Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 111. Tabib berusaha menyembunyikan diri dari para prajurit. Merasa dirinya benar-benar dalam bahaya, dan gak tau apakah akan selamat, Tabib berinisiatif untuk menulis surat pada Jalal. Dalam suratnya dia menjelaskan bahwa pelaku konspirasi adalah seorang wanita bercadar yang memakai gelang warna hijau, benang suci dan gelang kaki. Setelah menulis surat, tabib mengubur surat itu di dalam tanah salah satu pot. Prajurit melihat dia dan langsung membunuhnya.
Salima datang menemui Tabib. Dia memanggil-manggil tetapi tak ada sahutan. Salima masuk ke ruang duduk, di sana dia melihat tabib tergeletak tak bernyawa. Salima terkejut dan segera bergegas pergi. Saat itu Jalal sedang memberitahu Atgah tentang konspirasi yang di lakukan seseorang untuk menfitnah Jodha. Atgah mengatakan kalau Jalal tahu, kenapa perayaannya tetap di lanjutkan? Jalal mengatakan karena dia tidak ingin pelakunya tahu kalau dia sudah tahu. Dia ingin menangkap pelakunya secepatnya. Salima datang dan memberitahu Jalal kalau tabib terbunuh. Jalal dan Atgah bergega ske klinik.
Salima datang menemui Tabib. Dia memanggil-manggil tetapi tak ada sahutan. Salima masuk ke ruang duduk, di sana dia melihat tabib tergeletak tak bernyawa. Salima terkejut dan segera bergegas pergi. Saat itu Jalal sedang memberitahu Atgah tentang konspirasi yang di lakukan seseorang untuk menfitnah Jodha. Atgah mengatakan kalau Jalal tahu, kenapa perayaannya tetap di lanjutkan? Jalal mengatakan karena dia tidak ingin pelakunya tahu kalau dia sudah tahu. Dia ingin menangkap pelakunya secepatnya. Salima datang dan memberitahu Jalal kalau tabib terbunuh. Jalal dan Atgah bergega ske klinik.
Jalal duduk sambil menatap mayat Tabib. Ada amarah, geram dan kesal di wajahnya yang mengeras. Jalal mencengkeram pedangnya erat-erat. Atgah berkata dia tak habis mengerti, tabib telah banyak menyelamatkan orang, tetapi kenapa ada yang tega membunuhnya dengan kejam. Jalal berkata, siapapun yang melakukan ini harus dihukum mati, "bawa jasadnya melalui jalan rahasia dan kubur dengan layak. Penuhi semua kebutuhan keluarganya. Saya ingin tahu mengapa dia bisa terbunuh dalam keadaan keamanan yang ketat, Saya ingin ada penjelasan. Saya ingin tahu siapa pelakunya dan maksud di balik pembunuhan ini. "
Ketika prajurit akan mengangkat jasad tabib, jalal melihat di kukunya banyak sekali tanah. Jalal curiga, dan mengamati jasad tabib sesaat sebelum dia kemudian menyuruh prajurit membawanya pergi. Jalal bertanya-tanya dalam hati kenapa di jari tabib ada bekas tanah apa yang telah di lakukannya. Salima bertanya kenapa Jalal melihat Jasad tabib lagi? Jalal menjawab akan memberitahu Salima nanti. Jalal segera beranjak pergi kearah pot-pot bunga. Salima mengikutinya. Di sebuah pot besar, di mana ada ceceran tanah di lantai, Jalal berhenti dan mengorek tanah dalam pot. Dia menemukan selembar kertas yang terlipat. Jalal menyuruh Salima membaca tulisan di kertas itu. Salima membaca surat tabib yang di tujukan pada Jalal. Jalal mendegarkan dengan seksama. Dalam suratnya Tabib mengatakan kalau wanita bercadar itu tinggal di istana dan telah kehabisan persediaan obat sehingga meminta padanya. Tabib menyayangkan dirinya karena tidak dapat melihat wajah wanita bercadar itu tetapi memberitahu jalal kalu