Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 436. Para penari telah memasuki tempat pesta perayaan ulang tahun pernikahan Jodha dan Jalal, Anarkali menari dengan menutupi wajahnya dengan dupattanya yang berwarna pink, semua yang hadir disana menyukai tariannya, tak lama kemudian Anarkali membuka cadarnya, Salim langsung terkejut begitu melihat kalau yang menari
ditengah itu adalah Anarkali, selain Salim ternyata Maan Bai juga ikut terkejut melihat Anarkali juga Murad dan Jodha, Jodha teringat ketika ia bertemu dengan Anarkali di Dargah “Apa yang ia lakukan disini ?” Jodha bertanya dalam hati, sedangkan Maan Bai mengira apa yang dilakukan Anarkali disana adalah sebagai penari, Murad yang penasaran dengan Anarkali mencoba mencari tau ke Salim “Salim, bagaimana bisa ia menjadi penari ?”, “Itulah kenyataannya, itulah ia yang sebenarnya, ia adalah penari”, sementara itu Jodha mendekat kearah Jalal dan berbisik “Yang Mulia, kelihatannya ia ini anak yang lugu meskipun ia ini seorang penari” semua orang menggunjing soal Anarkali namun Anarkali terus melanjutkan tariannya, hingga kakinya mulai berdarah, setelah tariannya berakhir semua orang memuji tariannya. “Kamu mempunyai bakat yang bagus” Jalal memuji performa Anarkali kemudian memberikannya koin emas untuk Anarkali,
ditengah itu adalah Anarkali, selain Salim ternyata Maan Bai juga ikut terkejut melihat Anarkali juga Murad dan Jodha, Jodha teringat ketika ia bertemu dengan Anarkali di Dargah “Apa yang ia lakukan disini ?” Jodha bertanya dalam hati, sedangkan Maan Bai mengira apa yang dilakukan Anarkali disana adalah sebagai penari, Murad yang penasaran dengan Anarkali mencoba mencari tau ke Salim “Salim, bagaimana bisa ia menjadi penari ?”, “Itulah kenyataannya, itulah ia yang sebenarnya, ia adalah penari”, sementara itu Jodha mendekat kearah Jalal dan berbisik “Yang Mulia, kelihatannya ia ini anak yang lugu meskipun ia ini seorang penari” semua orang menggunjing soal Anarkali namun Anarkali terus melanjutkan tariannya, hingga kakinya mulai berdarah, setelah tariannya berakhir semua orang memuji tariannya. “Kamu mempunyai bakat yang bagus” Jalal memuji performa Anarkali kemudian memberikannya koin emas untuk Anarkali,
Salim sangat marah melihat hal ini “Aku memberimu julukan sebagai penari kerajaan” Anarkali sangat berterima kasih ke Jalal “Doa adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita, jika kamu bahagia dengan sebutan tersebut maka doakanlah Ratu Jodha, aku perhatikan kakimu terluka tapi kamu tak menghiraukannya dan terus menari sama seperti seorang ksatria dimedan pertempuran yang tak akan melarikan diri meskipun sedang terluka, kamu memiliki bakat itu dalam menari, itu bagus ! dan hari ini adalah hari yang sangat istimewa, aku punya satu pengumuman” semua orang yang hadir disana penasaran dengan pengumuman apa yang akan diberitahukan oleh Jalal “Amer dan aku mempunyai hubungan yang sangat kuat, sekaranglah saatnya untuk membuat satu hubungan lagi dengan Amer, aku ingin menikahkan Salim dengan Maan Bai” Anarkali langsung terkejut begitu mendengar pengumumman Jalal begitu pula Salim, sementara yang hadir disana memberikan selamat untuk mereka, Maan Bai sendiri tampak tersipu malu “Secepat mungkin hubungan ini akan disegera diwujudkan dan kamu bersiaplah untuk menari pada acara tersebut” Anarkali hanya bisa mengangguk lemah dan berlalu dari sana, ditempat duduk para ratu tampak Rukayah tersenyum senang “Jalal telah bermain catur denganku rupanya tapi kamu tak tau bagaimana