Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 495. Adegan dibuka dengan pertempuran besar antara Pasukan Mughal berhadapan dengan sekutu Iran. Kamera menampakan Murad, Salim, Jalal, Abu Fazl, Rahim dan Qutub, bertarung melawan pasukan musuh. Jalal meneriakan semangat untuk para prajuritnya : “Pasukan pantang mundur. Kita bertempur dala lindungan Allah. Fateh ki liye!! Demi kemenangan!!” Kurb Khan dan Jalal saling melihat dari kejauhan mereka pun langsung saling mendekat dan terlibat pertarungan sengit. Jalal sempat terlukai oleh Kurb Khan dan Jalal pun terjatuh dari kudanya. Ia harus bertarung menghadapi banyak halangan prajurit musuh. Suara narator berkata bahwa pertarungan ketat antara Jalal dan Kurbu Khan. Jalal yang berperang demi menjaga kehormatan keluarga dan falsafah hidup dan kebebasan beragama rakyatnya. Jalal tampak berhadapan langsung dengan Raja Kurb Khan. Kurb Khan menyerang Jalal dari atas kudanya. Keduanya adalah kesatria yang gagah berani.Tetapi pada akhirnya Jalal mengalahkan Kurb Khan dan menjatukannya ke tanah. Jalal menyudutkan Kurb Khan dengan pedangnya akan tetapi ia tak mau membunuhnya. Salim, Murad, Abu Fazl, Daniyal, Rahim dan para panglima lainnya datang mengelilingi Jalal. Kurb Khan bertanya: “Mengapa kau tak langsung menghajar (membunuh) ku disini? Jalal menjawab: “Hum tum mārā nehi kareṅge. Aku tak pernah memiliki niat membunuh siapa pun. Me cāhat hum ki apki dosti Aku tetapi akan menawarkan persahabatan dengan mu” Jalal melempar pedang nya ke tanah dan malah mengulurkan tangannya pada Kurb Khan. Para panglimanya heran melihat tindakan Jalal ini. Jalal kemudian memanggil beberapa panglimanya untuk membantu Kurb Khan berdiri. Jalal: “Aye madad karemge. Ayo bantu dia”. Setelah berdiri Kurb Khan malah berontak melepaskan diri dan mengambil pedang hendak membunuh Jalal. Serempak para panglima dan prajurit menghunuskan pedang kearahnya. Jalal telah terlebih dahulu bergerak cepat menghindar dan merebut kembali pedang itu.
Lalu ia menaruh pedang itu di leher Kurb Khan kemudian berkata: “Kau hendak membunuh ku? Bukan kah aku ini teman mu? Kau mau berperang dan membunuh bangsa lain hanya demi seorang Raja keras kepala, yang memaksakan keimanan dan melarang orang lain hidup sesuai keimanan yang di anutnya!?!? Jika itu yang sungguh kau inginkan maka ayo bunuh lah aku!!! Jalal memberikannya pedang. Mann Singh kaget dan berkata: “Shahenshah apa yang kau lakukan?” Suasana menjadi bertambah tegang karena Kurb Khan mengambil pedang itu dan berdiri memandang Jalal dengan geram. Sedangkan Jalal memandang balik dengan tenang kearah Kurb Khan. Panglima-panglima nya sudah siap menyerang. Jalal berteriak: “Jangan! Jangan ada yang mencoba mengahalangi!!!” Kurb Khan melayangkan pedangnya kearah leher Jalal akan tetapi tiba-tiba ia menghentikan gerakannya. Kurb Khan berkata: “Hume samajh me nehi ata. Sungguh aku tak bisa memahami. Ki hum kyum mar nehi kar par rahe? Mengapa tiba-tiba aku tak mampu membunuh mu? Kurb Khan menjatuhkan pedangnya lalu lanjut bertanya: “Ki ap. Apni kaun ki kilaf kyu ho rahe? Aku tak mengerti mengapa kau menentang kami?”
