Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 484. Adegan dibuka dengan suasana Divan-i-Khas dimana Jalal sedang melangsungkan pertemuan dengan para Navaratna-nya (Dewan Menteri). Todar Mal, Mann Singh, Birbal, Rahim Khan-e-Khana, Shah Shah Murad dan Shahbuddin hadir disana. Abu Fazl melaporkan bahwa selain Turan maka ada beberapa kerajaan lainnya telah menyatakan dukungan bagi Jalal. Jalal kemudian bertanya kepada ayahnya Abu Fazl: “Sheikh Mubarak apakah surat yang ku minta telah kamu siapkan?” Sheikh Mubarak mengiyakan dan membacakan isinya: “Bahwa tidak ada suatu negara mana pun akan turut campur urusan dalam negeri negara lain. Hal-hal yang menyangkut agama dan hak-hak rakyat sebuah negara tak boleh diganggu gugat oleh negara lain. Demi kesejahteraan rakyat maka Shahenshah sebagai Raja dan Kepala Pemerintahan memiliki hak untuk menjatuhkan keputusan akhir hal yang menyangkut Kanun dan Farman. Bahwa semua akan tunduk atas keputusan yang diambil Raja. Shahenshah Surat Keputusan ini telah di setujui dan ditanda-tangani oleh semua Pemuka Agama dari semua lapisan, Islam, Hindu serta golongan agama lainnya.
Jalal kemudian berkata: “Aku ingin menunjukkan bahwa aku tidak dapat membiarkan campur tangan macam apapun yang menyangkut kesejahteraan rakyat ku. Sekarang sudah saatnya surat penolakan kita terhadap “suzerain” Shah Iran . Kita harus bersiap bertempur dengan mereka. Mirza Hakim telah siap dengan pasukannya diperbatasan. Kita akan menyerang Iran dan menunjukkan bahwa kita tak takut terhadap siapa pun kecuali Tuhan. Tidak lama lagi di malam awal tahun Shah Iran akan kehilangan segalanya.

Salim tampak berdiri di balkon istana memikirkan siapa lagi kalau bukan Anarkali. ia berkata pada diri sendiri bahwa dirirnya tak dapat berjumpa dengan orang yang di cintainya. Sementara Anarkali sedang berjalan di balkon seberang memandang kearah Salim. Anarkali berpikir bahwa dirinya tak mungkin menyatakan cintanya kepada Salim. Hal ini akan melanggar janjinya kepada Maan Bai. Anarkali melihat Salim dari kejauhan dan Salim melihat nya dari seberang sambil menunjuk kearah Anarkali. Anarkali lalu menundukkan kepalanya. Dia bersembunyi dibalik tiang. Salim berkata dalam hatinya bahwa dia akan ketempat ini lagi setiap hari agar bisa melihat Anarkali lagi. Sementara itu Shah Iran sedang duduk disinggasananya berbincang dengan para menterinya. Seseorang menyampaikan berita: “Yang Mulia aku mendapatkan kabar bahwa Akbar telah membentuk aliansi/sekutu untuk melawan Iran. Mata-mata juga melaporkan bahwa pasukan Mughal juga kelihatannya tengah bersiaga. Kemungkinan besar Akbar akan menyerang kita” Shah Iran menampik perkataan itu: “Akbar tidak mungkin berani menantang kita berperang. Jika ia berani pasti kemarin dia sudah menobatkan Salim jadi calon Raja. Layangkan surat kepada nya. Ancam dia agar tidak usah macam-macam dan berani membuat persekutuan dengan musuh-musuh Iran. Karena jika tidak maka dia akan merasakan akibatnya”.