dia memakai gelang hijau dan benang suci di tanganya, serta gelang kaki. Salima sangat sedih saat membaca surat tabib dan memberitahu Jalal tentang wanita bercadar yang di lihatnya di dapur. Ciri-cirinya persis seperti yang di katakan tabib. Jalal kini mengerti kenapa tabib di bunuh. Pembunuhnya pasti wanita bercadar itu yang tidak ingin tabib memberitahukan tentang dirinya pada orang lain. Jalal memuji tabib yang telah membuktikan kesetiaan sampai ajal. Kini dia tahu kalau pelakunya tinggal di istana dan ingin memisahkan dirinya dan Jodha. Karena itu dia bisa lepas dari pengawasan penjaga. Jalal berkata, "....dia pasti ingin Saya menganggap ratu Jodha berkhianat dan membunuhnya, atau dia ingin Ratu Jodha pergi dari Agra dengan rasa malu..." Jalal ingin sekali menemukan wanita yang memakai gelang warna hijau tanpa membuatnya curiga, sehingga mereka harus melakukannya secara hati-hati. Atgah segera memperingatkan prajuritnya agar tidak mengatakan apapun tentang hal ini pada orang lain. Atgah bertanya pada Jalal apakah dia ingin melanjutkan perayaan? Jalal menjawab, "tentu saja. Perasaan akan tetap dilangsungkan. Saya ingin agar penjahat ini tidak tahu kalau kita sudah tahu ciri-cirinya. Semua akan hadir, diantara kerumunan orang akan mudah bagi kita untuk mengenali ciri-cirinya. Upacara ini tidak penting karena ratu Jodha tidak hamil. tetapi jika kita ingin menangkap pelakunya, inilah saat yang tepat!"
Di tempat gelap, seseorang menerima laporan dari prajurit kalau perintahnya telah di laksanakan. Mereka telah membunuh tabib itu tetapi tak bisa menyingkirkan mayatnya, karena penjaga bisa melihat mereka. Sosok dalam gelap itu berkata kalau tidak apa, tidak akan ada yang menyadarinya, bahkan Jalal. Mereka hanya harus menunggu sampai perayaan selesai, dan wanita bercadar itu akan menyelesaikan tugasnya.
Maham sedang berdiri di teras istana. Adham menemuinya dan memberitahu kalau Munim Khan sedang mengejar Abul mali dari Kabul. Maham bertanya kenapa Adham telihat senang? Adham berkata karena Jalal telah menunjuk Munim Khan sebagai penasihatnya sehingga sekarang mereka mempunyai orang yang mempunyai jabatan penting. Kalau Maham mempunyai Bahadur Khan sebagai bonekanya, kini dia punya Munim Khan yang juga akan menjadi boneka untuk dirinya. Adham berkata kalau mereka berdua akan menjadi kuat. tetapi Maham punya kecemasan tersendiri, dia takut Jalal akan menunjuk atgah khan sebagai perdana menteri menggantikan dirinya. Adham meminta Maham percaya padanya, karena dia tidak akan membiarkan Atgah khan menjadi perdana menteri. Adham meminta Maham untuk memikirkan atgah nanti saja, sekarang mereka harus memikirkan pewaris jalal. Maham berkata mereka akan mengetahui takdir anak itu setelah dia lahir. Jalal tahu sesuatu dan saat ini sedang bertengkar dengan Jodha tentang hal itu. yang tidak Maham mengerti vlcsnap-2014-11-02-10h03m36s180adalah kenapa Jalal masih ikut serta dalam perayaan ini. Adham berkata itu karena Jalal telah di butakan oleh cintanya pada Jodha sehingga mengabaikan perzinaanya. tetapi Maham yakin, suatu saat pasti terbongkar dan Jodha akan mendapat hukumannya. Dia tidak sabar menunggu saat itu. Tugas mereka saat ini adalah ikut serta dalam perayaan palsu itu. Adham setuju dan mengajak maham segera pergi kesana. Keduanya terlihat gembira.
