Sinopsis Jodha Akbar Mnctv Kamis 21 September - Episode 188. |
Jodha kembali kekamarnya. ia berdiri di depan jendela menatap purnama yang mengambang di langit malam. Tiba-tiba muncul moti dan berdiri di depan Jodha dari sisi sebelah luar jendela. Sambil senyum-senyum moti bertanya, 'kau dari mana Jodha?" Jodha tersenyum, sambil membalikan badan membelakangi moti ia menjawab, "aku dari anguri Bagh (taman)." Moti mengulang jawaban Jodha dengan nada mengoda, "anguri bagh.. Kenapa kau gak memberitahu aku? Aku bisa menemanimu." Jodha menyahut kalau ia melihat Moti sibuk bekerja, "dan lagi aku ingin sendirian di taman." Moti terus mengejar, "Hhmmm..tapi aku belum pernah melihatmu tersenyum seperti ini setelah meluangkan waktu sendiri. Seakan kau baru kembali dari sebuah perayaan." Jodha menyahut, "tidak seperti yang kau pikirkan, Moti." Moti tertawa, "lalu kenapa kau lama sekali?" Jodha tersenyum dan memberitahu Moti, saat ia duduk sendiri di anguri bagh tiba-tiba yang mulia datang dan bicara denganya. Moti mulai pasang wajah nakal siap mengoda Jodha, "oohhh... sekarang aku tahu mengapa kau tersenyum. Kau senang karena bersama yang mulia di bawah sinar rembulan. Pertama pergi naik perahu, lalu berziarah dan sekarang...di taman." Jodha membalikan badan menatap moti dengan pura-pura sengit Moti lagsung berhenti tersenyum namun masih memasang wajah nakal, "moti, mengapa kau selalu bicara percintaan?" Moti menjawab, "lalau mengapa kau selalu menyembunyikan yang sebenarnya? Jika kau suka bersama yang mulia, mengapa kau tak mengakuinya?" Jodha terdiam dan berpikir, ia berbalik membelakangi Moti sambil bertanya, "apa maksudmu?"
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Di saat yang sama, Jalal sedang berjalan pelan-pelan dengan tangan di belakang punggung. ia terlihat berpikir dan bicara sendiri. Katanya, "kurasa Ratu Jodha menyukaiku. Atau ini mungkin gak benar. Aku gak boleh membuat kesalahan lagi dengan mencari tahu apa yang di inginkannya, aku pernah menghukumnya. Jika aku mengulangi kesalahan yang sama, aku ...takkan bisa menanggung rasa malu lagi." Jalal berdiri mematung di teras depan kamarnya sambil terus memikirkan Jodha dan langkah apa yang harus ia ambil. Mirza hakim muncul dari arah belakang Jalal tanpa bersuara. ia mengamati Jalal yang sedang melamun. Untuk beberapa saat sepertinya ia tak ingin menggangu Jalal, namun kemudian ia memutuskan untuk menyapa, "salam, kakak. ~Jalal tersentak kaget dan menoleh menatap Mirza~ Ada apa, kak? Apa yang sedang kau pikirkan?" Dengan sedikit bingung jalal menjawab, "tidak...tidak ada apa-apa." Mirza gak bertanya lagi, ia hanya diam menunggu sambil tersenyum. Benar saja, tak lama kemudian Jalal yang dengan ragu-ragu bertanya, 'Mirza, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Karena kau tahu arti cinta, kau pasti bisa menjawab pertanyaanku. Katakan padaku, jika seseorang jatuh cinta, apa yang harus ia lakukan?"
Di kamar Jodha Moti berkata, "kau harus ungkapkan perasaanmu. Menghindari kebenaran gak akan membantumu. Jodha , kau bukan saja tak adil pada dirimu namun juga pada yang mulia. ia harus tahu kalau kau jatuh cinta padanya." Jodha menyahut, "tidak. bagaimana aku bisa katakan itu pada yang mulia?