hubungan permainan ini, akulah Ratu yang sebenarnya bukan Jodha” bathin Rukayah dalam hati, sementara itu Salim langsung bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu, Rukayah tersenyum sinis melihatnya sedangkan Jodha memandangnya dengan sedih. Dua penari yang bersama dengan Anarkali tadi bersiap hendak meninggalkan pesta “Tadi itu merupakan pesta perayaan yang sangat bagus dan mewah yaa” tepat pada saat itu mereka bertemu dengan Haidar, salah satu dari penari itu mengenali Haidar dan mengingat bagaimana ia membawa Haidar kesebuah kamar dan melayaninya sebaik mungkin sebagai tamunya, benar benar moment yang romantis pada saat itu, kemudian si penari itu berbisik ketemannya “Lihat, bukankah itu pria yang datang ketempat kita dulu ?” Haidar langsung mengajaknya untuk masuk kedalam kamarnya, sang penaripun tak menolak, ia sudah membayangkan akan melakukan adegan romantis lagi bersama Haidar, ketika mereka sudah masuk ke dalam kamar Haidar “Apa yang kamu bilang ke teman penarimu tadi ? Aku tak suka dengan apa yang kalian bicarakan !” tiba tiba Haidar menarik rambut sang penari “Sekarang aku akan menutup mulutmu !” tak lama kemudian Haidar mengeluarkan jarum dan benang kemudian mulai menjahit bibir sang penari dengan jarum dan benang tersebut “Ini akan menjadi masalah kalau kamu membuka mulutmu, biasanya kebanyakan orang langsung membunuh orang seperti kamu akan tetapi aku punya hukuman yang berbeda, kamu akan selalu mengingat bahwa seharusnya kamu tak membuka mulutmu !” kemudian Haidar menutupkan dupatta sang penari untuk menutupi mulutnya, sang penari hanya bisa pasrah sambil menangis ketakutan, sementara Haidar dengan tenang membasuh jarum dan tangannya yang bersimbah darah sang penari “Aku suka dengan bakatmu” kemudian Haidar mengeluarkan sekantong emas “Sekarang pergilah ! dan ambil ini !” sang penari langsung mengambil sekantong emas itu dan berlari meninggalkan kamar Haidar, Haidar tertawa terbahak bahak.
Keesokan harinya, Anarkali kembali ketempat ibunya berada dengan membawa hadiah koin emas pemberian Jalal semalam, “Ibu aku telah membawa uang, sekarang kita akan mengobati ayah, kita akan membawakan obat obatan untuknya” namun ibunya hanya diam saja kemudian menangis kencang “Ibu, ada apa ? Apa yang terjadi ?” namun ibunya terus menangis, Anarkali langsung curiga kemudian mendekati ayahnya yang terbaring didalam gerobak, di panggilnya ayahnya berulang kali sambil menunjukkan koin emas yang dibawanya namun ayahnya hanya diam saja tak bergeming, Anarkali baru menyadari kalau ayahnya telah meninggal, koin emas yang dibawanya langsung jatuh berhamburan ketanah “Ayah bangun, Ayah ! Aku telah membawakan uang untukmu, lihat ini uangnya ayah” Anarkali mengambil beberapa koin emas tadi “Bangun ayah ! Buka matamu !” ibunya mendekatinya “Ayahmu tak akan bangun lagi selamanya, Nadira”, “Bawalah kami juga ayah ! Kami tak bisa hidup tanpa kamu, ayah ...” Anarkali menangis sejadi jadinya.
Didalam istana Mughal, Jalal sedang berdiskusi dengan Maan Sigh dan Birbal “Peranglah satu satunya cara, Yang Mulia ... mereka tak membalas surat surat yang sudah kita kirimkan, mereka tak ingin menyelesaikan masalah ini” Maan Sigh berusaha meyakinkan Jalal “Mirza mencoba mengambil keuntungan dari perasaan sayangku kepadanya” , “Kita bisa saja menangkapnya dan membuatnya untuk berbicara dengan anda, Yang Mulia” kali ini Birbal yang angkat bicara “Aku akan pergi sendiri menemuinya dan mencoba mengajaknya berbicara, tolong persiapkan perjalananku” pinta Jalal sedih.
