Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 225. Jalal berkata kalo segalanya adil dalam cinta dan perang. Jodha menatap jalal dengan geram dan tanpa berkata apa-apa segera beranjak pergi meninggalkannya. Menawati melihat adegan itu dari balkon berkata pada Raja Bharmal, "bukankah saya sudah mengatakan padamu kalo segalanya akan baik-baik saja? Apakah kau waktu singkat?" Raja Bharmal dengan nada prihatin berkata, "tapi Jodha, dia masih kesal." Menawati menjawab, "saya tau. Membutuhkan waktu lama untuk mengobati patah hati. Kaisar mencoba untuk menenangkan Jodha. Berikan dia waktu. saya yakin dia akan sukses. Kadang suami dan istri menjadi lebih dekat setelah bertengkar."
Hamida membuntuti Maham anga. Maham tiba di depan sebuah gua. Dia bertepuk tangan, seorang lelaki keluar menemuinya. Maham menyuruh lelaki itu membuka pintu gerbang. Hamida terkejut melihat tempat yang di kunjungi Maham anga. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang ingin di lakukan maham di tempat itu. Hamida bergegas pergi dari situ sebelum ada yang menyadari keberadaanya.
Di Amer, semua orang sedang mengelilingi meja makan untuk menyantap makan siang. Para pria dan dadisa duduk di depan meja makan, sedangkan para istri dan pelayan berdiri melayani. Bharmal dengan ramah menanyakan kondisi dan perasaan Jalal. Jalal menjawab, "kupikir atmosfer di sini lebih cocok denganku. Obat terasa lebih efektif." Raja memberitahu Jalal kalo dirinya dan seluruh keluarga berdoa pada dewa agar Jalal cepat sembuh. Menawati melirik Jodha yang senyum tersipu. Dadisa menegur Suman bai, "..kalau kau gak menyediakan makanan pada yang Mulia dengan baik, dia gak akan makan sampai kenyang. Satu lagi, tambahkan ghee di dal nya." Jalal melirik Jodha yang melenggos dengan lembut. Raja Bharmal mempersilahkan Jalal makan. Sebelum makan, mereka semua berdoa. Bharmal menyantap hidanganya dengan hati gembira, begitu pula Jalal. Sesekali dia menoleh ka arah Jodha yang selalu memalingkan muka setiap kali tatapan mereka bertemu. Jalal menyuap makanannya. Tapi kemudian dia terdiam lama. Jodha melihat gelagat Jalal, dan tau kalo dia kepedasan. Jodha segera memanggil pelayan, menyuruhnya menuangkan segelas air dan segelas jus di samping piring jalal. Jodha berkata kalo makanan pedas akan memicu cegukannya. Pelayan segera melaksanakan perintah Jodha. Betul saja, melihat Jus di samping piringnya, jalal segera meneguknya. Jodha terlihat puas. Melihat perhatian Jodha, Menawati menggodanya, "kalau kau begitu peduli tentang dia, kenapa kau gak duduk di sampingnya?" Jodha protes, "ibu..." Moti menimpali dengan cepat, "oh iya, bagaimana saya bisa lupa? Kau marah padanya. ~dengan memainkan matanya menawati berkata~ Biarkan dia sendiri."
Merasa lega setelah minum jus, Jalal menatap Jodha. Jodha membuang pandangannya. jalal menatapnya terus. Ketika Jodha menatapnya lagi, Jalal menganggukan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Setelah menyantap makanannya jalal berkata pada bharmal, "terima kasih rajasa. Makanannya enak." Raja Bharmal mengatakan, Jalal ada di sini saat festival ganghaur, dia akan makan hidangan enak setiap hari. Jalal tersenyum. Dadisa ikut nimbrung dengan berkata, "kenapa hanya makanan? Ada lebih banyak dari itu." Jalal tidak mengerti maksud Dadisa. Dadisa menjelaskan, "yang mulia, festival ganghaur sedang berlangsung. Sebagai tradisi, kami punya permainan spesial yaitu semua wanita yang sudah menikah menutupi wajah mereka dan suami harus mengenali istrinya tanpa membuka penutup wajahnya. Kau juga harus bersiap, kalo tidak kau bisa kalah." Jodha terpana gak percaya dengan kata-kata dadisa. Menawati tersenyum. Jalal menatap Jodha dan berkata, "saya bisa mengenali Ratu Jodha bahkan dengan mata tertutup." Jodha melengos lagi. Menawati dan dadisa serta kakisa tertawa. Bharmal kemudian mengajak Jalal pergi beristirahat. Sebelum melangkah pergi, Jalal sekali lagi menatap Jodha dengan tatapan penuh harap. Tapi Jodha memalingkan wajahnya. Dengan kecewa, jalal melangkah pergi.