Di saat yang sama Mirza bertanya pada Jalal, "kenapa kau gelisah, baijan (kakak)? Kau tak boleh menyembunyikan perasaanmu dari orang yang kau cintai." Dengan ragu Jalal bertanya lagi, "bagaimana jika setelah kau ungkapkan cintamu....maksudku adalah apa yang harus dilakukan seseorang jika ia di tolak?" Mirza menjawab, "kalau begitu, kau tak boleh buat kesalahan dengan mengungkapkannya lagi. Karena jika kau di tolak lagi, kau bisa kehilangan hubungan persahabatan dengan orang itu." Jalal menganguk dan membenarkan ucapan mirza. Mirza berkata, "boleh aku tahu, siapa yang sedang kau bicarakan?" Jalal menoleh kearah mirza, dan dengan sedikit gugup ia menjawab, "aku gak membicarakan siapapun, aku hanya ingin tahu. Kau baik-baik saja?" Mirza melipat bibirnya mengoda Jalal, lalu tersenyum dan memberi salam, "ya, baijaan. Sampai jumpa." Mirza meninggalkan Jalal sambil tertawa penuh pengertian. Jalal gak membalas salam Mirza, namun ketika mirza sudah pergi di menoleh namun hanya bisa melihat punggungnya.
Di kamarnya, Jodha sedang memikirkan ucapan Moti, "apakah moti benar kalau aku jatuh cinta pada yang Mulia?"
Di luar, Jalal juga memikirkan kata-kata Mirza, "Mirza benar, aku harus menahan perasaanku. Jika Jodha menolakku lagi, aku takkan sanggup menanggungnya."
Hamida sedang duduk di teras istana di temani Gulbadan dan Jiji anga. Hamida dengan menyesal berkata, "entah mengapa semua menganggap Jodha salah, meski ia telah berbuat baik pada semua orang. Kenapa orang-orang selalu salah paham padanya?" Gulbadan menyela, "maafkan aku, kakak ipar. Kita sudah kenal Ruqaiya sejak kecil. Aku tak percaya ia bisa lakukan tindakan seperti itu." Hamida menjawab, "jabatan istri kepala memang seperti itu. Bisa merenggut hati nuranimu dan membuatmu kejam. Aku masih ingat saat Hindal menyerahkan Ruqaiya padaku. ia masih polos, namun keinginan untuk mempertahankan kedudukan itu telah membuat ia buta. ia menjadi kesal dengan tanggapan orang lain. Aku tak menyangka Ruqaiya menjadi seperti itu. Aku senang Jalal tetap tenang dan gak memarahi Ruqaiya. Jika tidak, itu bisa mempengaruhi hubungan mereka." Jiji anga setuju dengan pendapat hamida, "anda benar. Itulah sebabnya Ruqaiya gak mengerti, ia gak melihat aa yang akan terjadi. Mengapa ia gak paham, jika kau pernah menyakiti seseorang, orang itu akan selalu menginggatnya." Hamida dengan lembut berkata pada Gulbadan, "ratu Gulbadan, kau adalah bibinya. Kau sangat dekat dengannya. Kumohon, buat ia mengerti, menjadi ambisius itu gak salah. namun gak baik jika kita menyalahgunakan kedudukan dan amanat. Ruqaiya adalah ratu Spesial jalal, ia juga adalah istri pertamanya. ia seharusnya gak melakukan itu. Ratu Jodha ia bisa saja menyalahkan Ruqaiya di depan semua orang. namun ia memilih untuk diam. Jodha berusaha menyelamatkan Ruqaiya dari rasa malu, itu bukti kebaikan Jodha. Seseorang harus memikirkan perasaan orang lain." Gulbadan mengangguk dan berkata, "ya, kakak ipar, aku akan coba beritahu Ruqaiya." Hamida tersenyum senang.