Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 185. Jodha dan Moti melewati pasar agra setelah kembali dari kuil. Jodha berkata kalau tempat ini sangat ramai dan jauh dari ketenangan. Moti menyahut, "tentu saja, inikan pasar, jadi banyak sekali orang." Tiba-tiba Jodha melihat serombongan budak kehausan dan meminta air. Beberapa diantara mereka adalah manula. Kondisinya sangat mengenaskan. Beberapa manula bahkan ada yang terjatuh saking lemahnya. Jodha segera mendekati rombongan itu, tapi penjaga menahannya. Jodha berkata kalau ia hanya ingin memberikan air pada mereka. Penjaga bekata kalau mereka akan di penjara lalu di jual. Jodha protes, "kau pikir mereka itu binatang? Mereka adalah manusia." Tapi si penjaga gak beranjak juga. Akhirnya Jodha mengancam, "apa kamu berani mencegah seorang ratu?" Penjaga itu akhirnya memberi Jodha jalan. Jodha melangkah ke rombongan budak itu dan menuangkan air ke tangan mereka. Para budak itu dengan segera meminum air itu seperti sangat-sangat kehausan. Satu persatu para budak itu mengucapkan terima kasih dan mendoakan Jodha. Mereka mengatakan kalau sudah tiga hari gak makan dan sangat lapar. Jodha memerintahkan penjaga agar memberi makan mereka dulu sebelum membawa mereka kemana saja. Penjaga menyahut kalau perintah Jodha akan di laksanakan. Rombongan budak itu kemudian melanjutkan perjalanannya di iringi tatapan prihatin Jodha. Moti mengajak Jodha pergi, "yang mulia tak akan suka kalau tau kamu bicara dengan para budak ini." Jodha berdiam diri cukup lama, seperti memikirkan sesuatu. Lalu ia beranjak mendekati tandunya. Saat akan masuk kedalam tandu, Jodha melihat anak kecil dengan ketakutan duduk di tandu itu. Jodha terpana. Penjaga bertanya, "ada apa, Ratu Jodha? Apa ada masalah?" Anak itu memohon agar Jodha gak mengatakan apa-apa tentangnya. Jodha menjawab kalau gak ada apa-apa dan semuanya baik-baik saja. Setelah itu ia segera masuk ketandunya.
Didalam tandu, Jodha memberikan prasad pada anak itu yang memakannya dengan lahap. Jodha menanyakan namanya. Anak itu menjawab, "babu." Jodha bertanya lagi, "bagaimana kamu bisa ada di sini?" Babu memeritahu Jodha kalau penjaga membawanya, tapi ia merlarikan diri. Jodha menanyakan orang tuanya. Babu berkata kalau ibunya sudah di jual kepada seorang tuan tanah, tapi mereka gak menjual dirinya. Sehingga ia dan ibunya terpisah. Jodha kasihan memlihatnya, dengan penuh kasih ia mengelus kepala babu.
Sampai di istana, Jodha membawa babu kekamarnya dan menyuapinya makan. Moti memberitahu Jodha kalau apa yang di lakukannya bertentangan dengan peraturan harem. Jodha berkata kalau ia tahu, tapi bagaimana dengan hak anak itu sebagai manusia?, "dia masih anak-anak, gak seharusnya ia mengalami hal ini. Bagaimana bisa saya membiarkannya?" Jodha berkata kalau ia akan merawat anak itu supaya gak menderita lagi. Moti berkata, itulah yang ia sukai dari Jodha, "kau baik dan gak pandang bulu. Ratu Ruksar masuk kekamar Jodha. ia terkejut tapi senang melihat babu. Ruksar berkata, "ya Allah, siapakah anak ini?" Moti menjelaskan pada Ruksar siapa babu sebenarnya. Jodha menyuruh Babu makan yang banyak, supaya gak lapar. Degan semangat, jodha memberitahu Ruksar kalau babu terpisah dari ibunya, "menurutmu, apa saya bisa membiarkannya sendirian?" Ruksar mengatakan, "itulah mengapa saya ingin kamu memimpin harem ini, Ratu Jodha. kamu memiliki hati yang baik, layak untuk jadi seorang pemimpin." Jodha menggeleng dan berkata, "tidak ratu Ruksar. saya gak akan terlibat di dalam urusan harem. saya gak mengerti tentang hal itu."
Ruksar mengatakan kalau Ruqaiya gak cocok memimpin harem. Jodha membela Ruq dengan mengatakan kalau ia adalah permaisuri utama, karena itu ia memimpin harem ini. Ruksar gak percaya dengan apa yang di katakan Jodha, "begitukah? gak benar, Ratu. Itu gak benar. ia gak cocok memimpin harem ini. Semua orang tau kalau kamu lebih baik dari drinya. kamu gak tau apa yang terjadi di sini selama bertahun-tahun. Apa kamu ingin melihatnya?" Jodha menatap Ruksar dengan tatapan ingin tau, setelah berpikir lama ia memutuskan menerima ajakan Ruksar.
Ruksar membawa Jodha menemui pelayan yang di perlakukan secara brutal. Dimana saat sakitpun mereka harus tetap bekerja. Ruksar menyakinkan Jodha, "kalau kamu gak mau memimpin harem, kejadian ini akan terus berlangsung." Jodha bertanya, "apa Ratu Ruqaiya tau tentang hal ini?" Dengan cepat Ruksar menjawab, "tentu saja tahu. Tapi ia tak peduli dengan semua ini. Karena mereka semua hanyalah pelayan di sini. Karena itu mereka di paksa bekerja dengan keras. Pelayan-pelayan ini adalah tawanan perang. Mau gak mau mereka harus menuruti paraturan yang di buat ratu Ruqaiya." Jodha gak habis pikir, kenapa hal seperti ini bisa terjadi, "bukankah seharusnya mereka di perlakukan seperti layaknya manusia?" Ruksar setuju, "tapi sayangnya gak seperti itu, Ratu Jodha. Di harem ini mereka semua adalah budak."