Hoshiyar memberitahu Resham kalau Ruqaiya tidak akan datang. Hoshiyar sudah hapal dengan tabiatnya, jika dia menganggap suatu perayaan tidak penting, maka dia akan pura-pura jatuh sakit, seperti demam dan lain-lain. Resham bertanya kalau dia hanya berpura-pura kenapa tidak ada yang tahu? Hoshiyar mengatakan itu karena Ruq sangat pandai berakting bahkan Tabib pun tidak bisa mengetahui kondisinya. Tiba-tiba terdengar teriakan Ruq memanggil Hoshiyar. Hoshiyar segera berlari menghampiri Ruq. Ruq menanyakan gaun yang akan di pakainya di perayaan dan meminta Hoshiyar untuk menunjukan padanya. Hoshiyar datang dan menunjukan gaunnya. Ruq marah karena gaun itu tidak sesuai dengan keinginannya. Hoshiyar berkata kalau Ruq katanya tidak mau datang karena sakit. Hosh bahkan ingin memeriksa suhu tubuh Ruq. Ruq membentak dan menyuruhnya mempersiapkan gaun terbaiknya, dia sendiri yang akan memilih gaun mana yang akan di pakainya. Ruq berkata, "aku tak bisa pura-pura sakit meski Saya ingin. Saya adalah istri utama Jalal. Upacara ini untuk merayakan kebahagiaan Jalal. Saya akan lakukan upacara seperti yang biasa kulakukan dengan pakaian terbaik.."
Jodha sedang di persiapkan untuk mengikuti perayaan oleh moti dan pelayannya. Jodha mengenakan cincin kawinnya. Jodha teringat kata-kata Jalal pada Hamida kalau Jalal hanya ingin tahu Jodha berselingkuh atau tidak dan kata-kata Jalal tentang dirinya sebagai Raja yang harus menegakan keadilan. Jodha merasa mual saat ingat itu semua. Melihat itu, Moti menanyakan kesehatan Jodha. Jodha menjawab kalau dirinya sedikit lemas dan tidak ingin ikut upacara itu. Moti menenangkan Jodha agar tidak berpikir terlalu banyak yang penting adalah bahwa dia akan melahirkan seorang pewaris bagi kerajaan mughal. Pelayan datang memberitahu kalau Jalal ingin bertemu dengannya. Mendengar itu, Moti mengajak pelayan lain meninggalkan Jodha.
Jodha berdiri menyambut Jalal tetapi tidak melihat kearahnya. Jodha berdiri menghadap cermin dan berkata dalam hati, "dia kesini untuk menabur garam pada lukaku dan menghinaku lagi." Jalal memandang Jodha dari cermin dan berpikir, "aku senang ternyata kau tidak bersalah. Maafkan Saya tak bisa memberitahumu sekarang. Saya meras tak berdaya karena tak bisa beritahumu yang sebenarnya sekarang."
Jalal maju beberapa langkah mendekati Jodha dan berkata, "mari ratu Johda, biarkan Saya mendampingimu ke perayaan. -Jalal melihat cincin di tangan Jodha- "aku senang kau memakai hiasan cincin ini." Jodha segera membalikan badan menatap Jalal dan dengan ketus tetapi lembut (?) dia berkata, "aku memakai cincin ini bukan untuk membuatmu senang. Saya memakainya karena Saya tidak ingin menyakiti hati ibu. Sejujurnya, hatiku sakit saat memakai cincin pemberianmu. Sebenarnya Saya tak ingin ikut dalam perayaan ini. tetapi Saya terpaksa melakukan ini." Jalal menyahut, "aku juga tak bisa apa-apa. tetapi Saya tak bisa menentangnya. kau adalah istriku. Apakah sudah cukup mengeluhnya? Mari kita pergi." jalal melangkah terlebih dahulu dan menunggu Jodha di luar.
Jodha muncul, keduanya kemudian berjalan berdampingan menuju aula perayaan. Tak ingin melewatkan kesempatan hanya berdua dengan jalal, Jodha berkata, "aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Setelah lahir, Saya akan memberikan bayi ini padamu dan pergi dari sini." Jalal menoleh menatap Jodha dan berkata dalam hati, "bagaimana Saya memberitahumu, kalau itu takkan terjadi, karena kau tidak hamil." Jodha merasa terganggu dengan tatapan Jalal, protes, "jangan menatapku seperti itu. Saya tak ingin menyakiti anak yang tak berdosa. tetapi Saya telah membuat keputusan, setelah melahirkan, Saya akan pergi dari agra. Saya tak peduli jika kau akan membunuhku."