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Sharifudin sedang memandangi lukisan Jodha sambil minum dan bicara sendiri, "Ratu Jodha, tabassum telah membuat lukisan dirimu yang cantik. Aku merasa seakan kau berada di depanku." Sharif meneguk habis minuman di gelasnya lalu membuang gelas tersebut. Kemudian ia mendekat untuk melihat lukisan itu dari jarak dekat, "tapi, lukisan ini gak secantik dirimu yang sebenarnya. Aku bisa menikmati kecantikanmu jika kau berada di dekatku, ~Sharif menyentuh lukisan Jodha dengan penuh perasaan, seolah-olah ia menyentuh Jodha~ dan saat aku menyentuh bibirmu yang lembut.., sayang...waktu untuk kita bersama-sama belum tiba. Aku senang memiliki lukisan dirimu, setidaknya aku bisa melihatmu kapanpun aku mau. Aku tak sabar untuk berada di dekatmu, sebentar lagi aku takkan membutuhkan lukisanmu. Karena...karena tak lama lagi kau akan berada di pelukanku." Lalu dengan kedua tanganya ia memegang lukisan Jodha seakan-akan ia adalah Jodha, dan menciuminya. Dari belakangnya muncul Bakshi Bano, Sharif tak menyadarinya, ia terus saja bicara, "tabassum, kau patut di hargai karena telah membuat lukisan ini. ~Bakhsi mendengar kata-kata Sharif merasa heran dan cemburu~ Aku merasa seakan lukisan ini hidup." Dengan tak sabar, Bakshi mendekati Sharif dan bertanya, "apa yang kau lakukan dengan lukisan ini?" Sharif berbohong pada Bakshi dengan berkata kalau dirinya sedang mengagumi lukisan tabassum, "tapi sayangnya, ~Sharif mendekati bakshi dan merangkulkan legannya di pundak bakshi~ ini adalah lukisan Ratu Jodha, jika itu adalah lukisanmu, Subhanallah...!" namun sepertinya bakshi sudah mulai curiga dan gak mempercayai kata-kata Sharif seperti biasa. Itu dapat di lihat dari tatapan matanya dan keterdiamanya. namun Sharif sepertinya gak memperdulikannya, ia bertanya pada Bkashi, "kau darimana?" Bakshi menjawab, "aku sibuk mengerjakan tugasku di Harem." Sambil menjawab, Bakshi masih sempat melihat cara Sharif menatap lukisan Jodha. Sharif berkata, "ya, aku datang untuk mencarimu, kau harus tahu satu hal, politik diantara wanita lebih menarik daripada di pemerintahan. Tabbasum pelukis yang luar biasa. Lukisan ini terlihat hidup. ia sangat berbakat. namun ini milik Ratu Jodha. ~Bakshi terlihat tegang menahan cemburu, namun sharif tak melihatnya, karena ia membelakangi bakshi~ Kurasa Jalal telah banyak membuat lukisan Ratu Jodha. Tabasum selalu berpikir untuk membuat lukisan Ratu Jodha." Bakshi dengan menahan kesal mendekati sharif yang sedang menatap lukisan Jodha, "benar, kurasa aku harus mengirim lukisan ini pada Ratu Jodha. Jika seseorang melihat lukisan ini ada di kamar kita, pasti akan terlihat aneh. Mereka pasti bertanya-tanya, mengapa lukisan Ratu Jodha bisa ada di kamar kita?" Sharif, sangat pandai menyembunyikan perasaannya, sambil tertawa ia berkata kalau Bakshi punya ide yang bagus dan menyuruhnya untuk mengirim lukisan itu pada Ratu Jodha, "dia akan mendapatkan satu lagi koleksi lukisan dirinya." Bakshi menatap Sharif dengan heran, sharif menatap Bakshi, menyentuh kepalanya dan pergi begitu saja meninggalkan Bakshi Banu yang berdiri di depan lukisan Jodha dengan rasa cemburu yang aneh.