Jodha dengan menyesal berkata, "tapi saya gak ingin bermasalah dengan siapapun. saya ingin hidup damai." Ruksar menjelaskan kalau sampai Joda gak bertindak, selamanya Ruqaiya akan berbuat sesuka hatinya. Tanpa ada yang bisa menghentikannya kecuali kaisar. Dengan memohon Ruksar berkata, "Ratu Jodha, tolonglah pikirkan mereka. Jangan biarkan mereka menderita." Jodha terdiam. Ruksar berharap Jodha mau memikirkan apa yang di katakannya dan apa yang telah di lihatnya. Ruksar kemudian meninggalkan Jodha di tempat itu.
Malamnya, Jodha berdiri di depan timbangan besar. ia bepikir, "apakah yang sekarang saya hadapi ini? Ada banyak orang yang menderita, saya gak tega melihat mereka seperti itu. Tapi mengapa Ratu Rqaiya tega bersikap seperti itu? Apa yang harus saya lakukan?" Tiba-tiba Jodha mendengar tawa Ruqaiya. Jodha mengangkat wajahnya, ia melihat dirinya dan ruqaiya duduk di papan timbangan. Ruqaiya tertawa terbahak-bahak dan berkata, "kau bukan apa-apa, Ratu Jodha. Bukan apa-apa. saya adalah ratu utama dan harem milikku. Dan selamanya menjadi milikku." Bayangan Ruq tertawa terbahak-bahak lalu lenyap. Jodha tersentak. Lalu muncul bayangan perempuan tua kehausan tadi dan babu yang masing-masing juga duduk di papan timbangan. Wanita itu meminta tolong pada Jodha agar di beri air. Babupun meminta jodha agar menolong ibunya dan mempertemukan dirinya dengan sang ibu, karena babu sangat merindukannya. Jodha terlihat binggung dan tegang. Seperti kemunculannya, dengan tiba-tiba bayangan itu juga lenyap. Jodha menatap kedua sisi timbangan dengan binggung dan berkata dalam hati, "oh Ambe Ma, apa yang haru saya lakukan? Apa yang bisa saya lakukan?"
Jalal menghampiri Jodha dan berdiri di sampingnya. Jalal berkata, "aku selalu datang ke sini. ~Jodha dengan kaget menatapnya~ Ketika saya mengalami masalah dan membutuhkan sebuah jawaban." Jodha dengan tertekan berkata, "tapi apa yang harus saya lakukan." Jalal menyentuh pundak Jodha. Jodha terlihat sedikit kaget karena Jalal berani menyentuhnya. Jodha gak menepis tangan itu, hanya meliriknya. Jalal melihat gelagat Jodha, tapi gak menarik tanganya. Jalal berkata, "jangan khawatir, ratu Jodha. kamu pasti akan mengetahui apa yang harus kamu lakukan. kamu pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik. Percayalah padaku, kamu pasti bisa. Kita harus memilih keputusan yang benar meskipun itu menyulitkan. Dan jawaban itu akan di berikan oleh timbangan ini." Jodha dan Jalal secara bersamaan menatap kearah timbangan, tapi Joda masih belum yakin, ia bertanya, "tapi bagaimana saya tau kalau itu adalah jawaban yang benar? Karena saya gak ingin mengambil keputusan yang salah." Jalal menyahut, "tenanglah, ratu Jodha. Keputusan yang tepat akan datang padamu. Jangan khawatir, kamu tau kamu lebih baik dari ratu Ruqaiya. Bahkan, ibu, dan ratu salima mengakuinya. Kalau kamu mengambil keputusan yang benar, kamu akan di hormati di harem ini. Sejak kita menikah, kamu sudah tau peraturan yang berlaku di sini. Peraturan itu sudah ada sebelum saya menjadi raja, dan akan selalu seperti itu. Tekadang kalau kita mampunyai masalah, kita hanya memggunakan kekuatan kita. Tapi sekarang kamu harus menggunakan bakatmu untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapai, ratu Jodha. kamu gak bisa selalu mengandalkan kekuatan yang kamu miliki." Jodha masih merasa ragu, "tapi saya gak yakin." Jalal menyakinkan Jodha, "selama ini saya selalu bisa menyelesaikan segala masalah yang saya hadapi. Kalau kamu gak mampu menyelesaikan suatu masalah, gak akan ada orang yang menghormatimu. Karena kamu adalah seorang ratu, kamu harus menunjukan kepada semua orang, kalau kamu bisa menyelesaikan semua masalah yang kamu hadapi, ratu Jodha. Meskipun itu adalah masalah yang sangat sulit, kamu harus yakin kalau kamu bisa menghadapinya. Karena kalau kamu gak menghadapinya, masalah itu gak akan pernah selesai. kamu harus percaya padaku, akupun pernah mengalami hal seperyi ini, dan akupun harus menghadapinya. Kalau saya gak menghadapinya, gak akan ada orang yang menghormatiku. Meskipun terkadang kita merasa kalau kita lemah, kita gak boleh menunjukan kelemahan itu. Yakinlah pada dirimu sendiri." Jodha terdiam seperi meresapi kata-kata Jalal. Lalu tanpa berkata apa-apa, Jodha melipat tangannya di dada, memberi salam dan berlalu pergi. Jalal membalas salam Jodha dan berkata dalam hati, "meskipun kamu gak mencintai aku, tapi saya akan selalau berusaha untuk membantumu."