Jalal menjawab: “Kau tahu benar bahwa di dalam hati kita semua percaya akan adanya Allah (Tuhan). Itulah sebabnya kau tak mampu membunuh ku. Aku berperang bukan karena cinta ku membela istri ku yang seorang Rajvanshi. Aku menentang kesewenangan Shah Iran. Sesungguhnya aku bukan melawan Muslaman (kaum Muslim). Aku bersembahyang setiap hari nya. Yang aku lakukan adalah menentang mereka yang memaksakan Islam kepada orang-orang yang berkeimanan lain. Bukan kah kau tahu hal ini adalah dosa menurut Islam sendiri. Mana mungkin aku benci. Aku tak akan pernah membenci Islam. Aku bersujud kehadapan Allah setiap harinya. Ap ki dosti cahate. Yang aku inginkan adalah persahabatan mu” Jalal mengulurkan tangannya dan memberi isyarat untuk memeluk Kurb Khan. Kurb Khan yang sedari tadi menyimak perkataan Jalal pun akhirnya sadar akan kebenaran ucapan Jalal tersebut. Ia pun berlutut dan berkata: “Aku sadar akan kesalahan ku. Aku terbutakan hingga aku lupa bahwa adalah dosa jika kita memaksa merubah keimanan. Jalal kau telah menghindarkan diri ku dari perbuatan dosa. Apanī dila sē āpakī hara jarurat ko. Aku akan memihak perjuangan mu dengan sepenuh hati.” Kurb Khan kemudian mengambil pedangnya dan mempersembahkannya kepada Jalal: “Or sultanat apki ho hi. hō hī Aku akan tuduk kepada mu dan menyerahkan kerajaan ku” Jalal menerima pedang itu lalu meminta Kurb Khan berdiri sejajar dengan nya: “Aku tak mengiunginkan wilayah mu juga tak kerajaan mu. Aku hanya menginginkan persahabatan mu” Jalal kemudian memulai duluan memeluk Kurb Khan.
Sementara itu di Agra Jodha masih bertarung melawan ketidak adilan terhadap dirinya sendiri. Dalam pertarungan ini Jodha masih terus kalah. Jodha tampak bersama Salima. Ia berlinagan air mata memohon agar Salima membantunya menemui Amijan: “Salima aku ingin sekali menengok Amijan. Bukan kah semakin hari kesehatannya semakin memburuk?” Ruqaiya datang menghampiri mereka berdua. Ruqaiya memarahi Jodha: “Apa? Tentu saja tak boleh! Bagaimana jika Amijan terkena serangan jantung lagi karena kesal melihat mu!? Apakah kau menginginkan kepulangan Jalal disambut dengan berita kematian Amijan?! Jodha menampik hal itu, katanya: “Jangan berkata begitu Ruqaiya. Aku sama sekali memiliki maksud seperti itu!” Ruqaiya dengan ketus berkata: “Nah kau jangan sekali-kali nya pergi menemuin Amijan kalau begitu!!!” Salima membela Jodha dan berkata kepada Ruqaiya: “Jodha justru amat menyayangi Amijan!” Ruqaiya tak mau kalah. Dengan sengit ia membalas: “Aku juga menyayangi Amijan itulah sebabnya aku sama seklai melarangnya pergi melihat. Amijan muak melihat wajah Jodha” Ruqaiya pergi meninggalkan mereka berdua. Salima lalu berusaha menenangkan Jodha: “Jangan kuatir Jodha aku memiliki ide agar kau dapat menengok Amijan” Mereka berdua kemudian berbicara tapi tak dipedengarkan suaranya.