Setelah para pria pergi, Jodha memanggil ibunya dan memprotes dadisa yang mengundang jalal untuk datang dalam festival itu. Kata Jodha, "ibu. Kenapa nenek mengundang Yang Mulia? saya gak mau berpartisipasi dalam permainan itu sekarang." Menawati menyahut, "ya kau benar. Kanapa harus datang? Jika kau marah dengan suamimu, kau gak perlu ikut serta. Yang mulia mungkin akan kesal, tapi inikan tentang kehormatan Jodha ku..." Mendengar larangan Menawati, Jodha berubah pikiran, "tidak ibu. Dia bukan orang jahat, dia memang membuat kesalahan, tapi itu terjadi karena keadaan. Dia tidak melukaiku dengan sengaja." Mendengar pembelaan Jodha terhadap Jalal, Menawati jadi bingung, "Jodha, saya gak mengerti apa yang kau inginkan. saya mendukungmu. kalo kau marah, kenapa harus datang? lagipula kau tidak akan menang." Jodha tidak terima, "apa? Dia gak sepintar itu. kalo saya memutuskan untuk menyembunyikan diri, dia gak akan mengenali aku." Menawati menyahut, "kau bisa katakan itu pada nenek." Dadisa datang. Menawati menunjuk dadisa dan berkata, "lihat, nenek di sini." Dadisa bertanya, "ada masalah apa Mainawati?" Mainawati hendak mengadukan Jodha, tapi Jodha sudah memotong kalimat menawati dengan cepat, "tidak, bukan apa-apa, dadisa, tidak ada apa-apa." Mainawati pura-pura heran, "hei... bukankah kau baru bilang.... Baiklah. saya ada ide, tinggallah di kamarmu, ok?" Jodha dengan tatapan menantang bekata, "kenapa? Kenapa saya harus menyembunyikan diriku? Ini festivalku. saya akan berpartisipasi dalam permainan, memenangkannya, dan merayakannya juga." lalu dengan kesal dia meninggalkan ruang makan. Mainawati dan Dadisa tertawa senang melihat upaya mereka berhasil. Sebagai ibu, Menawati tau, Jodha semakin di larang akan semakin menantang.
Pelayan menunjukan gaun baru yang akan dia pakai Jodha dalam festival. Menawati memuji gaun itu dan meyuruh pelayan menaruhnya diatas sofa. Pada dadisa menawati berkata, "ibu, kadang saya gak bisa mengerti dengan apa yang Jodha rasakan. Tapi saya yakin satu hal, dia sangat mencintai yang mulia." Dadisa menyahut, "ya. Jodha mungkin keras kepala, tapi dia tau apa yang baik dan apa yang buruk." Menawati dengan wajah sedih berkata, "ketika pertama kali dia pergi dari sini, itu merupakan sebuah pengorbanan, Sekarang saya ingin dia pergi dengan bahagia dan terhormat." Dadisa tersenyum dan mengangguk setuju.
Jodha muncul dengan wajah murung. Dadisa memanggil Jodha. Menawati menoleh melihat Jodha yang berjalan menghampirinya. Menawati berkata, "Johda, lihat ini, saya menyiapkan beberapa gaun untukmu. Kau akan memakainya kan?" Jodha tidak menyahut. Menawati menatap dadisa, dadisa mengangguk, "jodha, sayang. Kenapa diam saja? Katakan sesuatu! Pakailah gaun ini. Kau adalah kebanggan dari Amer dan Rajvanshi. Dan kami yakin, kau akan menjaga kehormatan kita. Semoga dewi amba selalu memberkatimu.'