Maham melihat Jodha berjalan dengan bergegas berkata pada Resham, "lihatlah ratu Jodha, Resham. ia sedang kebingungan. Rasakan itu." Resham sependapat dengan Maham kalau Jodha sedang kebingungan, "dia gak ada apa-apanya di bandingkan dengan Ratu Ruqaiya. ia pasti sedang...." Maham memotong ucapan Resham, "tapi menurutku, Ruqaiya akan mengalami masalah yang berat."
Sampai di istana, Jodha membawa babu kekamarnya dan menyuapinya makan. Moti memberitahu Jodha kalau apa yang di lakukannya bertentangan dengan peraturan harem. Jodha berkata kalau ia tahu, tapi bagaimana dengan hak anak itu sebagai manusia?, "dia masih anak-anak, gak seharusnya ia mengalami hal ini. Bagaimana bisa saya membiarkannya?" Jodha berkata kalau ia akan merawat anak itu supaya gak menderita lagi. Moti berkata, itulah yang ia sukai dari Jodha, "kau baik dan gak pandang bulu. Ratu Ruksar masuk kekamar Jodha. ia terkejut tapi senang melihat babu. Ruksar berkata, "ya Allah, siapakah anak ini?" Moti menjelaskan pada Ruksar siapa babu sebenarnya. Jodha menyuruh Babu makan yang banyak, supaya gak lapar. Degan semangat, jodha memberitahu Ruksar kalau babu terpisah dari ibunya, "menurutmu, apa saya bisa membiarkannya sendirian?" Ruksar mengatakan, "itulah mengapa saya ingin kamu memimpin harem ini, Ratu Jodha. kamu memiliki hati yang baik, layak untuk jadi seorang pemimpin." Jodha menggeleng dan berkata, "tidak ratu Ruksar. saya gak akan terlibat di dalam urusan harem. saya gak mengerti tentang hal itu."
Ruksar mengatakan kalau Ruqaiya gak cocok memimpin harem. Jodha membela Ruq dengan mengatakan kalau ia adalah permaisuri utama, karena itu ia memimpin harem ini. Ruksar gak percaya dengan apa yang di katakan Jodha, "begitukah? gak benar, Ratu. Itu gak benar. ia gak cocok memimpin harem ini. Semua orang tau kalau kamu lebih baik dari drinya. kamu gak tau apa yang terjadi di sini selama bertahun-tahun. Apa kamu ingin melihatnya?" Jodha menatap Ruksar dengan tatapan ingin tau, setelah berpikir lama ia memutuskan menerima ajakan Ruksar.
Ruksar membawa Jodha menemui pelayan yang di perlakukan secara brutal. Dimana saat sakitpun mereka harus tetap bekerja. Ruksar menyakinkan Jodha, "kalau kamu gak mau memimpin harem, kejadian ini akan terus berlangsung." Jodha bertanya, "apa Ratu Ruqaiya tau tentang hal ini?" Dengan cepat Ruksar menjawab, "tentu saja tahu. Tapi ia tak peduli dengan semua ini. Karena mereka semua hanyalah pelayan di sini. Karena itu mereka di paksa bekerja dengan keras. Pelayan-pelayan ini adalah tawanan perang. Mau gak mau mereka harus menuruti paraturan yang di buat ratu Ruqaiya." Jodha gak habis pikir, kenapa hal seperti ini bisa terjadi, "bukankah seharusnya mereka di perlakukan seperti layaknya manusia?" Ruksar setuju, "tapi sayangnya gak seperti itu, Ratu Jodha. Di harem ini mereka semua adalah budak."
Jodha dengan menyesal berkata, "tapi saya gak ingin bermasalah dengan siapapun. saya ingin hidup damai." Ruksar menjelaskan kalau sampai Joda gak bertindak, selamanya Ruqaiya akan berbuat sesuka hatinya. Tanpa ada yang bisa menghentikannya kecuali kaisar. Dengan memohon Ruksar berkata, "Ratu Jodha, tolonglah pikirkan mereka. Jangan biarkan mereka menderita." Jodha terdiam. Ruksar berharap Jodha mau memikirkan apa yang di katakannya dan apa yang telah di lihatnya. Ruksar kemudian meninggalkan Jodha di tempat itu.
Malamnya, Jodha berdiri di depan timbangan besar. ia bepikir, "apakah yang sekarang saya hadapi ini? Ada banyak orang yang menderita, saya gak tega melihat mereka seperti itu. Tapi mengapa Ratu Rqaiya tega bersikap seperti itu? Apa yang harus saya lakukan?" Tiba-tiba Jodha mendengar tawa Ruqaiya. Jodha mengangkat wajahnya, ia melihat dirinya dan ruqaiya duduk di papan timbangan. Ruqaiya tertawa terbahak-bahak dan berkata, "kau bukan apa-apa, Ratu Jodha. Bukan apa-apa. saya adalah ratu utama dan harem milikku. Dan selamanya menjadi milikku." Bayangan Ruq tertawa terbahak-bahak lalu lenyap. Jodha tersentak. Lalu muncul bayangan perempuan tua kehausan tadi dan babu yang masing-masing juga duduk di papan timbangan. Wanita itu meminta tolong pada Jodha agar di beri air. Babupun meminta jodha agar menolong ibunya dan mempertemukan dirinya dengan sang ibu, karena babu sangat merindukannya. Jodha terlihat binggung dan tegang. Seperti kemunculannya, dengan tiba-tiba bayangan itu juga lenyap. Jodha menatap kedua sisi timbangan dengan binggung dan berkata dalam hati, "oh Ambe Ma, apa yang haru saya lakukan? Apa yang bisa saya lakukan?"
