Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 489

Posted by

Sinopsis Jodha Akbar Antv episode 489.Adegan dimulai dengan Murad, Daniyal, Todarmal, Birbal dan Salim yang sedang memperbincangkan kesiapan persenjataan untuk perang nanti. Todar Mal berkata bahwa mereka harus belajar tegar menghadapi semua ini. Kami akan tinggal disini menjaga kerajaan ini sementara kalian tak ada. Birbal tampak mendekat kepada Salim: “Jodha membuktikan bahwa diri nya adalah seorang Malika Hindustan sejati yang hebat dengan menolak mengganti agamanya! Ia benar-benar layak mendapatkan semua gelar yang diberikan kepada nya. Ia selalu mampu memberikan jalan keluar yang terbaik”  Salim dengan bangga menjawab: “Beshak. Hara deke kābila.  Tentu saja. Malika Hindustan adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pantang menyerah”. Lalu dengan cerdik Birbal menyelipkan pertanyaan kepada Salim: “Ada banyak yang mengatakan justru sebaliknya. Bagaimana gerangan dengan halnya Mariam Makani?” Salim menjawab: “Niatan Mariam Makani adalah semata demi kebaikan kita semua. Tetapi aku tak setuju dengan tindakannya. Aku tak setuju Malika Hindustan harus  pindah agama demi kita. Malika Hindustan (MH)  yang telah mengajari ku semua tentang Hindu sekaligus Islam. MH tak pernah sekali pun memaksa ku untuk memilih Hindu atau Islam” Birbal lanjut memperlihatkan kecerdikannya merangkai kata. Sebenarnya Birbal ingin menguji sampai dimana keyakinan dan dukungan Salim unutk Jodha. Birbal pun bertanya: “Shehshadi Salim lalu apakah kau akan berbicara kepada Mariam Makani tentang hal ini?” Salim berkata: “Tidak akan ku lakukan. Malika Hindustan adalah seorang yang selalu pantang mundur menghadapi masalahnya sendiri. Ia tak pernah meminta orang lain membela dirinya.  Ia selalu mampu mengurus dirinya sendiri.  Ia akan menemukan jalannya sendiri menyangkut masalah ini” Birbal: “Kau tampak bangga sekali akan MH” Sepanjang pembicaraan tadi wajah Birbal dan Todar Mal tampak puas dengan perubahan sikap Salim ini. Daniyal dan Murad pun demikian.

Adegan dimulai dengan Murad, Daniyal, Todarmal, Birbal dan Salim yang sedang memperbincangkan kesiapan persenjataan untuk perang nanti. Todar Mal berkata bahwa mereka harus belajar tegar menghadapi semua ini. Kami akan tinggal disini menjaga kerajaan ini sementara kalian tak ada. Birbal tampak mendekat kepada Salim: “Jodha membuktikan bahwa diri nya adalah seorang Malika Hindustan sejati yang hebat dengan menolak mengganti agamanya! Ia benar-benar layak mendapatkan semua gelar yang diberikan kepada nya. Ia selalu mampu memberikan jalan keluar yang terbaik”  Salim dengan bangga menjawab: “Beshak. Hara deke kābila.  Tentu saja. Malika Hindustan adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pantang menyerah”. Lalu dengan cerdik Birbal menyelipkan pertanyaan kepada Salim: “Ada banyak yang mengatakan justru sebaliknya. Bagaimana gerangan dengan halnya Mariam Makani?” Salim menjawab: “Niatan Mariam Makani adalah semata demi kebaikan kita semua. Tetapi aku tak setuju dengan tindakannya. Aku tak setuju Malika Hindustan harus  pindah agama demi kita. Malika Hindustan (MH)  yang telah mengajari ku semua tentang Hindu sekaligus Islam. MH tak pernah sekali pun memaksa ku untuk memilih Hindu atau Islam” Birbal lanjut memperlihatkan kecerdikannya merangkai kata. Sebenarnya Birbal ingin menguji sampai dimana keyakinan dan dukungan Salim unutk Jodha. Birbal pun bertanya: “Shehshadi Salim lalu apakah kau akan berbicara kepada Mariam Makani tentang hal ini?” Salim berkata: “Tidak akan ku lakukan. Malika Hindustan adalah seorang yang selalu pantang mundur menghadapi masalahnya sendiri. Ia tak pernah meminta orang lain membela dirinya.  Ia selalu mampu mengurus dirinya sendiri.  Ia akan menemukan jalannya sendiri menyangkut masalah ini” Birbal: “Kau tampak bangga sekali akan MH” Sepanjang pembicaraan tadi wajah Birbal dan Todar Mal tampak puas dengan perubahan sikap Salim ini. Daniyal dan Murad pun demikian.