Di kamarnya, Salima sedang duduk sambil membaca buku ketika terdengar pengumuman kalau Jalal datang. Salima segera berdiri, memberi salam dan bertanya, "mengapa anda kesini? Anda bisa memanggilku." Jalal gak menjawab pertanyaan Salima. Tanpa di persilahkan ia duduk di sofa sambil berkata, "aku ingin dengar saran darimu. Maka, aku datang menemuimu." Salima ikut duduk dan bertanya, "saran apa yang anda inginkan? kau terlihat cemas." Jalal menjawab, "ya aku memang sedang cemas, Ratu salima. Kau harus membantuku." Salima menjadi penasaran dan bertanya, Ada apa, yang mulia?" Jalal berkata kalau ia bisa menghadapi ratusan pertempuran, namun aku tak bisa buat keputusan untuk harem. ~Salima tersenyum tipis~ Ini sangat sulit, aku tak menggira aku akan alami ini dalam hidupku. Jika aku berpihak pada ratu yang lain, yang lainnya akan kesal. Aku ingin mengakhirinya, katakan padaku bagaimana untuk menyelesaikan persoalan ini." Salima menatap Jalal dengan tatapan serius, "aku punya saran, namun anda mungkin takkan menyukainya." Jalal memyahut cepat, "itu gak mungkin. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah siap!" Salima berkata, "baiklah. Kau harus turun dari tahtamu." Jalal terbelalak tak percaya dan dengan sedikit bingung ia berkata, "itu gak mungkin!" Salima berkata, "sudah kubilang, anda mungkin takkan menyukai saranku. Jika anda terus menjadi raja, anda akan terus menghadapi masalah." Jalal bertanya, "apa gak ada cara lain?" Salima menyahut, "ya, ada. Anda sudah lakukan itu. Pilihan kedua adalah anda harus memilih salah satu Ratu untuk menjadi ratu Kepala." Jalal berguman, "berarti aku gak punya jalan keluar." Salima tersenyum, "ya memang gak punya. Seorang raja mempunyai masalah yang harus di hadapinya." Jalal tertawa dan Salima tersenyum.
Sinopsis Jodha Akbar episode 188. Jodha dan Ruq sama-sama mengunjungi Hamida. Sebenarnya Ruq tiba terlebih dahulu di depan kamar hamida, namun ia sengaja menunggu Jodha dengan tatapan tak suka. Begitu tiba di depan pintu kamar Hamida, Jodha langsung berkata pada pelayan, "beritahu ibu, kalau aku ingin bertemu." Pada pelayan Ruq juga berkata, "beritahu malika azzam, kalau Ratu Ruqaiya ingin bertemu denganya." Pelayan segera masuk kedalam dan memberitahu hamida kalau ratu Ruqaiya dan ratu Jodha ingin bertemu. Hamida menyuruh pelayan agar meminta mereka berdua untuk masuk. Pelayan kemudian menyampaikan pesan pada ruq dan Jodha kalau Hamida menyuruh mereka bedua masuk. Ruq yang masuk terlebih dahulu, sedangkan Jodha mengikutinya dibelakang. namun keduanya tiba bersamaan di depan Ratu hamida.
Hamida menyambut Jodha dan Ruq dengan tawa bahagia. Ruq dan Jodha memberi salam. Hamida menyabut salam mereka dengan mendoakan, "semoga kalian penuh berkah. Aku senang, kalian datang bersama-sama untuk menemuiku." Ruq dan Jodha saling tatap dan saling senyum. Hamida mencium kepala Ruq terlebih dahulu baru mencium Jodha. Setelah itu ia bertanya pada kedua menantunya, "apa yang membawamu kemari? Ada yang bisa ku bantu?" Ruq menjawab, "ibu, aku ingin ibu mendoakan aku agar terpilih menjadi Ratu Kepala di harem." Hamida tersenyum mendengar permintaan Ruq, lalu bertanya pada Jodha, "dan kau Jodha, kau ingin aku berdoa agar kau menang?" Jodha dengan diplomatis menjawab, "ibu adalah sesepuh di keluarga ini dan orang paling di hormati di harem. Aku ingin agar ibu berdoa agar harem selalu damai. Dan berdoa agar semua yang ada di Harem memilih calon yang tepat." Hamida menyahuti kata-kata Jodha, "itu niat yang