Jalal tak menyahuti kata-kata Jodha. Dia tetap memasang wajah datar, seperti tak terpengaruh. Tiba-tiba jalal berkata, "Salim." Jodha menatap Jalal tak mengerti. Jalal melanjutkan, "aku akan namakan anak ini Salim, di ambil dari nama ulama Sheikh Salim Chisti. Jika anak ini perempuan, Saya akan beri nama Khanam Sultan." Jodha merasa geram mendengar jalal berkata begitu, seolah-olah tak ada sesal dalam kata-katanya setelah menyakiti Jodha.
Di aula perayaan, satu persatu para ratu dan wanita penghuni harem hadir. Ada Hamida yang diiringi Gulbadan bgum dan Jiji anga. Ada Ruq bersama Hoshiyar. Atgah khan yang menyambut mereka semua dan memberi salam. Dalam aula, Hamida duduk di samping Bakshi Bano. Ruq datang menghampirinya dan memberi salam. Hamida memuji Ruq yang telihat cantik sekali. Ruqiya senang mendengarnya. Kemudai Ruq duduk di samping Hamida. Dalm ahati Ruq berkata, "bagaimana Saya memberitahumu, ibu. kadang kita harus menghias diri kita agar orang lain tak tahu kalau kita sedang kesal."
Jalal berjalan terlalu cepat, Jodha dengan langkah lebar mengejarnya dan berkata, "kau kelihatan senang. Tentu saja, impianmu untuk mempunyai pewaris telah terwujud. tetapi Saya yang harus menanggung akibatnya." Mendengar itu, jalal menghentikan langkahnya dan berkata dalam hati, "bagaimana Saya memberitahumu kalau impianku tidak terwujud bahkan hingga saat ini. Saya ingat nama itu saat Ruqaiya hamil, tetapi sekarang juga Saya tidak bisa memberikan nama pada anakku. Tapi, Saya harus berpura-pura merayakan diriku menjadi seorang ayah." Melihat Jalal berhenti cukup jauh darinya, Jodha ikut berhenti dan menunggunya. Baru setelah Jalal tiba di sampingnya, Jodha melanjutkan langkahnya.
Adham dan Sharifudin sedang bercakap-cakap. Adham melihat seorang pelayan yang masih imut-imut datang dan berbicara dengan pelayan lainnya. Adham pengawasi pelayan itu dengan rasa tertarik. Dia lalu memanggil pelayan itu dan mendekatinya. Pelayan itu menoleh kearah adham dan memberi salam. Adham bertanya siapa dia? Pelayan kecil itu mengatakan kalau ibunya pelayan di sini, "silahkan perintahkan aku." Adham menyuruh pelayan itu mengambil jus. Pelayan itu pergi mengambil Jus dan memberikannya pada Adham. Adham mengucapkan terima kasih dan meminumnya. Si pelayan pergi id iringi tatapan penuh nafsu dari Adham.
Sementara itu Salima sedang sibuk mengamati para wanita dan pelayan yang datang ke perayaan untuk mencari pelaku yang ciri-cirinya telah di sebutkan oleh tabib. tetapi wlaupun telah cukup lama mengamati, masih belum terlihat olehnya wanita yang mengenakan gelang berwarna hijau. Beberapa membicarakan jalal dan Jodha. Maham berdiri di belakang para wanita itu. Wanita-wanita itu penasaran, akan mirip siapa anak jalal nanti, mirip Jodha atau mirip Jalal. Maham menyahut dalam hati, "kita akan segera tahu anak itu mirip siapa. Apakah mirip ratu Jodha atau Yang Mulia. Yang mulia tidak tahu siapa pria itu, begitu juga denganku."
Jodha masih belum puas menyindir Jalal. Dia berkata, "kuharap kau tak merasa bersalah karena hal yang kau lakukan." Jalal menyahut, "sama sekali tidak! yang terpenting Saya memiliki bayi ini, Saya tak peduli pendapatmu soal diriku." Jodha benar-benar geram, "kau pasti bukan manusia! Jika terlalu lama tinggal dengan binatang, maka kau akan terpengaruh oleh sifatnya. tetapi kau tak punya perasaan sama sekali. Kau kejam. Kau hanya butuh pewaris, karena itu kau mengingkari janjimu, mengancurkan kehormatan orang lain dan berhubungan tanpa..."