Jalal menghampiri Jodha dan berdiri di sampingnya. Jalal berkata, "aku selalu datang ke sini. ~Jodha dengan kaget menatapnya~ Ketika saya mengalami masalah dan membutuhkan sebuah jawaban." Jodha dengan tertekan berkata, "tapi apa yang harus saya lakukan." Jalal menyentuh pundak Jodha. Jodha terlihat sedikit kaget karena Jalal berani menyentuhnya. Jodha gak menepis tangan itu, hanya meliriknya. Jalal melihat gelagat Jodha, tapi gak menarik tanganya. Jalal berkata, "jangan khawatir, ratu Jodha. kamu pasti akan mengetahui apa yang harus kamu lakukan. kamu pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik. Percayalah padaku, kamu pasti bisa. Kita harus memilih keputusan yang benar meskipun itu menyulitkan. Dan jawaban itu akan di berikan oleh timbangan ini." Jodha dan Jalal secara bersamaan menatap kearah timbangan, tapi Joda masih belum yakin, ia bertanya, "tapi bagaimana saya tau kalau itu adalah jawaban yang benar? Karena saya gak ingin mengambil keputusan yang salah." Jalal menyahut, "tenanglah, ratu Jodha. Keputusan yang tepat akan datang padamu. Jangan khawatir, kamu tau kamu lebih baik dari ratu Ruqaiya. Bahkan, ibu, dan ratu salima mengakuinya. Kalau kamu mengambil keputusan yang benar, kamu akan di hormati di harem ini. Sejak kita menikah, kamu sudah tau peraturan yang berlaku di sini. Peraturan itu sudah ada sebelum saya menjadi raja, dan akan selalu seperti itu. Tekadang kalau kita mampunyai masalah, kita hanya memggunakan kekuatan kita. Tapi sekarang kamu harus menggunakan bakatmu untuk menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapai, ratu Jodha. kamu gak bisa selalu mengandalkan kekuatan yang kamu miliki." Jodha masih merasa ragu, "tapi saya gak yakin." Jalal menyakinkan Jodha, "selama ini saya selalu bisa menyelesaikan segala masalah yang saya hadapi. Kalau kamu gak mampu menyelesaikan suatu masalah, gak akan ada orang yang menghormatimu. Karena kamu adalah seorang ratu, kamu harus menunjukan kepada semua orang, kalau kamu bisa menyelesaikan semua masalah yang kamu hadapi, ratu Jodha. Meskipun itu adalah masalah yang sangat sulit, kamu harus yakin kalau kamu bisa menghadapinya. Karena kalau kamu gak menghadapinya, masalah itu gak akan pernah selesai. kamu harus percaya padaku, akupun pernah mengalami hal seperyi ini, dan akupun harus menghadapinya. Kalau saya gak menghadapinya, gak akan ada orang yang menghormatiku. Meskipun terkadang kita merasa kalau kita lemah, kita gak boleh menunjukan kelemahan itu. Yakinlah pada dirimu sendiri." Jodha terdiam seperi meresapi kata-kata Jalal. Lalu tanpa berkata apa-apa, Jodha melipat tangannya di dada, memberi salam dan berlalu pergi. Jalal membalas salam Jodha dan berkata dalam hati, "meskipun kamu gak mencintai aku, tapi saya akan selalau berusaha untuk membantumu."
Maham melihat Jodha berjalan dengan bergegas berkata pada Resham, "lihatlah ratu Jodha, Resham. ia sedang kebingungan. Rasakan itu." Resham sependapat dengan Maham kalau Jodha sedang kebingungan, "dia gak ada apa-apanya di bandingkan dengan Ratu Ruqaiya. ia pasti sedang...." Maham memotong ucapan Resham, "tapi menurutku, Ruqaiya akan mengalami masalah yang berat."
DI kamarnya, Ruqaiya berkata pada Hoshiyar dengan senang hati, "Hoshiyar, hari ini saya sangat gembira. kamu tau mengapa saya gembira? Karena gak ada yang bisa mengganggu posisiku lagi." Hoshiyar menyahut, "tentu Ratu, saya senang kalau kamu senang. Sudah lama saya ingin melihatmu tersenyum seperti ini." Ruq tertawa senang, "sudalah, saya sudah mengantuk. saya akan tidur." Hoshiyar membantu menyelimuti tubuh Ruqaiya yang berbaring di tempat tidur dengan wajah berseri-seri. Hoshiyar lalu duduk di lantai menunggui Ruq. Sebelum memejamkan mata Ruq masih sempat berkata, "Tapi kalau sekarang ada yang berani melawanku, saya akan mengusir mereka dari sini."