Atgah sedang mengontrol pekerjaan anak buahnya ketika seorang pengawal datang memberitahunya kalo Antemad Khan ingin bertemu. Antemad adalah orang yang bertanggung jawab memasok kasim untuk para selir. Atgah bertanya-tanya apa yang dia inginkan dan menyuruhnya masuk. Antemad memberi salam pada Atgah, atgah mempersilahkan dia duduk dan menanyakan keperluannya. Anteman memberitahu Atgah tentang insiden pengiriman kasim yang salah satunya adalah Sujamal. Anteman mengatakan kalo Dilawar khan telah di rampok baju dan dokumennya. Dia sudah melaporkan kejadian itu pada maham anga. Maham kemudian menyelidikinya. Tapi maham kemudian malah mengirim Dilawar asli pergi dan membiarkan dilawar palsu bekerja di istana. Anteman mengatakan kalo dia tidak mengatakan hal ini pada orang lain takut kalo sampai berakibat buruk. Atgah mengatakan kalo apa yang di lakukan Anteman sudah tepat. Atgah melarang anteman mengatakan semua itu pada orang lain, tapi saat jalal pulang nanti dia harus melaporkan semua itu padanya. Anteman setuju.
Di Amer, festival sudah di mulai. Para istri menari dengan wajah di tutupi cadar. Jalal menikmati hiburan itu. Setelah beberapa saat, Dadisa berdiri di ikuti semua orang. Dadisa menyuruh Jalal pergi dan menemukan Jodha diantara para penari itu. jalal dengan senang hati berkata, "saya belum pernah berada di festival yang sangat indah seperti ini, dadisa." Dadisa tersenyum dan berkata, "saya sangat senang kau memanggilku nenek." jalal tersenyum, "jika ratu Jodha bisa memanggil ibuku sebagai ibu, kenapa saya tidak bisa memanggilmu sebagai nenek? kalo kau mau, kau bisa memanggilku sebagai Jalal." Dadisa mengatakan kalo itu sangat baik, "tapi kami gak memanggil menantu kami dengan nama." Kemudian dadisa menyuruh Jalal segera pergi untuk mengenali Jodha. Jalal segera berjalan ke tengah arena. Mengamati para penari satu persatu. Dengan mudah dia mengenali Jodha. Tapi dia menunggu sampai tarian selesai baru memegang tanganya. Dadisa dan yang lainnya yang tau kalo penari bercadar coklat itu adalah Jodha tertawa gembira. Para penari yang lain segera mengundurkan diri. Jodha berusaha melepaskan tangannya dari pegangan jalal, tapi usahanya sia-sia. Pegangan jalal sangat erat. Jalal berkata, "berapa lama kau akan menjauh dariku, ratu Jodha? saya akan memenangkan dirimu pada akhirnya." lalu Jalal mengangkat tangan Jodha tinggi-tinggi dan berkata, "dadisa, saya mengenali istriku." Semua tertawa gembira.
Jalal membalikan tubuh Jodha dan membuka kerudungnya. Jodha menatap Jalal dengan kesal. Jalal tersenyum dan berkata, "kau mungkin kesal padaku. Tapi gelangmu adalah kesukaanku. saya dapat mengenalimu karenanya." Jodha memandang Jalal dan teringat saat Jalal memakaikan gelang itu di tangannya. Tanpa berkata apa-apa, Jodha menyentakkan tanganya dari pegangan Jalal dan melangkah pergi. Semua yang melihat tersentak kaget. Jalal tertunduk sedih. Bharmal sekeluarga segera menghampiri Jalal dan meminta maaf, "yang mulia, tolong maafkan Jodha. Dia keras kepala, kadang-kadang dia bertingkah kekanak-kanakan." Jalal dengan sedih berkata, "tak apa Rajasa. Dia istriku. Mungkin dia gak ingin saya memegang tangannya di depan umum. Kupikir saya harus bicara padanya secara pribadi." Jalal segera bergegas mengejar Jodha. Menawati menyesalkan perlakukan Jodha pada Jalal, begitu juga keluarga yang lain. Dadisa terlihat sedih dan Bharmal sedikit marah.