Jalal berkata, "biar kuberitahu sesuatu, -Jalal menghentikan langkahnya, Jodha ikut berhenti dan menatap jalal, keduanya saling berhadapan- Kau tak menentang apa yang terjadi malam itu. Jika kau ingat malam itu... maksudku malam yang dingin itu, kau sangat menyukainya saat Saya mendekapmu. Kau boleh membenciku, tetapi malam itu kau memanggilku.." Jodha dengan tatapan tak terima berkata kalau itu bohong. Jalal tersenyum licik dan bekata, "itu aneh, Ratu Jodha. Kau tak ingat malam itu, tetapi kau juga tak percaya padaku. -Jodha berusaha mengingat-ingat dengan keras- Sejujurnya, kaulah yang merayuku, memelukku dan memintaku untuk bercinta denganmu." Jodha terbelalak marah, "itu bohong! Bohong, bohong dan bohong! Saya tak percaya dengan semua yang kau katakan." Jodha dengan marah campur geram dan kesal bergegas meninggalkan Jalal yang tesenyum senang telah berhasil mengejek Jodha
Ketika prajurit akan mengangkat jasad tabib, jalal melihat di kukunya banyak sekali tanah. Jalal curiga, dan mengamati jasad tabib sesaat sebelum dia kemudian menyuruh prajurit membawanya pergi. Jalal bertanya-tanya dalam hati kenapa di jari tabib ada bekas tanah apa yang telah di lakukannya. Salima bertanya kenapa Jalal melihat Jasad tabib lagi? Jalal menjawab akan memberitahu Salima nanti. Jalal segera beranjak pergi kearah pot-pot bunga. Salima mengikutinya. Di sebuah pot besar, di mana ada ceceran tanah di lantai, Jalal berhenti dan mengorek tanah dalam pot. Dia menemukan selembar kertas yang terlipat. Jalal menyuruh Salima membaca tulisan di kertas itu. Salima membaca surat tabib yang di tujukan pada Jalal. Jalal mendegarkan dengan seksama. Dalam suratnya Tabib mengatakan kalau wanita bercadar itu tinggal di istana dan telah kehabisan persediaan obat sehingga meminta padanya. Tabib menyayangkan dirinya karena tidak dapat melihat wajah wanita bercadar itu tetapi memberitahu jalal kalu dia memakai gelang hijau dan benang suci di tanganya, serta gelang kaki. Salima sangat sedih saat membaca surat tabib dan memberitahu Jalal tentang wanita bercadar yang di lihatnya di dapur. Ciri-cirinya persis seperti yang di katakan tabib. Jalal kini mengerti kenapa tabib di bunuh. Pembunuhnya pasti wanita bercadar itu yang tidak ingin tabib memberitahukan tentang dirinya pada orang lain. Jalal memuji tabib yang telah membuktikan kesetiaan sampai ajal. Kini dia tahu kalau pelakunya tinggal di istana dan ingin memisahkan dirinya dan Jodha. Karena itu dia bisa lepas dari pengawasan penjaga. Jalal berkata, "....dia pasti ingin Saya menganggap ratu Jodha berkhianat dan membunuhnya, atau dia ingin Ratu Jodha pergi dari Agra dengan rasa malu..." Jalal ingin sekali menemukan wanita yang memakai gelang warna hijau tanpa membuatnya curiga, sehingga mereka harus melakukannya secara hati-hati. Atgah segera memperingatkan prajuritnya agar tidak mengatakan apapun tentang hal ini pada orang lain. Atgah bertanya pada Jalal apakah dia ingin melanjutkan perayaan? Jalal menjawab, "tentu saja. Perasaan akan tetap dilangsungkan. Saya ingin agar penjahat ini tidak tahu kalau kita sudah tahu ciri-cirinya. Semua akan hadir, diantara kerumunan orang akan mudah bagi kita untuk mengenali ciri-cirinya. Upacara ini tidak penting karena ratu Jodha tidak hamil. tetapi jika kita ingin menangkap pelakunya, inilah saat yang tepat!"