vJaveda sedang menulis sesuatu, dan gak sadar kalau maham mengawasinya, "Javeda, kamu sedang menulis apa?" Tanpa mengalikan perhatian dari apa yang ditulisnya, Javeda menjawab, "aku sedang bersiap-siap, ibu." Maham dengan lembut bertanya, "bersiap-siap untuk apa?" Javeda menjawab, "besok Ratu Ruqaiya akan kehilangan hak atas harem, benarkan?" Maham menyahut, "benar sekali. Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Javeda mengatakan kalau dirinya sedang bersiap-siap memilih kepada siapa dirinya akan memihak. Maham dengan sarkastis memuji Javeda karena telah melakukan sesuatu yang benar. Javeda mengatakan kalau ia belajar semua ini dari maham, "apa kamu gak merasa bangga?" Maham menyahut tentu saja ia bangga. Javeda berkata kalau dirinya akan memilih dirinya sendiri untuk menjadi kepala harem. Mendengar itu Maham marah dan berkata, "ku pikir kamu punya otak, tenyata saya salah. kamu gak bisa mengurus dirimu sendiri, bagaimana kamu akan mengurus harem?" Javeda protes. Maham membentaknya agar diam dan jangan banyak bicara lagi, terutama di depan yang mulia. Lalu dengan kesal Maham meninggalakan Javeda. Javeda menatap kepergian Maham sambil berkata, "dasar. ia gak pernah suka melihat orang lain senang, kecuali dirinya sendiri."
Keesokan paginya, sidang di aula harem di lanjutkan. Satu persatu, para Ratu memasuki aula, begitu pula maham. Jodha dan Ruqaiya saling bertukar pandang. Maham membisiki Ruq, "tenanglah Ratu Ruqaiya, posisimu kuat, gak ada yang bisa menyentuhmu. Harem akan menjadi milikmu, gak ada yang bisa merebutnya. Bahkan ratu Jodha sekalipun." Maham mengucapkan selamat pada Ruq. Ruq tersenyum senang mendengarnya dan berkata, "tentu saja. ia pikir ia akan berhasil merebut posisiku."
vJaveda sedang menulis sesuatu, dan gak sadar kalau maham mengawasinya, "Javeda, kamu sedang menulis apa?" Tanpa mengalikan perhatian dari apa yang ditulisnya, Javeda menjawab, "aku sedang bersiap-siap, ibu." Maham dengan lembut bertanya, "bersiap-siap untuk apa?" Javeda menjawab, "besok Ratu Ruqaiya akan kehilangan hak atas harem, benarkan?" Maham menyahut, "benar sekali. Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Javeda mengatakan kalau dirinya sedang bersiap-siap memilih kepada siapa dirinya akan memihak. Maham dengan sarkastis memuji Javeda karena telah melakukan sesuatu yang benar. Javeda mengatakan kalau ia belajar semua ini dari maham, "apa kamu gak merasa bangga?" Maham menyahut tentu saja ia bangga. Javeda berkata kalau dirinya akan memilih dirinya sendiri untuk menjadi kepala harem. Mendengar itu Maham marah dan berkata, "ku pikir kamu punya otak, tenyata saya salah. kamu gak bisa mengurus dirimu sendiri, bagaimana kamu akan mengurus harem?" Javeda protes. Maham membentaknya agar diam dan jangan banyak bicara lagi, terutama di depan yang mulia. Lalu dengan kesal Maham meninggalakan Javeda. Javeda menatap kepergian Maham sambil berkata, "dasar. ia gak pernah suka melihat orang lain senang, kecuali dirinya sendiri."
Keesokan paginya, sidang di aula harem di lanjutkan. Satu persatu, para Ratu memasuki aula, begitu pula maham. Jodha dan Ruqaiya saling bertukar pandang. Maham membisiki Ruq, "tenanglah Ratu Ruqaiya, posisimu kuat, gak ada yang bisa menyentuhmu. Harem akan menjadi milikmu, gak ada yang bisa merebutnya. Bahkan ratu Jodha sekalipun." Maham mengucapkan selamat pada Ruq. Ruq tersenyum senang mendengarnya dan berkata, "tentu saja. ia pikir ia akan berhasil merebut posisiku."
Terdengar pengumuman kalau Jalal datang, semua yang hadir berdiri dan memberi salam. Jalal langsung duduk di tahta dan berkata, "perhatian semuanya. Kita ada di sini untuk membicarakan tentang harem." Semua menunggu dengan cemas apa yang akan di katakan Jalal selanjutnya. Jalal melanjutkan, "Ratu Ruqaiya sudah siap untuk menyerahkan posisinya, adakah diantara kalian yang bisa menggantikannya?" Semua ratu diam, tak ada yang menyahut. Jalal bertanya pada Ruksar, apakah menurutnya ada yang bisa menggatikan posisi Ruq? Ruksar terlihat ragu-ragu. Jodha terbayang kembali dengan adegan di pasar Agra, saat para budak meminta air minum, lalu pada babu, dan para pelayan yang sakit di kamarnya. Bayangan itu memberi Jodha sebuah keberanian. Dengan anggun Jodha berdiri dan berkata, "aku siap mengambil alih harem, pertimbangkan pengajuanku, yang mulia." Jalal menatap Jodha dengan tatapan tak percaya, begitu pula Ruq, Maham, dan Hamida. Tapi Salima menyambut pengajuan diri Jodha dengan tersenyum senang, Javeda tertawa lebar, Ruksar, Gulbadan, Moti, dan ratu yang lain terlihat senang. Di bawah tatapan mata semua yang hadir Jodha berkata, "aku melihat banyak hal yang terjadi di harem. Dan saya memikirkan sesuatu. saya rasa Ratu Ruqaiya mengurus harem dengan baik, tapi saya melihat ada hal yang gak benar. Banyak pelayan yang di perlakukan seperti budak. saya ingin mengubah supaya hal ini gak terjadi lagi. saya juga adalah bagian dari harem ini. Karena itu saya rasa saya juga punya hak untuk menjabat posisi ini. Jadi saya siap untuk menghadapi tantangannya." Para ratu tersenyum mendukung Jodha. hanya Ruq yang terlihat geram, kecewa dan terpukul. Jodha melanjutkan, "dari banyak hal yang saya lihat, masih ada kekejaman di harem. Dan Ratu Ruqaiya gak peduli akan hal itu. Ratu Ruqaiya bertindak sesukanya di Harem. Para pelayan juga manusia, bagaimana bisa ia memperlakukan mereka dengan kejam." Ratu Ruksa matanya sampai berkaca-kaca karena terharu.