Jalal sedang dibantu beberapa pelayan untuk melepas jubahnya ketika Jodha datang menghampiri. Jalal menyuruh pelayan pergi karena dia sendiri yang akan membatu Jalal. Tapi Jalal tampak pura-pura kaget melihat kedatangan Jodha. Jalal meledek istrinya itu: “Ada apa tiba-tiba kemari Jodha. Apakah kau perlu mengatakan sesuatu kepada ku? Kenapa kau diam saja?” Jodha cemberut dan tak berkata sepatah pun selama ia membantu Jalal melepas jubahnya. Akhirnya Jodha berkata: “Aku kesini bukan untuk berbicara dengan mu. Tak ada yang perlu dibacarakan!” Jodha pun beranjak akan pergi tapi Dupatanya (selendang) terasa ditarik dari belakang dan ia mengira itu pasti perbuatan usil Jalal. Jodha berbalik dan berkata: “Shahenshah Kya kare he ap? Shahensha apa yang kau lakukan?” Jalal: “Memangnya aku berbauat apa?” Jodha: ”Kenapa menahan ku disini” Jalal yang sedari tadi tak melakukan apapun tersenyum-senyum. Sambil bergerak menghadap Jodha Jalal berkata: “Aku tak berbuat apapun. Lihat ini aku dihadapan mu. Tangan ku tak menarik Dupata mu bukan? Lihat Dupata mu tersangkut diujung tempat tidur”. Jodha tersipu malu dan meminta maaf. Jalal lanjut mendapat kesempatan untuk meledek istrinya lagi: “Kau enak saja. Pertama-tama kau ngambek tak mau bicara. Lalu kau menyalahkan ku tanpa alasan” Jodha menjawab: “Ah aku kan tak tahu ternyata Dupata ku tersangkut”. Jalal belum selesai bicara: “Kau harus mendapat hukuman yang setimpal. Jika tidak, aku akan puasa bicara pada mu”. Jodha tak mau kalah meledek balik: “Thikey mat kijiye humse baat. Bailah kalau begitu tak usah bicara dengan ku. Hum nehi humse baat karenge. Aku juga tak akan bicara pada mu kalau begitu. Jare hei hum. Aku pergi dulu”. Jalal yang giliran kaget dan dengan gaya memelas ia berkata: “Are rukiye Jodha begum. Aduh tunggu dulu dong Jodha. Bukan begitu maksud ku tadi. Maafkan aku Jodha. Aku hanya bercanda tadi” Jodha awalnya tetap cemberut tetapi dia tak sanggup membuat Jalal sedih. Jodha malah menertawakan gaya bicara Jalal tadi. Jalal lalu lanjut berkata: “Ah kau malah membuat ku kesal. Sekarang aku yang tak mau bicara dengan mu” Jalal ngambek dan pergi duduk ditepi tempat tidurnya. Jodha menghampiri nya dan duduk disamping kiri Jalal dan menggoda Jalal yang sedang ngambek: “Suni’e. Dengarkan lah aku. Suni’e henna. Acha Ayo dengarkan aku ya. Bailah Baiklah kalau begitu maaf kan aku ya” Jalal pura-pura cuek bebek dan menengok kearah lain. Tetapi Jodha terus merayu Jalal: “Ayo dong bicara dengan ku” Tapi Jalal cuek. Lalu Jodha menggoda Jalal bahkan ia membelai janggutnya pun Jalal tetap ngambek dan buang muka. Jodha pindah duduk ke sisi lain dan Jalal pun menemuinya.
Tampak Jodha sedang mandi di Hamam (kolam mandi) dilayani oleh beberapa pelayan. Kemudian terlihat Jodha telah memakai bajunya dan duduk ditepi kolam sedang dirawat rambutnya. Tiba-tiba Jalal masuk dan menyuruh semua pelayan keluar diam-diam. Jalal mengambil alih menyisir rambut Jodha yang panjang terurai. Jodha merasa rambutnya tertarisk dan memarahi Moti Bai agar pelan-pelan jangan menarik rambutnya. Jalal berkata: ” Jaldi tum kare hei. Kau mau cepat-cepat ya? Jodha kaget dan berbalik cepat memandang nya lalu rambutnya yang basah mengenai wajah Jalal pun ikutan basah terciprat air. Jodha menunduk tersipu. Jodha: “Shahenshah kenapa kau menghampiri ku ke tempat mandi? Tak baik kau kesini di saat privasi ku” Jalal tersenyum dan terus memandangi istrinya itu: “Aku perlu menemui mu Jodha kebetulan kau sedang di Hamam (tempat mandi) tentunya aku kemari dong” Jalal semakin