Jalal, Birbal, Todar Mal dan Abu Fazl berbincang di ruang Divan-i-Khas. Jalal berkata: “Aku akan segera berangkat berperang bersama putra-putra ku. Birbal dan Todar Mal kalian tetap disini dan lindungi istana. Bhagwan Das juga akan bersamu ku” Todar Mal: “Dengan nyawa ku Shahenshah.  Hum hara rakṣa karenge. Aku akan menjaganya” Birbal: “ Aku akan melaksanakannya. Shahenshah aku mendoakan kepulangan mu membawa kemenangan”


Adegan pindah ke kamar Jodha, Ia tampak curhat dihadapan Moti Bai: “Selama ini Amijan amat mencintai ku. Ia selalu mendudukung semua keputusan ku. Aku tak mengerti mengapa kali ini ia menentang ku? ia tahu benar tak mungkin bagi ku memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Shahenshah. Aku bingung. Harus kah aku berganti agama agar Amijan senang?” Moti Bai: “Jodha jangan berkata begitu. Berhentilah kau menangis karena tak baik jika Shahenshah melihatnya” Jodha tampak terus meneteskan air mata sedihnya. Jodha menolehkan pandangannya keluar dan tiba-tiba ia melihat Jalal berdiri di belakang Moti Bai. Jalal berdiri tertegun disana. Jalal tampak sedih mendengar hal ini. Jodha kaget dan berusaha mencegah Jalal pergi. Tetapi Jalal tak mau mendengarkan dan tetap pergi. Jodha berteriak: “Shahenshah aku mohon jangan katakan apapun. Jangan pergi Shahenshah”  Jodha berkata kepada Moti Bai: “Ya Tuhan apa yang akan terjadi? Jika Shahenshah pergi ke Amijan dalam keadaan marah. Mereka pasti bertengkar disana dan hubungan Ibu dan putrinya ini akan jadi berantakan jadinya”.

Salim oh  Salim. Ternyata urusan perAnarkalian masih ada juga? Salim sedang dikamarnya membaca surat yang telah ditulisnya. Ia meminta Qutub menyampaikan surat untuk Anarkali. Ia tak dapat kesana karena larangan Shahenshah. Qutub pergi dan Ruqaiya datang ke kamar Salim. Ruqaiya tampaknya akan memulai babak baru konpirasinya: ”Kau sekarang tak punya waktu lagi untuk ku Salim” Salim menjawab: “Bukan begitu Bari Amijan (Ibu Tertua). Ayo mari duduk bersama ku disini” Ruqaiya duduk bersama Salim dan mengeluh: “Aku akan kehilangan mu karena kau akan pergi lama untuk berperang. Kau sama sekali belum datang menemui ku sampai hari ini” Salim menjawab: “Aku mengerti  yang kau maksud Bari Amijan. Aku tahu kau amat menyayangi ku” Ruqaiya ngomel: “Sedari tadi kau tak hentinya menyebutku dengan Ibu Tertua. Aku ini Amijan mu. Bukan sekedar Bari Amijan? tak kah kau tahu bahwa Dadijan (Nenek ) mu mengajak Jodha pindah agama demi diri mu Salim? Tetapi ia kemudian batal pindah agama! Ah kurasa Jodha mau enaknya sendiri. Jodha tak mementingkan kau putranya sendiri” Salim: “Amijan aku juga tak setuju jika Malika Hindustan pindah agama.  Justru Malika Hindustan lah yang egois jika ia pindah agama” Ruqaiya berusaha terus meracuni pikiran Salim: “Jodha tak peduli kau tak akan jadi Raja nantinya” Salim kembali membela Jodha: “Shahenshah lah yang akan memutuskan siapa yang akan menjadi Raja. Aku malahan bangga akan apa yang dilakukan Malika Hindustan. Aku bangga ia tak menodai nilai-nilai dan harga dirinya. Aku selalu mendukung Dadijan. Akan tetapi dalam masalah ini aku mendukung Malika Hindustan. Aku tak akan pernah menginginkannya pindah agama!” Ruqaiya yang tadi berdiri membelakangi Salim tampak geram. Akan tetapi cepat-cepat ia memasang muka senang dan berbalik menghadap Salim. Ruks: “Oh aku banggga pada mu anak ku.  Ternyata jalan pikiran mu luas”