Kemudian kamera memperlihatkan Salima memasuki kamar MM bersama beberapa pelayan wanita berkerudung menutuoi wajah. Diantara pelayan itu terselip Jodha yang menyamar. Jodha hanya bisa memandang Hamida dari balik kerudungnya. Hamida membuka matanya dan berkata agar Salima sesering mungkin menengoknya karena ia kesepian. Jodha dulu sering berbincang dengannya. Akan tetapi ia sekarang berubah. Dahulu Jodha bagaikan putrinya sendiri. Tetapi setelah ia menjadi Malika Hindustan ia berubah. Ia melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak terhadap Ibunya. Salima duduk dekat Hamida menawarkan makanan yang kemudian ditolak oleh Hamida. Ia tak mau makan jika Jalal belum kembali dengan selamat. Hari ini mereka pasti sedang bertempur habis-habisan. Begitu banyak tentara yang gugur. Jika saja Jodha pindah agama waktu itu maka tak perlu ada korban nyawa” Ruqaiya tiba-tiba masuk dan Jodha menghindar dengan perlahan berjalan meninggalkan ruangan. Akan tetapi Ruqaiya menghentikannya. Ternyata Ruqaiya hanya menyuruh Jodha mengambil sesuatu. ia tak mengira itu Jodha. Jodha pun keluar membawa beberapa piring.
Sementara malam itu Jalal duduk di depan api unggun bersama, Murad, Salim, Daniyal, Rahim, Mann Singh dan Abu Fazl. Ia memberi wejangan bagi semua yang ada disana: “Kita harus menghormati setiap kerajaan lain. Sudah kita buktian sendiri kepada mereka bahwa kita lebih dari sanggup berhadapan dengan mereka” Semua meneriakan: “Jalaluddin Mumahammad Akbar Zindabad! Mughal Sultanate Zidabad!!!” Jalal lanjut memerintahkan: “Abu Fazl-saab kirimkan surat kepada Shah Iran. Katakan bahwa walaupun kita mampu menyerang mereka. Akan tetapi halite tak pernah menjadi tujuan kita. Kita mencintai kedamaian. Namun jika pihak lain mengganggu gugat urusan dalam negeri kita kita tak akan ragu untuk melawan. Kita akan bersiap kembali ke Agra secepatnya. Kemenangan kita ini akan kita rayakan secara besar-besaran dengan menyelenggarakan Jashn di Agra nanti. Aku akan mengumumkan penobatan kembali Salim sebagai calon pengganti ku” Jalal dengan bangga menepuk bahu Salim dan Salim pun tersenyum bahagia. Salim memandang kearah Murad dan ia melihat reaksi Murad yang kecewa atas keputusan Jalal itu. Jalal memuji keberanian dan kegagahan Salim serta Murad dalam peperangan ini. Jalal lanjut memerintahkan sesuatu kepada Salim dan Mann Singh. Jalal juga mengatakan agar Rahim dan Abu Fazl menyiapkan kepulangan mereka ke Agra. Murad hanya tersenyum kecut. Qutub memberi selamat kepada Salim: “Mubarak ho Shah Shah” Salim balik berterima kasih atas bantuan Qutub: “Hum bohot-bohot Sukriya” mereka pun berpelukan erat. Daniyal berkata kepada Murad: “Shahenshah tak adil bagi mu”. Murad berkata: “Aku tak lain bagaikan pelayan bagi Shahenshah!!!” Sementara Salim apalagi kakau bukan balik memikirkan Anarkali. Ia berkata: “Aku akan segera kembali ke Agra dan melepaskan gelang-gelang Ghungroos itu selamanya dari kaki mu dan memasangkan Mahkotta Ratu dikepala mu”
Di Agra Jodha sedang bersedih dan duduk berdoa di kamarnya. Suara narator berkata: “Kabar tentang kemenangan Jalal belum sampai di istana. Padahal Jalal dan pasukannnya sedang dalam perjalanan pulang ke Agra. Kesehatan MM tapak semakin menurun” Tiba-tiba pelayan memberitahukan kepada MUZ bahwa Gulbadan ingin bertemu. Jodha heran tumben Phuphi-jan mau bertemu dia? Jodha berdoa: “Oh Tuhan semua kabar nya baik” Gulbadan masuk dan langsung berkata: “MM tetap menolak makan. Bagaimana MM bisa sembuh kalau begini!!” Jodha berkata ia ingin bertemu dan bicara dengan MM tetapi MM tak mau. MM tetap keras hati walaupun kesehatannya menurun” Gulbadan menjawab ketus: “Sebenarnya kau yang keras kepala. Katakan lah padanya kau siap pindah agama. Begitu ia tahu kau mau maka ia tentu akan mau makan!!” Jodha berkata: “Akan tetapi aku sudah bersumpah pada Jalal. Aku tak bisa melangggar sumpah itu” Gulbadan: “Bukankah Jalal menitipkan MM kepada mu selama ia pergi? Jika ia kembali nanti dan mendapatkan MM telah meninggal lalu bagaimana? Bagaimana kau akan mempertanggung jawabkannya? Keras kepalu mu itu apakah lebih penting dibanding nyawa MM? MM tak akan mengubah pendapatnya tentang diri mu!!! Kau harus mengalah!!! Gulbadan pergi meninggalkan Jodha dalam dilemma tanpa jalan keluar.