Di tempat gelap, seseorang menerima laporan dari prajurit kalau perintahnya telah di laksanakan. Mereka telah membunuh tabib itu tetapi tak bisa menyingkirkan mayatnya, karena penjaga bisa melihat mereka. Sosok dalam gelap itu berkata kalau tidak apa, tidak akan ada yang menyadarinya, bahkan Jalal. Mereka hanya harus menunggu sampai perayaan selesai, dan wanita bercadar itu akan menyelesaikan tugasnya.
Maham sedang berdiri di teras istana. Adham menemuinya dan memberitahu kalau Munim Khan sedang mengejar Abul mali dari Kabul. Maham bertanya kenapa Adham telihat senang? Adham berkata karena Jalal telah menunjuk Munim Khan sebagai penasihatnya sehingga sekarang mereka mempunyai orang yang mempunyai jabatan penting. Kalau Maham mempunyai Bahadur Khan sebagai bonekanya, kini dia punya Munim Khan yang juga akan menjadi boneka untuk dirinya. Adham berkata kalau mereka berdua akan menjadi kuat. tetapi Maham punya kecemasan tersendiri, dia takut Jalal akan menunjuk atgah khan sebagai perdana menteri menggantikan dirinya. Adham meminta Maham percaya padanya, karena dia tidak akan membiarkan Atgah khan menjadi perdana menteri. Adham meminta Maham untuk memikirkan atgah nanti saja, sekarang mereka harus memikirkan pewaris jalal. Maham berkata mereka akan mengetahui takdir anak itu setelah dia lahir. Jalal tahu sesuatu dan saat ini sedang bertengkar dengan Jodha tentang hal itu. yang tidak Maham mengerti vlcsnap-2014-11-02-10h03m36s180adalah kenapa Jalal masih ikut serta dalam perayaan ini. Adham berkata itu karena Jalal telah di butakan oleh cintanya pada Jodha sehingga mengabaikan perzinaanya. tetapi Maham yakin, suatu saat pasti terbongkar dan Jodha akan mendapat hukumannya. Dia tidak sabar menunggu saat itu. Tugas mereka saat ini adalah ikut serta dalam perayaan palsu itu. Adham setuju dan mengajak maham segera pergi kesana. Keduanya terlihat gembira.
Hoshiyar memberitahu Resham kalau Ruqaiya tidak akan datang. Hoshiyar sudah hapal dengan tabiatnya, jika dia menganggap suatu perayaan tidak penting, maka dia akan pura-pura jatuh sakit, seperti demam dan lain-lain. Resham bertanya kalau dia hanya berpura-pura kenapa tidak ada yang tahu? Hoshiyar mengatakan itu karena Ruq sangat pandai berakting bahkan Tabib pun tidak bisa mengetahui kondisinya. Tiba-tiba terdengar teriakan Ruq memanggil Hoshiyar. Hoshiyar segera berlari menghampiri Ruq. Ruq menanyakan gaun yang akan di pakainya di perayaan dan meminta Hoshiyar untuk menunjukan padanya. Hoshiyar datang dan menunjukan gaunnya. Ruq marah karena gaun itu tidak sesuai dengan keinginannya. Hoshiyar berkata kalau Ruq katanya tidak mau datang karena sakit. Hosh bahkan ingin memeriksa suhu tubuh Ruq. Ruq membentak dan menyuruhnya mempersiapkan gaun terbaiknya, dia sendiri yang akan memilih gaun mana yang akan di pakainya. Ruq berkata, "aku tak bisa pura-pura sakit meski Saya ingin. Saya adalah istri utama Jalal. Upacara ini untuk merayakan kebahagiaan Jalal. Saya akan lakukan upacara seperti yang biasa kulakukan dengan pakaian terbaik.."