Jalal menghampir Hamida di kamarnya. Wajahnya tampak tak senang. Kemudian Jalal pun duduk disamping Ibu nya itu. Hamida: “Jalal lihatlah cincin-cincin cantik ini. Semua untuk istri-istri mu” Jalal menyindirnya: “Lalu kenapa hanya ada dua Amijan? Bukan kah istri utama ku ada 3?” Hamida: “Jodha tak akan suka dengan pilihkan ku untuknya. Aku menyuruh tukang perhiasan ke kamarnya biar ia memilih sendiri!” Jalal bertutur dengan wajah serius: “Amijan kau begitu cepat memusuhi nya karena Jodha tak sependapat dengan mu? Jodha mengambil sebuah keputusan yang benar untuk tak pindah agama. Bukan kah kau selalu menganggap Jodha putri mu sendiri? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba seperti ini? Hamida: “Aku sebagai Mariam Makani harus berbuat sesuatu demi bangsa, negara dan keluarga ku” Jalal menjawab: “Aku tahu kau benar Amijan. Kau melakukan apa yang kau anggap benar bagi mu. Akan tetapi keputusan Jodha juga benar, Seharusnya kau bahagia ia mengikuti perintah aku suaminya. Hamida kesal: “Jalal kau sekarang berbicara sebagai putra ku atau suami Jodha atau sebagai Raja Mughal? Kau berat sebelah hanya memihak pada nya saja” Jalal menjawab kesal: “Jodha tak pernah mengeuhkan apa pun tentang mu kepada ku. Ia tak pernah meminta ku bicara kepada mu menyangkut hal ini. Aku ingat cerita mu Amijan. Kau pergi mengikuti Humayun, suami mu dan pergi ke gurun pasir meninggalkan aku sendirian ketika aku masih kanak-kanak  usia 10 tahun. Kau selalu mengutamakan suami mu. Jodha pun tak berbeda dengan mu” Hamida: “Tetapi hal itu berbeda dengan masalah ini” Jalal: “Jodha tak bersalah. Ia hanya mematuhi perintah ku. Selama ini kau telah menganggap Jodha putri mu sendiri. Dan Jodha pun menganggap diri mu sebagai Ibu nya sendiri. Tak adil bagi nya jika kau tiba-tiba memutus hubungan antara Ibu dan Putri nya begitu saja. Ia mentaati ku bukan dalam karena aku sebagai Raja. Kau sebagai seorang Mariam Makani tak bisa berlaku seperti itu” Jalal memegang tangan Hamida dan pergi meninggalkan Hamida disana.

Anarkali membaca surat. Salim mengatakan bahwa ia tak dapat bertemu dengannya sebelum pergi perang. Akan tetapi Shahensha sudah memutuskan untuk tetap melarang ku. Aku tahu kau tak akan melawan kehendak Jalal. Aku mengirimkan jimat ini sebagai pelindung bagi mu. Ini adalah pemberian Ibu ku saat aku kecil yang selalu melindungi ku. Jika aku mati dalam perang nanti maka nama mu dan Allah yang akan menjadi kata-kata terakhir yang ku ucapkan.
                
