Cerita Shakuntala Antv Episode 39. Tayang 21 Maret 2015. Shakuntala setelah selesai dandan di depan kaca, melanjutkan kesibukannya merangkai bunga ungu untuk dijadikan kalung. Karan datang menemuinya, menanyakan kesiapannya. Shakuntala memperlihatkan wajah sedih karena kalungnya belum selesai.
Karan menawarkan diri membantu, Shakuntala menolaknya. Shakuntala justru menceritakan kegelisahannya, Karan menatapnya dengan tatap sayang penuh cinta, yang hanya diketahui oleh orang yang memperhatikannya dan mengenalnya dengan baik. Shakuntala sendiri tak menyadari kalau Karan menyayanginya melebihi seorang teman.
Shakuntala meminta Karan menunggu, kemudian sibuk merangkai bunga untuk kalungnya. Karan mau bersuara, ketika Anhusuya masuk, Karan mengurungkan niatnya. Anhusuya menanyakan kesiapan perjalanan mereka. Shakuntala memperlihatkan kalungnya yang sudah jadi. Karan dan Anhusuya tersenyum melihatnya.
Karan menawarkan diri membantu, Shakuntala menolaknya. Shakuntala justru menceritakan kegelisahannya, Karan menatapnya dengan tatap sayang penuh cinta, yang hanya diketahui oleh orang yang memperhatikannya dan mengenalnya dengan baik. Shakuntala sendiri tak menyadari kalau Karan menyayanginya melebihi seorang teman.
Shakuntala meminta Karan menunggu, kemudian sibuk merangkai bunga untuk kalungnya. Karan mau bersuara, ketika Anhusuya masuk, Karan mengurungkan niatnya. Anhusuya menanyakan kesiapan perjalanan mereka. Shakuntala memperlihatkan kalungnya yang sudah jadi. Karan dan Anhusuya tersenyum melihatnya.
Sementara di tendanya, Dushyant masih tertidur pulas.
Gauri sudah kembali ke gubuk membawa segentong air dan beberapa buah. Veer sudah bisa duduk bersandar di dinding gubuk. Gauri terlihat sangat lelah, duduk bersimpuh di hadapan Veer.
Veer sangat kaget melihat luka di kaki Gauri yang semakin parah. Gauri bilang dia tak apa-apa, jangan terlalu dicemaskan. dia menyuruh Veer minum. Veer tak mau, bahwa tanggung jawabnya atas keselamatan Gauri jauh lebih penting dibanding dirinya sendiri, lagian dia merasa sudah cukup istirahat.
Veer bangkit dan menyalakan api ditungku yang ada disitu, mulai memasak air. Gauri memperhatikan yang dilakukan Veer dari tempatnya duduk. Setelah air mendidih, Veer membawanya ke Gauri dan meminta Gauri merendam kakinya di air tersebut. Setelah selesai, Gauri mengatakan Veer tak perlu kuatir lagi.
Gauri menyandarkan punggungnya ke dinding pondok, melepas lelah dan penat. Terlihat bahwa hal itu adalah pekerjaan terberat pertama yang dilakukan dalam hidupnya sebagai seorang putri kerajaan. Gauri tertidur. Veer menatap wajah Gauri yang pulas, melepaskan kain yang sebelumnya menyelimuti tubuhnya, menyelimuti Gauri dengan sangat hati-hati.
Shakuntala dan teman-temannya sudah melakukan perjalanan menuju kuil. Pryamvada dan Anhusuya asyik berjalan sambil bercengkrama, mereka akan membuat perjalanan ini menjadi berkesan, tak perlu terburu-buru, Panglima Aditya pasti akan menunggu. Mereka lalu meminta pendapat Shakuntala yang sedang melamun. Shakuntala ga setuju. Temannya terlihat kaget, kemudian tersenyum saling pandang.
Shakuntala memburu langkah Karan yang berjalan di depan. Karan melihat wajah Shakuntala yang terlihat seperti tak sabar menemui seseorang. dia menatapnya, dan rela melakukan apa saja agar wajah di depannya itu tak pernah tersaput mendung. Karan mendukung pendapat Shakuntala. Shakuntala lalu berjalan sambil tersenyum riang.