Johda berjalan setengah berlari menuju ke kamarnya. Jalal mengejarnya. Jodha mempercepat jalannya. Jalal berlari dan memegang tangannya. Keduanya berhadapan dan saling menatap. Jalal dengan emosi bertanya, "apa salahku sekarang? Katakan padaku. Apa salahku? saya hanya memegang tanganmu sebagai istriku. Kenapa kau menyentak tanganku dan pergi? Kau menyentakan tanganku di hadapan semua orang. Kau gak suka saya menyentuhmu atau memegang tanganmu, baiklah saya gak akan menyentuhmu. saya bahkan gak akan meggengam tanganmu. Kau gak suka kehadiranku, bukan? gak apa saya akan pergi darimu. saya tau saya melakukan kesalahan. Tapi saya menyesali apa yang kulakukan. Karena itu, saya mencoba untuk menebus kesalahanku. saya gak ingin mengatakan ini, tapi sebagai kaisar saya telah datang kebanyak tempat untuk mencarimu. Meningalkan istanaku, rakyatku, menyusuri hutan dan gurun hanya untuk meminta maafmu. Tapi kau belum siap untuk melepas keangkuhanmu. Jangan lupa ratu Jodha, semua berawal darimu. Kau menyembunyikan rahasia dariku dan membuatku salah paham. saya bertanya padamu beberapa kali tapi kau gak mau mengatakan yang sebenarnya. Apa yang harus saya asumsikan dalam situasi seperti itu?"
Jodha menatap jalal dengan tajam dan berkata, "saya sudah coba untuk menjelaskan. saya bahkan datang menemuimu tapi maham mengatakan kau gak mau menemuiku." jalal menyahut, "hebat! kau sangat marah karena saya gak mau betemu denganmu sekali. Anehnya kau hanya mencoba sekali. Tapi saya telah mencoba untuk minta maaf padamu berkali-kali. saya pergi dari agra ke Amer, Mathura lalu ke Amer hanya untuk meminta maaf padamu. saya meminta semua orang berdoa untu keselamatanmu. saya gak hilang harapan untuk minta maaf padamu bahkan saat saya gak dalam kondisi untuk berjalan. saya sudah janji pada ibu bahwa saya akan membawa putrinya kembali. saya janji pada rahim akan membawa Choti Ami jaanya pulang. Tapi saya kalah, Ratu Jodha. Jadi bagaimana jika kaisar hindustan gak bisa memenuhi janjinya? lalu bagaimana jika seorang anak gak dapat memenuhi harapan ibunya? Tapi saya senang kau sukses dalam tujuanmu. Kau menang. saya menerima kekalahanku. saya membungkuk padamu dan meminta maaf padamu. saya memohon padamu, maukah kau kembali ke Agra bersamaku?" Jalal menyatukan tanganya di dada dan menunduk didepan Jodha. Jodha menatap Jalal dengan tatapan iba, tapi hanya sesaat saja, karena setelah itu wajahnya mengeras kembali, dan dengan tegas dia menolak, "tidak!" Jalal menatap Jodha, Jodha balas menatapnya. Jodha berlata, "saya mengambil sumpah pernikahan denganmu, tapi kau meragukan aku. kau meninggalkan saya sendiri. Tugasmu adalah melindungi kehormatanku tapi kau melecehkan aku. Kau mengusirku dari istana dan sekarang kau datang untuk membawsaya kembali? saya akan kembali padamu hanya saat saya ingin bersamamu." Jalal menunduk menahan perasaanya dan bertanya, 'jadi itu keputusan akhirmu?" jalal mendekati Jodha, "sekarang, biar saya katakan padamu keputusan akhirku. saya akan kembali ke Agra. Kau boleh menolakku demi harga dirimu. Tapi saya gak akan memgabaikan tugasku demi janji yang saya buat untuk ibuku. Kerajaan Mughal dan rakyat membutuhkan aku. saya kembali pada mereka. Selamat tinggal. Jaga dirimu!" jalal membalikan badanya dan meninggalkan Jodha. Jodha menatap kepergian Jalal dengan sedih dan kecewa seperti sesuatu telah di renggut dari hidupnya...
SELANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 226
Di Amer, semua orang sedang mengelilingi meja makan untuk menyantap makan siang. Para pria dan dadisa duduk di depan meja makan, sedangkan para istri dan pelayan berdiri melayani. Bharmal dengan ramah menanyakan kondisi dan perasaan Jalal. Jalal menjawab, "kupikir atmosfer di sini lebih cocok denganku. Obat terasa lebih efektif." Raja memberitahu Jalal kalo dirinya dan seluruh keluarga berdoa pada dewa agar Jalal cepat sembuh. Menawati melirik Jodha yang senyum tersipu. Dadisa menegur Suman bai, "..kalau kau gak menyediakan makanan pada yang Mulia dengan baik, dia gak akan makan sampai kenyang. Satu lagi, tambahkan ghee di dal nya." Jalal melirik Jodha yang melenggos dengan lembut. Raja Bharmal mempersilahkan Jalal makan. Sebelum makan, mereka semua berdoa. Bharmal menyantap hidanganya dengan hati gembira, begitu pula Jalal. Sesekali dia menoleh ka arah Jodha yang selalu memalingkan muka setiap kali tatapan mereka bertemu. Jalal menyuap makanannya. Tapi kemudian dia terdiam lama. Jodha melihat gelagat Jalal, dan tau kalo dia kepedasan. Jodha segera memanggil pelayan, menyuruhnya menuangkan segelas air dan segelas jus di samping piring jalal. Jodha berkata kalo makanan pedas akan memicu cegukannya. Pelayan segera melaksanakan perintah Jodha. Betul saja, melihat Jus di samping piringnya, jalal segera meneguknya. Jodha terlihat puas. Melihat perhatian Jodha, Menawati menggodanya, "kalau kau begitu peduli tentang dia, kenapa kau gak duduk di sampingnya?" Jodha protes, "ibu..." Moti menimpali dengan cepat, "oh iya, bagaimana saya bisa lupa? Kau marah padanya. ~dengan memainkan matanya menawati berkata~ Biarkan dia sendiri."
Merasa lega setelah minum jus, Jalal menatap Jodha. Jodha membuang pandangannya. jalal menatapnya terus. Ketika Jodha menatapnya lagi, Jalal menganggukan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Setelah menyantap makanannya jalal berkata pada bharmal, "terima kasih rajasa. Makanannya enak." Raja Bharmal mengatakan, Jalal ada di sini saat festival ganghaur, dia akan makan hidangan enak setiap hari. Jalal tersenyum. Dadisa ikut nimbrung dengan berkata, "kenapa hanya makanan? Ada lebih banyak dari itu." Jalal tidak mengerti maksud Dadisa. Dadisa menjelaskan, "yang mulia, festival ganghaur sedang berlangsung. Sebagai tradisi, kami punya permainan spesial yaitu semua wanita yang sudah menikah menutupi wajah mereka dan suami harus mengenali istrinya tanpa membuka penutup wajahnya. Kau juga harus bersiap, kalo tidak kau bisa kalah." Jodha terpana gak percaya dengan kata-kata dadisa. Menawati tersenyum. Jalal menatap Jodha dan berkata, "saya bisa mengenali Ratu Jodha bahkan dengan mata tertutup." Jodha melengos lagi. Menawati dan dadisa serta kakisa tertawa. Bharmal kemudian mengajak Jalal pergi beristirahat. Sebelum melangkah pergi, Jalal sekali lagi menatap Jodha dengan tatapan penuh harap. Tapi Jodha memalingkan wajahnya. Dengan kecewa, jalal melangkah pergi.