Jodha sedang di persiapkan untuk mengikuti perayaan oleh moti dan pelayannya. Jodha mengenakan cincin kawinnya. Jodha teringat kata-kata Jalal pada Hamida kalau Jalal hanya ingin tahu Jodha berselingkuh atau tidak dan kata-kata Jalal tentang dirinya sebagai Raja yang harus menegakan keadilan. Jodha merasa mual saat ingat itu semua. Melihat itu, Moti menanyakan kesehatan Jodha. Jodha menjawab kalau dirinya sedikit lemas dan tidak ingin ikut upacara itu. Moti menenangkan Jodha agar tidak berpikir terlalu banyak yang penting adalah bahwa dia akan melahirkan seorang pewaris bagi kerajaan mughal. Pelayan datang memberitahu kalau Jalal ingin bertemu dengannya. Mendengar itu, Moti mengajak pelayan lain meninggalkan Jodha.
Jodha berdiri menyambut Jalal tetapi tidak melihat kearahnya. Jodha berdiri menghadap cermin dan berkata dalam hati, "dia kesini untuk menabur garam pada lukaku dan menghinaku lagi." Jalal memandang Jodha dari cermin dan berpikir, "aku senang ternyata kau tidak bersalah. Maafkan Saya tak bisa memberitahumu sekarang. Saya meras tak berdaya karena tak bisa beritahumu yang sebenarnya sekarang."
Jalal maju beberapa langkah mendekati Jodha dan berkata, "mari ratu Johda, biarkan Saya mendampingimu ke perayaan. -Jalal melihat cincin di tangan Jodha- "aku senang kau memakai hiasan cincin ini." Jodha segera membalikan badan menatap Jalal dan dengan ketus tetapi lembut (?) dia berkata, "aku memakai cincin ini bukan untuk membuatmu senang. Saya memakainya karena Saya tidak ingin menyakiti hati ibu. Sejujurnya, hatiku sakit saat memakai cincin pemberianmu. Sebenarnya Saya tak ingin ikut dalam perayaan ini. tetapi Saya terpaksa melakukan ini." Jalal menyahut, "aku juga tak bisa apa-apa. tetapi Saya tak bisa menentangnya. kau adalah istriku. Apakah sudah cukup mengeluhnya? Mari kita pergi." jalal melangkah terlebih dahulu dan menunggu Jodha di luar.
Jodha muncul, keduanya kemudian berjalan berdampingan menuju aula perayaan. Tak ingin melewatkan kesempatan hanya berdua dengan jalal, Jodha berkata, "aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Setelah lahir, Saya akan memberikan bayi ini padamu dan pergi dari sini." Jalal menoleh menatap Jodha dan berkata dalam hati, "bagaimana Saya memberitahumu, kalau itu takkan terjadi, karena kau tidak hamil." Jodha merasa terganggu dengan tatapan Jalal, protes, "jangan menatapku seperti itu. Saya tak ingin menyakiti anak yang tak berdosa. tetapi Saya telah membuat keputusan, setelah melahirkan, Saya akan pergi dari agra. Saya tak peduli jika kau akan membunuhku."
Jalal tak menyahuti kata-kata Jodha. Dia tetap memasang wajah datar, seperti tak terpengaruh. Tiba-tiba jalal berkata, "Salim." Jodha menatap Jalal tak mengerti. Jalal melanjutkan, "aku akan namakan anak ini Salim, di ambil dari nama ulama Sheikh Salim Chisti. Jika anak ini perempuan, Saya akan beri nama Khanam Sultan." Jodha merasa geram mendengar jalal berkata begitu, seolah-olah tak ada sesal dalam kata-katanya setelah menyakiti Jodha.
Di aula perayaan, satu persatu para ratu dan wanita penghuni harem hadir. Ada Hamida yang diiringi Gulbadan bgum dan Jiji anga. Ada Ruq bersama Hoshiyar. Atgah khan yang menyambut mereka semua dan memberi salam. Dalam aula, Hamida duduk di samping Bakshi Bano. Ruq datang menghampirinya dan memberi salam. Hamida memuji Ruq yang telihat cantik sekali. Ruqiya senang mendengarnya. Kemudai Ruq duduk di samping Hamida. Dalm ahati Ruq berkata, "bagaimana Saya memberitahumu, ibu. kadang kita harus menghias diri kita agar orang lain tak tahu kalau kita sedang kesal."