Sementara itu ditempat Anarkali, orang orang pada berkerumun disana menyumpahi jenazah Rashid “Baguslah ! Akhirnya si pengkhianat Rashid itu mati !”, “Tapi bagaimanapun juga ia seharusnya tetap mendapatkan penguburan yang layak” Zil Bahar memohon kemurahan hati mereka akan tetapi orang orang itu tetap bersikeras tak mau menerima jenazah Rashid “Dia tak pantas untuk dikubur disini !” kemudian orang orang itu pergi meninggalkan Anarkali dan ibunya, Anarkali dan Zil Bahar hanya bisa menangis “Lalu siapa yang akan mengubur ayahmu, Nadira ? Siapa yang akan memberikan bantuan untuk jenazah ayahmu ?” Anarkali langsung mengambil inisiatif “Anak perempuannya, ibu !” Anarkali langsung memegang gerobak yang berisi jenazah ayahnya dan hendak menariknya “Ayah selalu memberikan bantuannya untukku jadi mengapa aku tak memberikan bantuan untuk jenazah ayah” Anarkali bersiap siap hendak menarik gerobak tersebut bersama ibunya.
Dipintu gerbang kerajaan Mughal tampak ada dua orang asing yang kelihatannya mereka sangat mencurigakan, mereka baru saja lolos memasuki gerbang kerajaan Mughal.
Sementara itu malam itu, Jodha sedang termenung di teras yang terletak ditengah taman istana, tak lama kemudian Jalal menemuinya “Ratu Jodha, aku harus pergi kesuatu tempat”, “Kamu mau pergi kemana, Yang Mulia ?”, “Ada tugas penting yang harus segera aku selesaikan, aku sudah meminta Bhagwandas untuk menunda pertunangan Salim dan Maan Bai sampai aku kembali” Jodha merasa sedih dengan kepergian Jalal “Apakah tak bisa orang lain saja, bukan kamu ?”, “Aku telah menyuruh seseorang akan tetapi aku juga harus pergi karena ini sangat penting”, “Baiklah kalau begitu aku akan melakukan ritual aarti buat kamu” kemudian Jodha melakukan ritual aarti untuk memberikan doa dan keselamatan untuk suaminya, sementara sambil terus memandangi Jodha yang sedang melakukan ritual aarti, dalam hati Jalal berkata “Aku tak akan menghukum Mirza tapi aku akan mengajaknya berbicara akan tetapi aku tak bisa menceritakan hal ini padamu, Jodha” setelah selesai kemudian Jalal berpamitan dan meninggalkan Jodha, sepeninggal Jalal, Jodha berkata dalam hati “Mungkin memang lebih baik kalau pertunangan Salim dan Maan Bai ditunda dulu, sekarang aku akan mencoba mencari tau siapa sebenarnya yang ada di hati Salim” .BACA SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 437
Keesokan harinya, Anarkali kembali ketempat ibunya berada dengan membawa hadiah koin emas pemberian Jalal semalam, “Ibu aku telah membawa uang, sekarang kita akan mengobati ayah, kita akan membawakan obat obatan untuknya” namun ibunya hanya diam saja kemudian menangis kencang “Ibu, ada apa ? Apa yang terjadi ?” namun ibunya terus menangis, Anarkali langsung curiga kemudian mendekati ayahnya yang terbaring didalam gerobak, di panggilnya ayahnya berulang kali sambil menunjukkan koin emas yang dibawanya namun ayahnya hanya diam saja tak bergeming, Anarkali baru menyadari kalau ayahnya telah meninggal, koin emas yang dibawanya langsung jatuh berhamburan ketanah “Ayah bangun, Ayah ! Aku telah membawakan uang untukmu, lihat ini uangnya ayah” Anarkali mengambil beberapa koin emas tadi “Bangun ayah ! Buka matamu !” ibunya mendekatinya “Ayahmu tak akan bangun lagi selamanya, Nadira”, “Bawalah kami juga ayah ! Kami tak bisa hidup tanpa kamu, ayah ...” Anarkali menangis sejadi jadinya.
