggu kalian."
Jodha menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Setelah agak tenang dia berkata, "aku tahu, yang mulia. Tapi ku mohon beri aku waktu untuk menenangkan hati dan pikiranku. AKu merasa...."
Jalal menatap Jodha dengan mesra, "apa yang kau rasakan?"
"Saya.Jodha mehirup nafas lagi, menahanya sebentar dan melepaskannya perlahan aku merasa sangat lelah. Bolehkan aku beristirahat?" ucap Jodha. Jalal menatap Jodha dengan tatapan menyelidik. Entah mengapa dia merasa bahwa bukan kalimat itu yang ingin di katakan Jodha. Tapi Jalal gak ingin mempersulitnya. Jalal mencium kening Jodha dan membimbingnya ke tempat tidur. Jalal membaringkan tubuh Jodha di ranjang dan menyelimutinya. Jalal berdiri lama di tepi ranjang. Berharap Jodha akan menarik tanganya dan mengajaknya tidur di sampingnya. Harapan tinggal harapan. Karena begitu kepalanya menyentuh bantal, Jodha segera memejamkan mata. Jalal dengan kecewa pergi meninggalkannya.
Sepeninggal jalal, Jodha membuka matanya. Hatinya terasa sangat galau. Di satu sisi dia gak ingin membuat Jalal kecewa tapi di sisi lain dia merasa gak ingin di dekatinya. DIlema itu menyiksanya. Tapi dia gak tahu harus bagaimana. Hanya satu yang pasti, jika mereka tetap bersama, akan ada lagi hati yang tersakiti