Best Scene hanya di adegan pertama dimana Jalal bertempur gagah berani dan berhasil menyampaiakan pesan tentang hak kebebasan beriman. Adegan Hamida vs Jodha terlalu diperpanjang tak keruan. Not looking forward for the upcoming episodes kalau nanti malahan berakhir dengan kata Talaq dan MUZ diinjak-injak harga diri dan intergritasnya sebagai wanita dan istri.
Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 496
Lalu ia menaruh pedang itu di leher Kurb Khan kemudian berkata: “Kau hendak membunuh ku? Bukan kah aku ini teman mu? Kau mau berperang dan membunuh bangsa lain hanya demi seorang Raja keras kepala, yang memaksakan keimanan dan melarang orang lain hidup sesuai keimanan yang di anutnya!?!? Jika itu yang sungguh kau inginkan maka ayo bunuh lah aku!!! Jalal memberikannya pedang. Mann Singh kaget dan berkata: “Shahenshah apa yang kau lakukan?” Suasana menjadi bertambah tegang karena Kurb Khan mengambil pedang itu dan berdiri memandang Jalal dengan geram. Sedangkan Jalal memandang balik dengan tenang kearah Kurb Khan. Panglima-panglima nya sudah siap menyerang. Jalal berteriak: “Jangan! Jangan ada yang mencoba mengahalangi!!!” Kurb Khan melayangkan pedangnya kearah leher Jalal akan tetapi tiba-tiba ia menghentikan gerakannya. Kurb Khan berkata: “Hume samajh me nehi ata. Sungguh aku tak bisa memahami. Ki hum kyum mar nehi kar par rahe? Mengapa tiba-tiba aku tak mampu membunuh mu? Kurb Khan menjatuhkan pedangnya lalu lanjut bertanya: “Ki ap. Apni kaun ki kilaf kyu ho rahe? Aku tak mengerti mengapa kau menentang kami?”
Jalal menjawab: “Kau tahu benar bahwa di dalam hati kita semua percaya akan adanya Allah (Tuhan). Itulah sebabnya kau tak mampu membunuh ku. Aku berperang bukan karena cinta ku membela istri ku yang seorang Rajvanshi. Aku menentang kesewenangan Shah Iran. Sesungguhnya aku bukan melawan Muslaman (kaum Muslim). Aku bersembahyang setiap hari nya. Yang aku lakukan adalah menentang mereka yang memaksakan Islam kepada orang-orang yang berkeimanan lain. Bukan kah kau tahu hal ini adalah dosa menurut Islam sendiri. Mana mungkin aku benci. Aku tak akan pernah membenci Islam. Aku bersujud kehadapan Allah setiap harinya. Ap ki dosti cahate. Yang aku inginkan adalah persahabatan mu” Jalal mengulurkan tangannya dan memberi isyarat untuk memeluk Kurb Khan. Kurb Khan yang sedari tadi menyimak perkataan Jalal pun akhirnya sadar akan kebenaran ucapan Jalal tersebut. Ia pun berlutut dan berkata: “Aku sadar akan kesalahan ku. Aku terbutakan hingga aku lupa bahwa adalah dosa jika kita memaksa merubah keimanan. Jalal kau telah menghindarkan diri ku dari perbuatan dosa. Apanī dila sē āpakī hara jarurat ko. Aku akan memihak perjuangan mu dengan sepenuh hati.” Kurb Khan kemudian mengambil pedangnya dan mempersembahkannya kepada Jalal: “Or sultanat apki ho hi. hō hī Aku akan tuduk kepada mu dan menyerahkan kerajaan ku” Jalal menerima pedang itu lalu meminta Kurb Khan berdiri sejajar dengan nya: “Aku tak mengiunginkan wilayah mu juga tak kerajaan mu. Aku hanya menginginkan persahabatan mu” Jalal kemudian memulai duluan memeluk Kurb Khan.