Setelah para pria pergi, Jodha memanggil ibunya dan memprotes dadisa yang mengundang jalal untuk datang dalam festival itu. Kata Jodha, "ibu. Kenapa nenek mengundang Yang Mulia? saya gak mau berpartisipasi dalam permainan itu sekarang." Menawati menyahut, "ya kau benar. Kanapa harus datang? Jika kau marah dengan suamimu, kau gak perlu ikut serta. Yang mulia mungkin akan kesal, tapi inikan tentang kehormatan Jodha ku..." Mendengar larangan Menawati, Jodha berubah pikiran, "tidak ibu. Dia bukan orang jahat, dia memang membuat kesalahan, tapi itu terjadi karena keadaan. Dia tidak melukaiku dengan sengaja." Mendengar pembelaan Jodha terhadap Jalal, Menawati jadi bingung, "Jodha, saya gak mengerti apa yang kau inginkan. saya mendukungmu. kalo kau marah, kenapa harus datang? lagipula kau tidak akan menang." Jodha tidak terima, "apa? Dia gak sepintar itu. kalo saya memutuskan untuk menyembunyikan diri, dia gak akan mengenali aku." Menawati menyahut, "kau bisa katakan itu pada nenek." Dadisa datang. Menawati menunjuk dadisa dan berkata, "lihat, nenek di sini." Dadisa bertanya, "ada masalah apa Mainawati?" Mainawati hendak mengadukan Jodha, tapi Jodha sudah memotong kalimat menawati dengan cepat, "tidak, bukan apa-apa, dadisa, tidak ada apa-apa." Mainawati pura-pura heran, "hei... bukankah kau baru bilang.... Baiklah. saya ada ide, tinggallah di kamarmu, ok?" Jodha dengan tatapan menantang bekata, "kenapa? Kenapa saya harus menyembunyikan diriku? Ini festivalku. saya akan berpartisipasi dalam permainan, memenangkannya, dan merayakannya juga." lalu dengan kesal dia meninggalkan ruang makan. Mainawati dan Dadisa tertawa senang melihat upaya mereka berhasil. Sebagai ibu, Menawati tau, Jodha semakin di larang akan semakin menantang.
Pelayan menunjukan gaun baru yang akan dia pakai Jodha dalam festival. Menawati memuji gaun itu dan meyuruh pelayan menaruhnya diatas sofa. Pada dadisa menawati berkata, "ibu, kadang saya gak bisa mengerti dengan apa yang Jodha rasakan. Tapi saya yakin satu hal, dia sangat mencintai yang mulia." Dadisa menyahut, "ya. Jodha mungkin keras kepala, tapi dia tau apa yang baik dan apa yang buruk." Menawati dengan wajah sedih berkata, "ketika pertama kali dia pergi dari sini, itu merupakan sebuah pengorbanan, Sekarang saya ingin dia pergi dengan bahagia dan terhormat." Dadisa tersenyum dan mengangguk setuju.
Jodha muncul dengan wajah murung. Dadisa memanggil Jodha. Menawati menoleh melihat Jodha yang berjalan menghampirinya. Menawati berkata, "Johda, lihat ini, saya menyiapkan beberapa gaun untukmu. Kau akan memakainya kan?" Jodha tidak menyahut. Menawati menatap dadisa, dadisa mengangguk, "jodha, sayang. Kenapa diam saja? Katakan sesuatu! Pakailah gaun ini. Kau adalah kebanggan dari Amer dan Rajvanshi. Dan kami yakin, kau akan menjaga kehormatan kita. Semoga dewi amba selalu memberkatimu.'
