Cerita Shakuntala Antv Episode 41 - Tayang 26 Maret 2015. Shakuntala yang menangis sambil terduduk memeluk lutut dan mengunci diri di pondoknya, mulai mengangkat wajahnya dan matanya melihat bayangannya di wadah air mawar di depannya.
“Shakuntala apa yang terjadi padamu, seberapa jauh kamu mengenalnya. ia hanya teman yang baru kamu temui, jadi ia datang atau tidak, kenapa menjadi hal yang penting. Memangnya ia itu siapa, sampai kamu harus menangis untuknya. ia bukanlah siapapun, ia tak berarti apapun bagimu, ia tak penting, *terisak* ia tak penting Shakuntala, ia bukan siapapun”. Shakuntala mengusap air mata di pipinya dan berdiri.
“Shakuntala apa yang terjadi padamu, seberapa jauh kamu mengenalnya. ia hanya teman yang baru kamu temui, jadi ia datang atau tidak, kenapa menjadi hal yang penting. Memangnya ia itu siapa, sampai kamu harus menangis untuknya. ia bukanlah siapapun, ia tak berarti apapun bagimu, ia tak penting, *terisak* ia tak penting Shakuntala, ia bukan siapapun”. Shakuntala mengusap air mata di pipinya dan berdiri.
Sementara di gubuk, di hutan. Gauri masih tertawa bersama Veer. Ia senang melihat Veer tertawa untuk pertama kalinya itu. Veer langsung berwajah serius, Gauri mengatakan tak masalah kalau Veer tak bisa selalu tertawa, tapi wajah yang ditunjukkannya jangan terlalu serius.
Kemudian Gauri meminta Veer untuk bercerita, “Baiklah, bagaimana kalau kamu cerita tentang dirimu, sejauh ini yang kutau tentang dirimu adalah, kamu ini panglima kepercayaan kakakku, kamu sangat bertanggung jawab dan kamu tak tau cara membuat tramvoli”. Gauri tertawa, Veer tersenyum melihatnya.
“Katakan darimana asalmu, dimana orangtuamu”, pinta Gauri. Veer langsung kembali berwajah kaku, rahangnya terlihat mengeras, dimatanya terbayang saat kecil tangannya dipukul oleh seorang wanita sambil dikatai, “kau tak becus melakukan apapun, beginikah caramu mencuci baju, kamu merusak semua baju baruku. Hanya ada satu cara untuk menyingkirkanmu, aku akan memberitau ayahmu untuk mengirimmu ke panti asuhan”. Veer kecil saat itu hanya bisa menangis.
Saat inipun di depan Gauri, matanya berkaca-kaca. Ia tak mendengar Gauri yang sudah memanggilnya berkali-kali, “Panglima Veer, Panglima Veer! Ada apa? Apa yang kamu pikirkan. Katakan, dimana orangtuamu”. Veer sempat gelagapan.
Kemudian dengan tatapan kosong Veer memberitau, “mereka sudah tiada”. Gauri tertunduk. Dengan suara serak Veer berkata lagi, “Aku yatim piatu. Tetaplah disini, aku akan mencari prajurit kita. Aku sudah lebih baik sekarang”. Veer melangkah mengambil senjatanya, Gauri sempat terpana dalam sedih begitu tau sedikit tentang Veer.
Saat Veer sudah di pintu gubuk, Gauri mencegahnya, “tidak! tak bijak keluar dalam cuaca panas seperti ini. Kita mencari mereka nanti malam saja”. Veer mengingatkan, “tapi saat malam”.
Gauri langsung memotong ucapan Veer yang sedang menatapnya dengan terpana, “saat malam tak akan sepanas ini. Jikau kamu keluar dan nanti kamu pingsan, kamu tak akan tau kan, mungkin akan ada singa datang dan memangsamu”. Gauri mengangkat dua tangan yang seperti siap menerkam di samping wajahnya yang juga mencontohkan ekspresi singa mau menerkam sekaligua dengan suara aum-aum.
Veer tersenyum melihat lelucon yang ditunjukkan Gauri. Kemudian mereka tertawa lagi. Veer menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah Gauri.