Jalal berkata, "kalau begitu, baiklah. Setiap anggota harem punya hak untuk memilih. Pemilihan akan di lakukan dalam 4 hari kedepan." Lalu Jalal menutup sidang dan beranjak pergi. Di depan Jodha, Jalal menyempatkan diri untuk berhenti sesaat, manatap Jodha dan mengangguk. Maham tersenyum licik sambil berkata dalam hati, "rasakan itu, Ratu Ruqaiya. Rencanaku mulai menunjukan hasilnya. Ratu Jodha akan mengambil alih posisimu dan akan menjadi pemimpin harem."
Jodha menemui Hamida yang sedang berdiri menatap potret Humayun sambil berdoa. Melihat Hamida berdoa, Jodha ikut berdoa. Selesai berdoa hamida membalikan badan dan melihat Jodha. Hamida segera menghampiri Jodha dan menarik tangannya agar duduk di sisinya. Jodha menatap Hamida dengan cemas, "ibu, apa yang harus saya lakukan sekarang?" Hamida meminta Jodha agar yakin pada dirinya sendiri, "lakukan apa yang menurutmu benar, maka semuanya akan baik-baik saja. Lihatlah itu, Potret raja humayun. Ketika ia kalah perang, ia memintaku untuk meninggalkannya. tetapi saya memjutuskan untuk selalu berada di dekatnya. Itu karena saya sangat mencintainya. Ketahuilah Jodha, orang yang gak mengambil keputusan akan menjadi sejarah. tetapi orang yang mengambil keputusan akan menulis sejarah mereka sendiri. Dan saya yakin, kau akan menulis sejarahmu sendiri Jodha. Kau jangan takut, kami semua akan selalu bersamamu. Terlebih lagi, Jalal juga akan selalu bersamamu. saya yakin, kalau ia akan selalu mendukungmu, meskipun kau masih membencinya." Jodha terharu mendengarnya, "tapi ibu, saya masih gak yakin pada diriku sendiri. saya bingung menghadapi masalah yang rumit ini. saya harap saya bisa melewati semua ini. Kalau saya mengalami kesulitan, saya harap engkau akan membantuku, ibu. ~Jodha menggenggam tangan Hamida~ Doakan saya ibu, supaya saya bisa menjalankan tugas ini dengan baik. Dan gak mengecewakan orang lain. saya permisi. Salam." Hamida mengangguk dan mengelus kepala Jodha sambil tersenyum tulus. Phuphi Jaan (gulbadan begum) menemui Ruq yang sedang marah. Gulbadan coba menenangkan ruq dengan berkata, "jangan pikirkan apa yang di katakan Jalal, Ruqaiya. Sekarang saatnya untuk mengambil keputusan yang tepat. Posisimu di harem sudah gak aman. Ratu Jodha sudah siap untuk mengambil alih." Ruq mengatakan kalau dirinya mengerti, "tapi saya gak rela dan gak akan menyerahkan harem begitu saja ke tangan orang lain. Meskipun ratu Jodha akan berusaha, saya gak akan pernah membiarkannya. saya gak rela harem jatuh ke tangannya. saya gak peduli siapa dirinya, ia gak boleh menang dariku." Gulbadan berkata kalau keadaanya sekarang berbeda, dulu Jodha gak mau, tetapi sekarang ia ingin mengambil alih harem. ia punya kekuatan untuk melakukannya, "kau gak akan bisa menghalanginya. ia seorang Rajvanshi dan ia memiliki kemampuan. Kau harus memikirkan sebuah siasat dan gak bisa menggunakan cara yang biasa-biasa saja. Ruqaiya, kau harus menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Kalau kau ceroboh, itu akan membahayakan dirimu sendiri. Kau harus membujuk semua orang untuk memilihmu. Hanya itu satu-satunya cara." Dengan kesal dan tanpa berpamitan, Ruq meninggalkan Phuphi Jaan.