Atgah sedang mengontrol pekerjaan anak buahnya ketika seorang pengawal datang memberitahunya kalo Antemad Khan ingin bertemu. Antemad adalah orang yang bertanggung jawab memasok kasim untuk para selir. Atgah bertanya-tanya apa yang dia inginkan dan menyuruhnya masuk. Antemad memberi salam pada Atgah, atgah mempersilahkan dia duduk dan menanyakan keperluannya. Anteman memberitahu Atgah tentang insiden pengiriman kasim yang salah satunya adalah Sujamal. Anteman mengatakan kalo Dilawar khan telah di rampok baju dan dokumennya. Dia sudah melaporkan kejadian itu pada maham anga. Maham kemudian menyelidikinya. Tapi maham kemudian malah mengirim Dilawar asli pergi dan membiarkan dilawar palsu bekerja di istana. Anteman mengatakan kalo dia tidak mengatakan hal ini pada orang lain takut kalo sampai berakibat buruk. Atgah mengatakan kalo apa yang di lakukan Anteman sudah tepat. Atgah melarang anteman mengatakan semua itu pada orang lain, tapi saat jalal pulang nanti dia harus melaporkan semua itu padanya. Anteman setuju.
Di Amer, festival sudah di mulai. Para istri menari dengan wajah di tutupi cadar. Jalal menikmati hiburan itu. Setelah beberapa saat, Dadisa berdiri di ikuti semua orang. Dadisa menyuruh Jalal pergi dan menemukan Jodha diantara para penari itu. jalal dengan senang hati berkata, "saya belum pernah berada di festival yang sangat indah seperti ini, dadisa." Dadisa tersenyum dan berkata, "saya sangat senang kau memanggilku nenek." jalal tersenyum, "jika ratu Jodha bisa memanggil ibuku sebagai ibu, kenapa saya tidak bisa memanggilmu sebagai nenek? kalo kau mau, kau bisa memanggilku sebagai Jalal." Dadisa mengatakan kalo itu sangat baik, "tapi kami gak memanggil menantu kami dengan nama." Kemudian dadisa menyuruh Jalal segera pergi untuk mengenali Jodha. Jalal segera berjalan ke tengah arena. Mengamati para penari satu persatu. Dengan mudah dia mengenali Jodha. Tapi dia menunggu sampai tarian selesai baru memegang tanganya. Dadisa dan yang lainnya yang tau kalo penari bercadar coklat itu adalah Jodha tertawa gembira. Para penari yang lain segera mengundurkan diri. Jodha berusaha melepaskan tangannya dari pegangan jalal, tapi usahanya sia-sia. Pegangan jalal sangat erat. Jalal berkata, "berapa lama kau akan menjauh dariku, ratu Jodha? saya akan memenangkan dirimu pada akhirnya." lalu Jalal mengangkat tangan Jodha tinggi-tinggi dan berkata, "dadisa, saya mengenali istriku." Semua tertawa gembira.
Jalal membalikan tubuh Jodha dan membuka kerudungnya. Jodha menatap Jalal dengan kesal. Jalal tersenyum dan berkata, "kau mungkin kesal padaku. Tapi gelangmu adalah kesukaanku. saya dapat mengenalimu karenanya." Jodha memandang Jalal dan teringat saat Jalal memakaikan gelang itu di tangannya. Tanpa berkata apa-apa, Jodha menyentakkan tanganya dari pegangan Jalal dan melangkah pergi. Semua yang melihat tersentak kaget. Jalal tertunduk sedih. Bharmal sekeluarga segera menghampiri Jalal dan meminta maaf, "yang mulia, tolong maafkan Jodha. Dia keras kepala, kadang-kadang dia bertingkah kekanak-kanakan." Jalal dengan sedih berkata, "tak apa Rajasa. Dia istriku. Mungkin dia gak ingin saya memegang tangannya di depan umum. Kupikir saya harus bicara padanya secara pribadi." Jalal segera bergegas mengejar Jodha. Menawati menyesalkan perlakukan Jodha pada Jalal, begitu juga keluarga yang lain. Dadisa terlihat sedih dan Bharmal sedikit marah.