Jalal berjalan terlalu cepat, Jodha dengan langkah lebar mengejarnya dan berkata, "kau kelihatan senang. Tentu saja, impianmu untuk mempunyai pewaris telah terwujud. tetapi Saya yang harus menanggung akibatnya." Mendengar itu, jalal menghentikan langkahnya dan berkata dalam hati, "bagaimana Saya memberitahumu kalau impianku tidak terwujud bahkan hingga saat ini. Saya ingat nama itu saat Ruqaiya hamil, tetapi sekarang juga Saya tidak bisa memberikan nama pada anakku. Tapi, Saya harus berpura-pura merayakan diriku menjadi seorang ayah." Melihat Jalal berhenti cukup jauh darinya, Jodha ikut berhenti dan menunggunya. Baru setelah Jalal tiba di sampingnya, Jodha melanjutkan langkahnya.
Adham dan Sharifudin sedang bercakap-cakap. Adham melihat seorang pelayan yang masih imut-imut datang dan berbicara dengan pelayan lainnya. Adham pengawasi pelayan itu dengan rasa tertarik. Dia lalu memanggil pelayan itu dan mendekatinya. Pelayan itu menoleh kearah adham dan memberi salam. Adham bertanya siapa dia? Pelayan kecil itu mengatakan kalau ibunya pelayan di sini, "silahkan perintahkan aku." Adham menyuruh pelayan itu mengambil jus. Pelayan itu pergi mengambil Jus dan memberikannya pada Adham. Adham mengucapkan terima kasih dan meminumnya. Si pelayan pergi id iringi tatapan penuh nafsu dari Adham.
Sementara itu Salima sedang sibuk mengamati para wanita dan pelayan yang datang ke perayaan untuk mencari pelaku yang ciri-cirinya telah di sebutkan oleh tabib. tetapi wlaupun telah cukup lama mengamati, masih belum terlihat olehnya wanita yang mengenakan gelang berwarna hijau. Beberapa membicarakan jalal dan Jodha. Maham berdiri di belakang para wanita itu. Wanita-wanita itu penasaran, akan mirip siapa anak jalal nanti, mirip Jodha atau mirip Jalal. Maham menyahut dalam hati, "kita akan segera tahu anak itu mirip siapa. Apakah mirip ratu Jodha atau Yang Mulia. Yang mulia tidak tahu siapa pria itu, begitu juga denganku."
Jodha masih belum puas menyindir Jalal. Dia berkata, "kuharap kau tak merasa bersalah karena hal yang kau lakukan." Jalal menyahut, "sama sekali tidak! yang terpenting Saya memiliki bayi ini, Saya tak peduli pendapatmu soal diriku." Jodha benar-benar geram, "kau pasti bukan manusia! Jika terlalu lama tinggal dengan binatang, maka kau akan terpengaruh oleh sifatnya. tetapi kau tak punya perasaan sama sekali. Kau kejam. Kau hanya butuh pewaris, karena itu kau mengingkari janjimu, mengancurkan kehormatan orang lain dan berhubungan tanpa..."
Jalal berkata, "biar kuberitahu sesuatu, -Jalal menghentikan langkahnya, Jodha ikut berhenti dan menatap jalal, keduanya saling berhadapan- Kau tak menentang apa yang terjadi malam itu. Jika kau ingat malam itu... maksudku malam yang dingin itu, kau sangat menyukainya saat Saya mendekapmu. Kau boleh membenciku, tetapi malam itu kau memanggilku.." Jodha dengan tatapan tak terima berkata kalau itu bohong. Jalal tersenyum licik dan bekata, "itu aneh, Ratu Jodha. Kau tak ingat malam itu, tetapi kau juga tak percaya padaku. -Jodha berusaha mengingat-ingat dengan keras- Sejujurnya, kaulah yang merayuku, memelukku dan memintaku untuk bercinta denganmu." Jodha terbelalak marah, "itu bohong! Bohong, bohong dan bohong! Saya tak percaya dengan semua yang kau katakan." Jodha dengan marah campur geram dan kesal bergegas meninggalkan Jalal yang tesenyum senang telah berhasil mengejek Jodha
SELANJUTNYA