mendekati Jodha dan mencium rambut Jodha: “Hem dirimu wangi mu sedap sekali” Jalal merayu. Jodha cannggung dan berkata: “Tidak kah kau ada pekerjaan penting lainnya? Jalal terus merayu sambil menghirup wangi rambut Jodha: “Memang nya ku tak boleh menjumpai mu jika bukan urusan pekerjaan? Jodha semakin canggung dan tersipu malu. Ia bersusaha menghindar dan berkata: “Aku masih harus melakukan Pooja (ritual doa). Aku pamit pergi dahulu ya” Jalal tak henti memandangi istrinya itu dan menggoda: “Aise … hi kuch bula rehe ap. Oh begini jadinya?” Jodha: “Kya bula rahe? Ada apa?” Jalal kemudian seolah bergerak akan memeluk Jodha dan ternyata dia memegang Dupata nya Jodha dan mengenakannya di kepala Jodha. Mereka saling berpandangan. Jodha salah tingkah dan tersenyum malu. Jalal tak lepasnya memandangi wajah Jodha lau ia membelai rambut dan wajahnya. Dupata yang dipasangkan tadi malah terjatuh kebelakang dan Jalal terus membelai rambut Jodha mereka tak henti berpandangan . Jodha tersipu dan menunduk malu dan merebahkan kepalanya dalam pelukan Jalal. Jodha memperbaiki Dupatanya tapi terjatuh lagi kebelakang. Jodha menggoda suaminya dengan meciprat air kolam ke wajah Jalal lalu ia bergergas berdiri dan lari kepintu. Sebelum keluar Jodha berhenti di dekat tirai dan tersenyum menggoda kea rah Jalal. Jalal membersihkan bunga-bunga dari wjahnya dan membalas senyuman Jodha. Ia tetap duduk dan sekarang giliran Jalal yang menunduk tersipu malu dan siap pergi mengejarnya. So cute and romaric at the same time. Begitu lucu dan romantis pada saat yang sama.
Wanita suruhan Kwaja Muin tampak berjalan gelisah melalui sederatan pengawal istana. Saat yang sama Jalal terlihat berjalan di istana bersama beberapa menterinya. DIa kaget dan berhenti sejenak takut ketahuan Jalal. Mereka berpapasan dengan wanita suruhan Kwaja Muin tadi. Jalal menghentikannya dan bertanya apa yang dibawa olehnya? Wanita itu menjawab: “Shahenshah aku membawa hadiah yang khusus dari Assam untuk Malika-e-Hindustan. Jalal menyuruhnya membuka perlahan kain penutup dan terlihat shawl/selendang sutera yang indah penuh dihias sulaman benang mas dan batu permata. Jalal kemudian tidak curiga dan membiarkan wanita itu pergi.
Anarkali membuka hadiah yang dikirim Salim. Dan ia mengirim kan nya kembali. Pelayan membawa kembali ke Salim dan Salim m embaca suratnya. Kata Anarkali ia tak dapat menerimanya akan tetai aku memngerikan hadiah gelang Gunghroo ini karena aku ingat semasa kecil kau ingin mengambil Ghungroo milik ku. Aku tidak pernah mau memakai nya tapi aku harus karena aku sekarang seorang penari. Aku ingin kau mellihat gelang ini dan ingat bahwa kita tidak bisa saling berhubungan. Lupakan aku. Salim kaget dan berkata dirinya tak akan melupakan Anarkali.
Menteri Iran berbicang dengan beberapa perwakilan negara-negara sekutunya dan berkata: “Turki dan India telah bersekutu dan menjalin hubungan erat. Dan mereka bersiap menyerang Iran. Maka kita semua tidak akan tinggal diam. Kita akan menghancurkan mereka!!!”
Sementara itu di Agra Jalal sedang berbincang juga dengan para Navaratna nya (menteri): “Jika mereka sudah bersiap menyerang kita maka tentu kita tak akan tinggal diam. Sudah saatnya kita memberi pelajaran kepada Iran. Kita akan melawannya dengan seorang Raja Muslim baru di Turki. Di saat yang sama di Iran sang Menteri Iran berorasi dengan negara-negara sekutunya: “Kita akan pertunjukkan kekuatan perang kita!!” Salah satu utusan negara lain berteriak: “Biarkan Shahenshah Jalaluddin merasakan kehebatan serangan kita!!!”