Didalam istana Mughal, Jalal sedang berdiskusi dengan Maan Sigh dan Birbal “Peranglah satu satunya cara, Yang Mulia ... mereka tak membalas surat surat yang sudah kita kirimkan, mereka tak ingin menyelesaikan masalah ini” Maan Sigh berusaha meyakinkan Jalal “Mirza mencoba mengambil keuntungan dari perasaan sayangku kepadanya” , “Kita bisa saja menangkapnya dan membuatnya untuk berbicara dengan anda, Yang Mulia” kali ini Birbal yang angkat bicara “Aku akan pergi sendiri menemuinya dan mencoba mengajaknya berbicara, tolong persiapkan perjalananku” pinta Jalal sedih.
Sementara itu ditempat Anarkali, orang orang pada berkerumun disana menyumpahi jenazah Rashid “Baguslah ! Akhirnya si pengkhianat Rashid itu mati !”, “Tapi bagaimanapun juga ia seharusnya tetap mendapatkan penguburan yang layak” Zil Bahar memohon kemurahan hati mereka akan tetapi orang orang itu tetap bersikeras tak mau menerima jenazah Rashid “Dia tak pantas untuk dikubur disini !” kemudian orang orang itu pergi meninggalkan Anarkali dan ibunya, Anarkali dan Zil Bahar hanya bisa menangis “Lalu siapa yang akan mengubur ayahmu, Nadira ? Siapa yang akan memberikan bantuan untuk jenazah ayahmu ?” Anarkali langsung mengambil inisiatif “Anak perempuannya, ibu !” Anarkali langsung memegang gerobak yang berisi jenazah ayahnya dan hendak menariknya “Ayah selalu memberikan bantuannya untukku jadi mengapa aku tak memberikan bantuan untuk jenazah ayah” Anarkali bersiap siap hendak menarik gerobak tersebut bersama ibunya.
Dipintu gerbang kerajaan Mughal tampak ada dua orang asing yang kelihatannya mereka sangat mencurigakan, mereka baru saja lolos memasuki gerbang kerajaan Mughal.
Sementara itu malam itu, Jodha sedang termenung di teras yang terletak ditengah taman istana, tak lama kemudian Jalal menemuinya “Ratu Jodha, aku harus pergi kesuatu tempat”, “Kamu mau pergi kemana, Yang Mulia ?”, “Ada tugas penting yang harus segera aku selesaikan, aku sudah meminta Bhagwandas untuk menunda pertunangan Salim dan Maan Bai sampai aku kembali” Jodha merasa sedih dengan kepergian Jalal “Apakah tak bisa orang lain saja, bukan kamu ?”, “Aku telah menyuruh seseorang akan tetapi aku juga harus pergi karena ini sangat penting”, “Baiklah kalau begitu aku akan melakukan ritual aarti buat kamu” kemudian Jodha melakukan ritual aarti untuk memberikan doa dan keselamatan untuk suaminya, sementara sambil terus memandangi Jodha yang sedang melakukan ritual aarti, dalam hati Jalal berkata “Aku tak akan menghukum Mirza tapi aku akan mengajaknya berbicara akan tetapi aku tak bisa menceritakan hal ini padamu, Jodha” setelah selesai kemudian Jalal berpamitan dan meninggalkan Jodha, sepeninggal Jalal, Jodha berkata dalam hati “Mungkin memang lebih baik kalau pertunangan Salim dan Maan Bai ditunda dulu, sekarang aku akan mencoba mencari tau siapa sebenarnya yang ada di hati Salim” .BACA SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 437