Johda berjalan setengah berlari menuju ke kamarnya. Jalal mengejarnya. Jodha mempercepat jalannya. Jalal berlari dan memegang tangannya. Keduanya berhadapan dan saling menatap. Jalal dengan emosi bertanya, "apa salahku sekarang? Katakan padaku. Apa salahku? saya hanya memegang tanganmu sebagai istriku. Kenapa kau menyentak tanganku dan pergi? Kau menyentakan tanganku di hadapan semua orang. Kau gak suka saya menyentuhmu atau memegang tanganmu, baiklah saya gak akan menyentuhmu. saya bahkan gak akan meggengam tanganmu. Kau gak suka kehadiranku, bukan? gak apa saya akan pergi darimu. saya tau saya melakukan kesalahan. Tapi saya menyesali apa yang kulakukan. Karena itu, saya mencoba untuk menebus kesalahanku. saya gak ingin mengatakan ini, tapi sebagai kaisar saya telah datang kebanyak tempat untuk mencarimu. Meningalkan istanaku, rakyatku, menyusuri hutan dan gurun hanya untuk meminta maafmu. Tapi kau belum siap untuk melepas keangkuhanmu. Jangan lupa ratu Jodha, semua berawal darimu. Kau menyembunyikan rahasia dariku dan membuatku salah paham. saya bertanya padamu beberapa kali tapi kau gak mau mengatakan yang sebenarnya. Apa yang harus saya asumsikan dalam situasi seperti itu?"
Jodha menatap jalal dengan tajam dan berkata, "saya sudah coba untuk menjelaskan. saya bahkan datang menemuimu tapi maham mengatakan kau gak mau menemuiku." jalal menyahut, "hebat! kau sangat marah karena saya gak mau betemu denganmu sekali. Anehnya kau hanya mencoba sekali. Tapi saya telah mencoba untuk minta maaf padamu berkali-kali. saya pergi dari agra ke Amer, Mathura lalu ke Amer hanya untuk meminta maaf padamu. saya meminta semua orang berdoa untu keselamatanmu. saya gak hilang harapan untuk minta maaf padamu bahkan saat saya gak dalam kondisi untuk berjalan. saya sudah janji pada ibu bahwa saya akan membawa putrinya kembali. saya janji pada rahim akan membawa Choti Ami jaanya pulang. Tapi saya kalah, Ratu Jodha. Jadi bagaimana jika kaisar hindustan gak bisa memenuhi janjinya? lalu bagaimana jika seorang anak gak dapat memenuhi harapan ibunya? Tapi saya senang kau sukses dalam tujuanmu. Kau menang. saya menerima kekalahanku. saya membungkuk padamu dan meminta maaf padamu. saya memohon padamu, maukah kau kembali ke Agra bersamaku?" Jalal menyatukan tanganya di dada dan menunduk didepan Jodha. Jodha menatap Jalal dengan tatapan iba, tapi hanya sesaat saja, karena setelah itu wajahnya mengeras kembali, dan dengan tegas dia menolak, "tidak!" Jalal menatap Jodha, Jodha balas menatapnya. Jodha berlata, "saya mengambil sumpah pernikahan denganmu, tapi kau meragukan aku. kau meninggalkan saya sendiri. Tugasmu adalah melindungi kehormatanku tapi kau melecehkan aku. Kau mengusirku dari istana dan sekarang kau datang untuk membawsaya kembali? saya akan kembali padamu hanya saat saya ingin bersamamu." Jalal menunduk menahan perasaanya dan bertanya, 'jadi itu keputusan akhirmu?" jalal mendekati Jodha, "sekarang, biar saya katakan padamu keputusan akhirku. saya akan kembali ke Agra. Kau boleh menolakku demi harga dirimu. Tapi saya gak akan memgabaikan tugasku demi janji yang saya buat untuk ibuku. Kerajaan Mughal dan rakyat membutuhkan aku. saya kembali pada mereka. Selamat tinggal. Jaga dirimu!" jalal membalikan badanya dan meninggalkan Jodha. Jodha menatap kepergian Jalal dengan sedih dan kecewa seperti sesuatu telah di renggut dari hidupnya...
SELANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 226