mulia, apakah kau tak mau meminta sesuatu untuk dirimu?" Jodha tertawa renyah dan berkata, "ibu aku adalah baggian dari harem, aku akan merasa damai jika ada kedamaian di Harem." Ruq melirik Jodha, dengan tatapan gak tertarik. Hamida tersenyum senang dan mengamini keinginan Jodha, "amin, semoga tuhan mengabulkan doamu." Mendengar itu Ruq protes, "ibu, berarti ibu takkan mendoakan aku?" Hamida tertawa mendengar protes Ruq, "mana mungkin aku gak mendoakanmu, Ruqaiya. Kau adalah menantuku dan istri Jalal. Aku selalu ingin agar harem selalu makmur. Jika kau menang, aku inggin agar kau melaksanakan tugasmu di harem dengan penuh tanggung jawab." Ruq sangat senang mendengarnya, "terima kasih, ibu. Aku permisi dulu, sampai jumpa." Hamida menyahut, "sampai Jumpa." Jodha pun minta diri, namun Hamida masih ingin berkata sesuatu, "Jodha, orang yang mengingikan hal yang lain menjadi orang yang paling bahagia. Semoga kau selalu bahagia." Jodha tersenyum dan berpamitan. Hamida mengucapkan sampai jumpa pada menantu kesayangannya dan menatap kepergiannya dengan tersenyum. #www.informasidiary.com
Jodha keluar dari kamar Hamida dengan bergegas sehingga ia gak melihat kalau Ruq menunggunya di luar kamar Hamdia. Untuk menghentikan Jodha, dengan terpaksa Ruq berteriak memanggilnya. Jodha segera menoleh. Ruq berkata, Aku senang kau datang menemui ibu. Karena doa dari ibu adalah satu-satunya alasan kau bisa menang." Jodha menyahut dengan sedikit sengit, "ya, kau benar. Doa dari orang tua memang membawa keberhasilan. Konspirasi gak membawa kemenangan." Ruq dengan seikit kaget bertanya, "apakah kau ingin berkata kalu aku yang meletakkan patung Krishna di ruang pelayan hindu?" Jodha menyahut, "aku gak berkata itu. ~Jodha menatap Ruq dengan Tajam, Ruq jadi salah tingkah~ namun dari amarahmu membuktikan bahwa bukan orang lain namun kaulah yang mencoba menjebakku. Aku sedih kau menjadi serendah ini, Ratu Ruqaiya. Hanya demi menjaga kedudukanmu di harem." Ruq dengan percaya diri berkata kalau itu adalah siasat politik, "kau takkan mengerti, ratu Jodha!" Jodha mengeleng, "aku tak ingin mengerti hal yang merusak akal sehatku. Aku senang dengan diriku apa adanya." Ruq berteriak geram, "kau sudah berlebihan!" Jodha menegur, "jangan berteriak, Ratu Ruqaiya. Kau adalah ratu Kepala. Kau gak boleh besikap kasar. Ini hari yang penting, banyak yang harus kusiapkan. Aku permisi dulu." Setelah berpamitan, Jodha segera meninggalkan Ruqaiya. Ruq tersenyum dan berkata, 'hanya ada satu hal yang harus kulakukan. Aku harus menghancurkan kepercayaan dirimu. Dan aku akan lakukan itu dengan memenangkan pemilihan."
Kumpulan Sinopsis di Informasi
Diary – Blog Sinopsis
Hari yang di tentukan untuk mengelar pemilihan Ratu kepala sudah tiba. Para ratu bergegas menuju ke aula sidang harem dengan bersemangat. Setelah semua Ratu berkumpul dan Jalal sudah datang, acarapun di mulai. Sebagai pembuka, Jalal berkata, "aku selalu memilih Ratu Kepala untuk harem ini, namun sekarang kita akan melakukan pemilihan. Untuk memilih Ratu kepala di harem sesuai dengan keinginan kalian. Ada dua calon dalam pemilihan ini, Ratu Ruqaiya dan ratu Jodha. Ini akan menjadi pemilihan yang terbuka. Aku ingin kalian memilih calon dengan menyebut nama di depan semua orang. Siapapun yang mendapatkan suara terbanyak akan di tetapkan sebagai Ratu kepala di harem." Semua mengangguk mengerti dan menerima peraturan yang di tetapkan Jalal. Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Mnctv Jumat 22 September - Episode 189