Di ashram, Dushyant terlihat sudah diatas dinding pembatas ashram, ia memperhatikan dengan seksama situasi di sekitarnya. Setelah dirasa aman, ia melompat turun. Kemudian berjalan mengendap ke arah gerbang ashram, tapi kemudian berpikir lagi, matanya melihat ke arah pohon tinggi di depannya.
Ia sepertinya menemukan ide, dan terlihat sudah berada di ketinggian pohon sambil mengawasi situasi ashram dari situ. Matanya mencari.
Shakuntala muncul di hadapan teman-temannya yang sedang sibuk menyiapkan makan siang. Ia meminta daun yang dipegang Pryamvada biar ia yang mengerjakan, kemudian Shakuntala menaroh dau-daun tersebut di bangku-bangku kecil yang berfungsi sebagai ‘meja’ makan masing-masing orang.
Baca Episode Selanjutnya : Cerita Shakuntala Antv Episode 42 - Tayang 27 Maret 2015
Kemudian Gauri meminta Veer untuk bercerita, “Baiklah, bagaimana kalau kamu cerita tentang dirimu, sejauh ini yang kutau tentang dirimu adalah, kamu ini panglima kepercayaan kakakku, kamu sangat bertanggung jawab dan kamu tak tau cara membuat tramvoli”. Gauri tertawa, Veer tersenyum melihatnya.
“Katakan darimana asalmu, dimana orangtuamu”, pinta Gauri. Veer langsung kembali berwajah kaku, rahangnya terlihat mengeras, dimatanya terbayang saat kecil tangannya dipukul oleh seorang wanita sambil dikatai, “kau tak becus melakukan apapun, beginikah caramu mencuci baju, kamu merusak semua baju baruku. Hanya ada satu cara untuk menyingkirkanmu, aku akan memberitau ayahmu untuk mengirimmu ke panti asuhan”. Veer kecil saat itu hanya bisa menangis.
Saat inipun di depan Gauri, matanya berkaca-kaca. Ia tak mendengar Gauri yang sudah memanggilnya berkali-kali, “Panglima Veer, Panglima Veer! Ada apa? Apa yang kamu pikirkan. Katakan, dimana orangtuamu”. Veer sempat gelagapan.
Kemudian dengan tatapan kosong Veer memberitau, “mereka sudah tiada”. Gauri tertunduk. Dengan suara serak Veer berkata lagi, “Aku yatim piatu. Tetaplah disini, aku akan mencari prajurit kita. Aku sudah lebih baik sekarang”. Veer melangkah mengambil senjatanya, Gauri sempat terpana dalam sedih begitu tau sedikit tentang Veer.
Saat Veer sudah di pintu gubuk, Gauri mencegahnya, “tidak! tak bijak keluar dalam cuaca panas seperti ini. Kita mencari mereka nanti malam saja”. Veer mengingatkan, “tapi saat malam”.
Gauri langsung memotong ucapan Veer yang sedang menatapnya dengan terpana, “saat malam tak akan sepanas ini. Jikau kamu keluar dan nanti kamu pingsan, kamu tak akan tau kan, mungkin akan ada singa datang dan memangsamu”. Gauri mengangkat dua tangan yang seperti siap menerkam di samping wajahnya yang juga mencontohkan ekspresi singa mau menerkam sekaligua dengan suara aum-aum.
Veer tersenyum melihat lelucon yang ditunjukkan Gauri. Kemudian mereka tertawa lagi. Veer menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ulah Gauri.
Di ashram, Dushyant terlihat sudah diatas dinding pembatas ashram, ia memperhatikan dengan seksama situasi di sekitarnya. Setelah dirasa aman, ia melompat turun. Kemudian berjalan mengendap ke arah gerbang ashram, tapi kemudian berpikir lagi, matanya melihat ke arah pohon tinggi di depannya.
Ia sepertinya menemukan ide, dan terlihat sudah berada di ketinggian pohon sambil mengawasi situasi ashram dari situ. Matanya mencari.
Shakuntala muncul di hadapan teman-temannya yang sedang sibuk menyiapkan makan siang. Ia meminta daun yang dipegang Pryamvada biar ia yang mengerjakan, kemudian Shakuntala menaroh dau-daun tersebut di bangku-bangku kecil yang berfungsi sebagai ‘meja’ makan masing-masing orang.
Baca Episode Selanjutnya : Cerita Shakuntala Antv Episode 42 - Tayang 27 Maret 2015