Jodha dan Moti sedang menghibur babu yang menanyakan ibunya. Babu bertanya apakah ia akan bisa bertemu dengan ibunya lagi? ia sangat merindukannya. Jodha memeluk babu dan berkata begitu ia mendapat kabar tentang ibunya babu, ia akan segera mengirim babu kesana. Pelayan masuk tergopoh-gopoh memberitahu kalau Jalal sedang dalam perjalanan. Jodha segera menyuruh Moti membawa babu pergi. Jodha dengan was-was berdiri menunggu Jalal. Jalal datang dan sebelum masuk ia mencopot sepatunya di depan pintu, melihat itu Jodha terlihat senang. Sambil melangkah masuk, Jalal berkata, "apa yang kau lakukan, Ratu Jodha?" Jodha terlihat gugup dan menatap kesana kemari dengan binggung, Jalal ikut menatap kearah yang di lihat Jodha dengan tatapan curiga. tetapi kemudian Jalal tersenyum dan berkata, "kau selalu melakukan hal yang berlawanan. Kau bilang gak akan berkompetisi dengan ratu Ruqaiya, tetapi kau sekarang sedang berebut kekuasaan dengannya." Jodha menyahut, "aku gak mengincar kekuasaan, yang mulia. saya anya melakukan apa yang di katakan timbangan padaku dan yang kau katakan padaku." Jalal dengan nada mengoda berkata, "wah.. kau sudah mendapatkan jawabannya. tetapi ingatlah, yang kau hadapi bukanlah perempuan biasa, tetapi Ratu Ruqaiya. Kau harus tau, Ratu Jodha, ia memiliki keahlian berpolitik yang tinggi." Jodha dengan penuh percaya diri berkata, "yang mulia, saya sudah siap menghadapi apapun resiko yang akan saya hadapi." Jalal menatap Jodha dengan rasa kagum, "subhanallah. Luar biasa, Ratu Jodha. Kau benar-benar mengaggumkan. saya tahu ketika kau mengambil keputusan, kau pasti yakin kalau kau akan menang." Pelayan datang memberi tahu Jalal kalau Atgah ingin bertemu. Jalal mengganguk dan menyuruh pelayan itu pergi. Jalal berkata, "tampaknya saya harus pergi dari sini. Sampai jumpa, "tapi sebelum pergi, Jalal menyempatkan diri berkata, "oh ya ratu Jodha, kuharap kau akan keluar sebagai pemenang." Jodha tersenyum. Setelah Jalal pergi, Jodha bergegas menemui moti.
Sharif terpesona dengan kecantikan Jodha. Sambil menikmati minumannya ia membayangkan Jodha, "dia cantik...sangat cantik. Sungguh-sungguh cantik. Sempurna." Sharif meneguk minumannya lagi. Seorang pelukis wanita sedang melukis apa yang di gambarkan sharif padanya. Pelukis berkata, "bisakan kau mengatakan seperti apakah dia?" Sharif menyahut, "rambutnya sangatlah indah. Hitam dan berkilau. Tubuhnya seperti ular betina." Pelukis bertanya, " apalagi? Bagaimana dengan bibirnya?" Sharif menyentuh bibirnya sendiri dan menjawab, "bibirnya merekah seperti kelopak bunga mawar..merah merona." Setelah lukisannya jadi, sang pelukis tertegun melihat hasil lukisannya, "astaga, ini...." Sharif beranjak dari duduknya, "apa kau sudah selesai melukisnya?" Pelukis dengan tatapan curiga berkata, "sudah selesai, tetapi saya sepertinya mengenali orang ini...lihatlah sendiri." Sharif segera mendekat dan melihat hasil lukisan si pelukis. Tiba-tiba bakshi Bano datang. Pada Bakshi, Sharif mengatakan kalau ia meminta pelukis membuat lukisannya. Bakshi senang mendengarnya, ia ingin melihat lukisan itu. Sharif menunjukan lukisannya. Dan alangkah terkejutnya baksi ketika melihat kalau itu adalah lukisan Jodha. Sharif memarahi pelukis, "....mengapa kau melukis orang ini? Beraninya kau! saya mendeskripsikan istriku padamu." Pelukis membela diri, "..aku melukis sesuai dengan apa yang kau bayangkan." Sharif dengan kesal berkata, "oh, jadi menurutmu saya tadi membayangkan ratu Jodha di dalam pikiranku? Tidak. saya tadi sedang membayangkan wajah istriku, baksi bano ini. Lihatlah dia, wajahnya sangat cantik. ~Bakhsi tersenyum senang di puji Sharif~ Rambutnya yang indah, dan bibirnya...." Pelukis masih tetap kukuh dengan pendapatnya kalau dirinya gak mungkin salah, "hanya ratu Jodha yang memiliki sosok seperti yang ada dalam banyanganmu. Kalau saya salah, maafkanlah aku!" Baksi tanpa rasa marah atau curiga berkata, "pelukis, kau gak perlu minta maaf, wajar bagi seorang manusia untuk melakukan kesalahan." Pelukis mengangguk dan minta diri. Setelah kepergian pelukis, Sharif ngomel di depan baksi, "aku gak percaya dengan semua ini. Beraninya ia melukis orang lain." Dengan polos Baksi menyahut, "tidak apa-apa. saya tau kalau hanya saya yang ada di dalam pikiranmu. gak mungkin kalau kau menbayangkan orang lain. Sama seperti saya yang mencintau dirimu." Mendengar kata-kata baksi, pelukis yang belum jauh pergi, membalikan badan menatap pasangan suami istri itu sambil berkata dalam hati, "tidak mungkin saya salah, saya gak pernah salah melukis wajah seseorang. tetapi mengapa ia membayangkan wanita yang bukan istrinya?" Sharif yang berdiri di samping Bakshi Bano menatap lukisan Jodha sambil berkata dalam hati, "kau akan menjadi milikku, ratu Jodha. ~Sharif memeluk Baksi dengan mesra, tetapi ia membayangkan Jodha~ Tunggu saja waktu yang tepat. saya akan mendapatkanmu."
Ruq dan Hoshiyar sedang bergegas. Hoshiyar berkata pada Ruq, "semua ratu akan berkumpul di harem untuk memilih Ratu Jodha. saya khawatir akan posisimu di harem. Bagaimana kalau kau kehilangan posisimu?" Ruq mneyuruh Hoshiyar diam. Hoshiyar melanjutkan, "maafkan aku, tetapi bagaimana kalau Ratu Jodha mengambil alih posisimu di harem? Apa yang akan kau lakukan?" Ruq dengan percaya diri bertanya, "apa menurutmu, saya akan kalah dari dia? Hah? Kau meragukan diriku? Kau pikir saya selemah itu?" Hoshiyar menyahut, "tidak ratu, tetapi saya hanya khawatir tentang dirimu." Lalu tanpa berkata apa-apa, Ruq menampar Hoshiyar, beberapa ratu melihatnya. Ruq membentak Hosiyar, "beraninya kau melampaui batasanmu." Hoshiyar sambil menangis meminta maaf, "maafkan aku." Ruq histeris, "maaf?!" Para ratu saling berbisik, "apa yang sedang terjadi?"