Sementara itu di Agra Jodha masih bertarung melawan ketidak adilan terhadap dirinya sendiri. Dalam pertarungan ini Jodha masih terus kalah. Jodha tampak bersama Salima. Ia berlinagan air mata memohon agar Salima membantunya menemui Amijan: “Salima aku ingin sekali menengok Amijan. Bukan kah semakin hari kesehatannya semakin memburuk?” Ruqaiya datang menghampiri mereka berdua. Ruqaiya memarahi Jodha: “Apa? Tentu saja tak boleh! Bagaimana jika Amijan terkena serangan jantung lagi karena kesal melihat mu!? Apakah kau menginginkan kepulangan Jalal disambut dengan berita kematian Amijan?! Jodha menampik hal itu, katanya: “Jangan berkata begitu Ruqaiya. Aku sama sekali memiliki maksud seperti itu!” Ruqaiya dengan ketus berkata: “Nah kau jangan sekali-kali nya pergi menemuin Amijan kalau begitu!!!” Salima membela Jodha dan berkata kepada Ruqaiya: “Jodha justru amat menyayangi Amijan!” Ruqaiya tak mau kalah. Dengan sengit ia membalas: “Aku juga menyayangi Amijan itulah sebabnya aku sama seklai melarangnya pergi melihat. Amijan muak melihat wajah Jodha” Ruqaiya pergi meninggalkan mereka berdua. Salima lalu berusaha menenangkan Jodha: “Jangan kuatir Jodha aku memiliki ide agar kau dapat menengok Amijan” Mereka berdua kemudian berbicara tapi tak dipedengarkan suaranya.
Kemudian kamera memperlihatkan Salima memasuki kamar MM bersama beberapa pelayan wanita berkerudung menutuoi wajah. Diantara pelayan itu terselip Jodha yang menyamar. Jodha hanya bisa memandang Hamida dari balik kerudungnya. Hamida membuka matanya dan berkata agar Salima sesering mungkin menengoknya karena ia kesepian. Jodha dulu sering berbincang dengannya. Akan tetapi ia sekarang berubah. Dahulu Jodha bagaikan putrinya sendiri. Tetapi setelah ia menjadi Malika Hindustan ia berubah. Ia melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak terhadap Ibunya. Salima duduk dekat Hamida menawarkan makanan yang kemudian ditolak oleh Hamida. Ia tak mau makan jika Jalal belum kembali dengan selamat. Hari ini mereka pasti sedang bertempur habis-habisan. Begitu banyak tentara yang gugur. Jika saja Jodha pindah agama waktu itu maka tak perlu ada korban nyawa” Ruqaiya tiba-tiba masuk dan Jodha menghindar dengan perlahan berjalan meninggalkan ruangan. Akan tetapi Ruqaiya menghentikannya. Ternyata Ruqaiya hanya menyuruh Jodha mengambil sesuatu. ia tak mengira itu Jodha. Jodha pun keluar membawa beberapa piring.