Jodha sedang termenung saat Jalal datang menghampirinya dikamar. Jodha kaget dan menanyakan: “Shahenshah kaha tea ap? Kemana kau tadi? Keh te cinta horehte ap. Kau terlihat kuatir. Apa yang terjadi?  Jalal: “Bohot.  Kyu?  Baik saja. Memangnya kenapa? Jodha: “Hume laga ki ap... Ku kira kau …” Pelayan datang membawa makanan. Jalal menyuruh menaruhnya di meja dan mengajak Jodha duduk bersamanya.  Jalal: “Aku belum makan dan lapar sekali. Ayo makan bersama ku” Jodha menolak ia bilang ia tak lapar tetapi mempersilahkan Jalal. Jalal memohon pengertian  istrinya: “Jodha ayo lah luangkan waktu mu bersama ku. Kau tahu tak lama lagi aku akan pergi berperang. Aku tak akan menyinggung masalah Amijan kepada mu” Jodha menjawab: “Aisa kuchbhi nehi Shahenshah. Bukan karena itu Shahenshah. Aise Amijan bohot prem kartihe. To aise na raha se  Tetapi aku yakin Amijan amat mencintai ku walau ia marah pada ku. Apa Shahenshah tetap pergi menemuinya tadi? Apa yang kau katakan padanya?” Jalal menjawab: “Ya aku mendatangi nya. Akan tetapi aku hanya memohon agar ia jangan marah lagi kepada putrinya. Itu saja kok. Aku amat lapar. Akan tetapi aku mendengar dari Moti Bai bahwa kau ngambek dan belum makan apa pun”  Jodha menampik: “Nehi. Moti Bai bana. Ngak ah. Moti Bai itu mengada ada. Hum jante. Kau tahu, Aku selalu menjaga kesehatan ku” Jalal: “Moti Bai tak bohong. Jodha ap kabhi kabhi bacce ban ja. Jodha terkadang kau bagaikan anak kecil saja. Ngaku kan kau belum makan? Ayo kau makan bersama ku sekarang. Mai apko angur lana. Aku membawakan kau Anggur" Jodha tetap tak mau makan.  Jalal: “Kenapa tak mau makan?” Jalal mengambilkan anggur dan menyuapkan ke mulut Jodha: “Ayo dimakan” Eh malahan Jodha nakal dan mengigit jari jari Jalal lalu tersenyum. Jalal kaget tetapi ikutan tertawa digoda istrinya itu. Jalal balik menggoda: “Aduh apa-apaan nih? Jodha menjawab: "Ap bacce apko. Bukankah aku kanak-kanak? Kau yang tak konsentrasi” Jalal: “Baiklah pintar sekali kau. Ki ap or. Kau ini ” Jodha menggoda dan Jalal tersenyum bahagia.

Jodha lalu berkata: “Satu hal yang pasti kita akan mengalami cobaan perang ini.  Hum sabkuch sambhala lenge. Jangan kau kuatir aku akan mengurus semua nya di istana. Aku akan memperbaiki masalah dengan Amijan. Ayo Shahenshah kini giliran mu makan anggurnya” Jodha menyuapkan anggur ke  mulut Jalal. Jalal menjawab: “Aku yakin kau bisa”. Jalal langsung membuka mulut dan menggigit jari Jodha. Heheheh Jalal membalas Jodha. Jodha kaget sambil ketawa-tawa: “Aduh! Apa yang kau lakukan Shahenshah? Jalal membalas cuek: “Ah aku hanya melakukan yang kau lakukan tadi” Mereka berdua pun tampak tertawa bahagia.

Cuplikan episode 490 Hamida murka kepada Jodha: “Aku tak setuju dengan mu!!!” Jodha: “Akan tetapi Amijan” Hamida tambah jutek: “Jangan kau sebut diri ku sebagai Amijan mu!!! Mulai sekarang kau tak boleh memanggil ku dengan amijan.   Kau harus menyebutkan Mariam Makani!!!” Jodha kecewa dan menangis sedih. Baca Selanjutnya Sinopsis Jodha Akbar Antv 490


Tags: Jodha Akbar, Sinopsis

Terima Kasih sudah Membaca Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 489. Please share...!

Blog, Updated at: 15:20