Jodha, Salima dan Ruqaiya sedang duduk berbicang. Salima berkata bahwa Salim masih marah kepada kita semua. Salima lanjut berkata bahwa mudah-mudahan semua cepat terselesaikan. Ruqaiya yang sedari tadi berdiri monad-mandir berkata dalam hati semua masalah ini tak akan berakhir jika Jodha tidak pindah agama. Lalu tiba-tiba wanita suruhan Kwaja Muin tiba dipintu luar kamar Jodha. Ia tampak argu mau masuk. Moti Bai keburu melihatnya dan bertanya apa yang dibawa? ia menjelaskan dan memperlihatkan sejenak isi nampan tesebut. Moti Bai tadinya akan membawa masuk nampan itu tapi ditolak. Pelayan itu mengaku hadiah ini dari Hamida Mariam Makani khusus untuk Jodha Malika Hindustan. Dia dipesan agar langsung memberikan kepada Jodha dan bukan orang lain. Moti Bai menemani nya masuk. Moti Bai memberitahu Jodha bahwa pelayan ini di beritugas khusus oleh Hamida untuk bertemu Jodha membawa hahdiah. Jodha mempersilahkan ia mendekat dan baru saja hendak menyentuh kain yang indah itu. Ruqaiya yang selalu sirik langsung berdecak dan mengutarakan kekagumannya kan keindahan selendang itu (shawl) itu. Ruks: “Ya Tuhan indahnya karya sulaman dan permata yang menghiasnya. Pasti tak ada duanya” Jodha memperhatikan bahwa Ruks suka sekali dan jatuh cinta melihat shawl itu. Ruks tampak “drooling” alias hampir meneteskan air liur memadangnya. Tidak tega melihatnya Jodha menawarkan shawl ini untuk Ruqaiya saja. Awal nya Ruks malu karena katanya itu hadiah dari Amijan khusus untuk Jodha. Jodha meyakinkan tak mengapa: “Bukankah ini sudah milik ku dan aku boleh saja memberikannya lagi kepada mu?” Si wanita tadi sedari tadi tampak ketakutan dan kaget kaget karena shawl itu malah diberikan ke Ruks. Jodha menyuruh Moti Bai membawa nampan itu ke kamar Ruks. Si Wanita itu kemudian pergi tai ditengah jalan ia di stop petugas dapur dan diminta ikut membawa nampan makan ke kamar Shah Shah Murad. Si Wanita tadi tampak takut ketahuan jika dia lebih lama lagi berada di istana.
Ruqaiya kembali ke kamarnya dan berkata kepada Hoshiyar: “Kenapa juga ya semua orang mencintai Jodha?” Hoshiyar tampak ragu-ragu menjawab: “Aku tak berani menjawab Ruqaiya Begum. Setiap jawaban ku membuat mu marah dan kau pasti akan memukul ku apa pun jawaban ku itu. Ruks tertawa dgn ciri khas “evil” nya itu: “Selendang itu adalah milik ku sekarang. Panggilkan pelayan dan suruh dia mengambil selendang itu dan bantu aku mengenakannya agar tampak cantik!!!”
Hamida sedang duduk bersama Gulbadan Ia tampak kuatir hubungan Iran dengan mereka akan hancur berantakan. Padahal di akan menikahkan Shehzadi (Putri) Khanum di Iran. Salima datang menghampiri dan berkata bahwa Jodha yang akan berbicara dengan Murad. Jodha akan berusaha menjelaskan semua. Hamida: “Aku telah melihat selendangyang kau berikan untuk Jodha indah sekali. Sampai-sampai Ruqaiya jatuh cinta dan Jodha memberikan kepada nya” Hamida terheran dan menjawab: “Selendang? Aku tidak memberikan selendang kepada Jodha? Salima kaget dan berkata aduh bahaya kalau begitu. Pasti ada yang tidak beres dengan selendang itu. Salima pun lalri bergegas mau ke kamar Ruks. Sementara itu di kamar Ruqaiya berkata: “Ayo cepat pelayan ambil kan selendang tadi dan pakaiakan di badan ku” Pelayan berjalan mau mengambil selendang/shalw tadi.
Cuplikan episode 485 Hamida tampak berbicara serius dibalik tirai dengan serombongan utusan Iran. Hamida: “Aku tak ingin hubungan baik ini hancur dalam sekejap. Aku masih menghargai semua bantuan Iran di masa lalu. Aku akan berbicara lagi dengan Jalal. Aku tak inginkan hubungan ini hancur berantakan. Di sisi lain di istana tampak Jalal sedang memperbincangkan strategi perang sambil memperhatikan peta. Hadir disana semua Navaratnas (menteri)
Baca Selanjutnya
Sinopsis Jodha Akbar Antv Episode 485