Di tendanya, Dushyant sempat membuka matanya, tapi dia merasa kepalanya pusing. Akhirnya tertidur lagi.
Shakuntala berjalan dengan riang. Karan meliriknya. Pryamvada dan Anhusuya asyik bercengkrama. Shakuntala melihat ke belakang, “kenapa kalian berjalannya lambat sekali, nanti kita terlambat”. Anhusuya memberi komentar, “lihat, dia ingin buru-buru bertemu Panglima Aditya. Padahal dia menunggu disana”. Shakuntala menunduk. Karan memperhatikannya.
Pryamvada malah menggoda,”kenapa buru-buru Shakuntala, kuilnya kan tak akan lari”. Pryamvada mengedip Anhusuya, mereka tertawa berdua. Shakuntala memberi alasan, “iya, tapi kita akan tertinggal air suci. Karena itulah, aku minta kalian jalannya lebih cepat”. Dua temannya hanya saling lirik sambil senyum-senyum.
Gauri sudah kembali ke gubuk membawa segentong air dan beberapa buah. Veer sudah bisa duduk bersandar di dinding gubuk. Gauri terlihat sangat lelah, duduk bersimpuh di hadapan Veer.
Veer sangat kaget melihat luka di kaki Gauri yang semakin parah. Gauri bilang dia tak apa-apa, jangan terlalu dicemaskan. dia menyuruh Veer minum. Veer tak mau, bahwa tanggung jawabnya atas keselamatan Gauri jauh lebih penting dibanding dirinya sendiri, lagian dia merasa sudah cukup istirahat.
Veer bangkit dan menyalakan api ditungku yang ada disitu, mulai memasak air. Gauri memperhatikan yang dilakukan Veer dari tempatnya duduk. Setelah air mendidih, Veer membawanya ke Gauri dan meminta Gauri merendam kakinya di air tersebut. Setelah selesai, Gauri mengatakan Veer tak perlu kuatir lagi.
Gauri menyandarkan punggungnya ke dinding pondok, melepas lelah dan penat. Terlihat bahwa hal itu adalah pekerjaan terberat pertama yang dilakukan dalam hidupnya sebagai seorang putri kerajaan. Gauri tertidur. Veer menatap wajah Gauri yang pulas, melepaskan kain yang sebelumnya menyelimuti tubuhnya, menyelimuti Gauri dengan sangat hati-hati.
Shakuntala dan teman-temannya sudah melakukan perjalanan menuju kuil. Pryamvada dan Anhusuya asyik berjalan sambil bercengkrama, mereka akan membuat perjalanan ini menjadi berkesan, tak perlu terburu-buru, Panglima Aditya pasti akan menunggu. Mereka lalu meminta pendapat Shakuntala yang sedang melamun. Shakuntala ga setuju. Temannya terlihat kaget, kemudian tersenyum saling pandang.
Shakuntala memburu langkah Karan yang berjalan di depan. Karan melihat wajah Shakuntala yang terlihat seperti tak sabar menemui seseorang. dia menatapnya, dan rela melakukan apa saja agar wajah di depannya itu tak pernah tersaput mendung. Karan mendukung pendapat Shakuntala. Shakuntala lalu berjalan sambil tersenyum riang.
Di tendanya, Dushyant sempat membuka matanya, tapi dia merasa kepalanya pusing. Akhirnya tertidur lagi.
Shakuntala berjalan dengan riang. Karan meliriknya. Pryamvada dan Anhusuya asyik bercengkrama. Shakuntala melihat ke belakang, “kenapa kalian berjalannya lambat sekali, nanti kita terlambat”. Anhusuya memberi komentar, “lihat, dia ingin buru-buru bertemu Panglima Aditya. Padahal dia menunggu disana”. Shakuntala menunduk. Karan memperhatikannya.
Pryamvada malah menggoda,”kenapa buru-buru Shakuntala, kuilnya kan tak akan lari”. Pryamvada mengedip Anhusuya, mereka tertawa berdua. Shakuntala memberi alasan, “iya, tapi kita akan tertinggal air suci. Karena itulah, aku minta kalian jalannya lebih cepat”. Dua temannya hanya saling lirik sambil senyum-senyum.