Sementara malam itu Jalal duduk di depan api unggun bersama, Murad, Salim, Daniyal, Rahim, Mann Singh dan Abu Fazl. Ia memberi wejangan bagi semua yang ada disana: “Kita harus menghormati setiap kerajaan lain. Sudah kita buktian sendiri kepada mereka bahwa kita lebih dari sanggup berhadapan dengan mereka” Semua meneriakan: “Jalaluddin Mumahammad Akbar Zindabad! Mughal Sultanate Zidabad!!!” Jalal lanjut memerintahkan: “Abu Fazl-saab kirimkan surat kepada Shah Iran. Katakan bahwa walaupun kita mampu menyerang mereka. Akan tetapi halite tak pernah menjadi tujuan kita. Kita mencintai kedamaian. Namun jika pihak lain mengganggu gugat urusan dalam negeri kita kita tak akan ragu untuk melawan. Kita akan bersiap kembali ke Agra secepatnya. Kemenangan kita ini akan kita rayakan secara besar-besaran dengan menyelenggarakan Jashn di Agra nanti. Aku akan mengumumkan penobatan kembali Salim sebagai calon pengganti ku” Jalal dengan bangga menepuk bahu Salim dan Salim pun tersenyum bahagia. Salim memandang kearah Murad dan ia melihat reaksi Murad yang kecewa atas keputusan Jalal itu. Jalal memuji keberanian dan kegagahan Salim serta Murad dalam peperangan ini. Jalal lanjut memerintahkan sesuatu kepada Salim dan Mann Singh. Jalal juga mengatakan agar Rahim dan Abu Fazl menyiapkan kepulangan mereka ke Agra. Murad hanya tersenyum kecut. Qutub memberi selamat kepada Salim: “Mubarak ho Shah Shah” Salim balik berterima kasih atas bantuan Qutub: “Hum bohot-bohot Sukriya” mereka pun berpelukan erat. Daniyal berkata kepada Murad: “Shahenshah tak adil bagi mu”. Murad berkata: “Aku tak lain bagaikan pelayan bagi Shahenshah!!!” Sementara Salim apalagi kakau bukan balik memikirkan Anarkali. Ia berkata: “Aku akan segera kembali ke Agra dan melepaskan gelang-gelang Ghungroos itu selamanya dari kaki mu dan memasangkan Mahkotta Ratu dikepala mu”
Di Agra Jodha sedang bersedih dan duduk berdoa di kamarnya. Suara narator berkata: “Kabar tentang kemenangan Jalal belum sampai di istana. Padahal Jalal dan pasukannnya sedang dalam perjalanan pulang ke Agra. Kesehatan MM tapak semakin menurun” Tiba-tiba pelayan memberitahukan kepada MUZ bahwa Gulbadan ingin bertemu. Jodha heran tumben Phuphi-jan mau bertemu dia? Jodha berdoa: “Oh Tuhan semua kabar nya baik” Gulbadan masuk dan langsung berkata: “MM tetap menolak makan. Bagaimana MM bisa sembuh kalau begini!!” Jodha berkata ia ingin bertemu dan bicara dengan MM tetapi MM tak mau. MM tetap keras hati walaupun kesehatannya menurun” Gulbadan menjawab ketus: “Sebenarnya kau yang keras kepala. Katakan lah padanya kau siap pindah agama. Begitu ia tahu kau mau maka ia tentu akan mau makan!!” Jodha berkata: “Akan tetapi aku sudah bersumpah pada Jalal. Aku tak bisa melangggar sumpah itu” Gulbadan: “Bukankah Jalal menitipkan MM kepada mu selama ia pergi? Jika ia kembali nanti dan mendapatkan MM telah meninggal lalu bagaimana? Bagaimana kau akan mempertanggung jawabkannya? Keras kepalu mu itu apakah lebih penting dibanding nyawa MM? MM tak akan mengubah pendapatnya tentang diri mu!!! Kau harus mengalah!!! Gulbadan pergi meninggalkan Jodha dalam dilemma tanpa jalan keluar.
Best Scene hanya di adegan pertama dimana Jalal bertempur gagah berani dan berhasil menyampaiakan pesan tentang hak kebebasan beriman. Adegan Hamida vs Jodha terlalu diperpanjang tak keruan. Not looking forward for the upcoming episodes kalau nanti malahan berakhir dengan kata Talaq dan MUZ diinjak-injak harga diri dan intergritasnya sebagai wanita dan istri.
Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 496