Ruq masih dengan setengah berteriak, berkata, "beraninya kau berteriak kepada seorang ratu!" Hoshiyar menangis. Sekali lagi Ruq menamparnya dengan keras lalu berkata, "sebagai seorang pelayan, seharusnya kau jangan pernah mempertanyakan majikanmu!" tetapi Hoshiyar sepertinya sudah kehilangan rasa takutnya, ia membalas bentakan Ruq, "ya! saya mengerti. saya mengerti ratu Ruqaiya!" Ruq berteiak lagi, "kau akan lihat sendiri! Kalau saya gak akan kalah dari siapapun di dalam mempertahankan kedudukanku! Dan juga, gak akan ada ratu manapun yang berani merebut posisiku!" Hoshiyar dengan sedih protes, "aku selalu melayanimu, Ratu Ruqaiya, tetapi kau selalu menghinaku!" Mendengar kata-kata Hoshiyar, para Ratu saling pandang. Hosh mengatakan, "mengapa kau gak pernah menghargaiku sebagai seorang manusia? saya memang hanya seorang pelayan. tetapi saya juga adalah seorang manusia! Manusia!" Ruq menatap Hosiyar dengan tatapan yang sukar untuk di katakan, tanpa berkata apa-apa lagi, Ruq meninggalkan Hosiyar yang menangis sedih.
Jalal berdoa di depan mayat prajurit, "semoga mereka beristirahat dengan tenang!" jalal menatap mayat-mayat itu lagi dan dengan prihatin berkata, "teganya orang yang melakukan ini pada mereka. Siapa yang melakukan ini Atgah khan?" Atgah menjawab kalau siapapun orangnya, ia pasti seorang yang kejam. Jalal menyuruh Atgah menyebutkan namanya. Atgah dengan ragu-ragu menyebut nama Sujamal. Raut wajah Jalal langsung berubah. Atgah berkata, "aku rasa sekarang kita harus melindungi ratu Jodha. saya takut ia akan menjadi sasaran selanjutnya. saya akan memperketat penjagaan di sekitar istana." Jalal terlihat sangat marah dan geram.
Di harem, para ratu sedang bergosip dan membicarakan siapa yang akan mereka pilih dalam pemilihan kepala permaisuri nanti. Ruksar bertanya pada Ratu fatimah, siapa yang akan ia pilih. Fatima balik bertanya pada Ruksar siapa pilihannya, karena menurut ia Ratu Jodha gak cocok untuk menjadi pemimpin. Ruksar bertanya, "kenapa kau berkata begitu? Ratu Jodha itu kompeten, layak, dan memiliki kemampuan." Ratu yang lain menimpali, "benar! ia seorang Rajvanshi dan memiliki semua hal yang di butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Yang mulia pasti tahu itu sebelum menikahinya." Ruksar menyahut, "Tidak ada lagi yang lebih pantas selain dirinya. saya ingin yang memimpin harem adalah seseorang yang mempunyai rasa kemanusiaan dan mengerti orang lain, tak peduli apakah ia Rajvanshi ataupun Mughal." Ratu lain setuju dengan pendapat Ruksar. Yang lain-lain akhirnya sepakat untuk memilih Ratu Jodha.
Jodha sedang berbincang dengan moti ketika pelayan memberitahunya kalau Hoshiyar ingin bertemu. Jodha menyuruhnya masuk. Jodha bertanya-tanya kenapa Hoshiyar ingin menemuinya? Moti menjawab, "karena ia telah membuat Ratu Ruqaiya marah. ia di tampar oleh Ratu Ruqaiya. Mungkin karena itu ia ingin bertemu denganmu." Hoshiyar datang menghampiri Jodha, duduk di kakinya dan sambil menangis berkata, "tolonglah saya ratu, saya membutuhkan pertolonganmu. Lindungi aku, Ratu, lindungi aku!" Jodha mengangkat Hoshiyar dari kakinya dan berkata, "Hoshiyar, jangan mencium kakiku, saya gak suka. Katakan padaku, ada apa?" Hoshiyar mengadu kalau ia telah di tampar oleh ratu Ruqaiya dan Ruq selalu merendahkan dirinya, "meskipun saya melayaninya dengan setia, ia gak pernah menghargai usahaku. Ratu Ruqaiya gak pernah menganggapku sebagai seorang manusia. Terimalah akau sebagai pelayanmu, terimalah aku!" Hoshiyar bersujud di kaki Jodha. Moti melarangnya melakukan itu. Hoshiyar bertanya, "lalu apa yang harus saya lakukan, ratu? saya gak tahan di perlakukan seperti ini. saya hanya ingin usahaku di hargai. saya gak ingin di sia-siakan. Kerja kerasku gak pernah di hargai. ia gak pernah bersikap baik kepadaku. Terimalah saya sebagai pelayanmu." Jodha dengan lembut berkata, "Hoshiyar, saya turut bersedih atas apa yang kau alami. tetapi saya sudah memiliki seorang pelayan. Suatu saat ratu Ruqaiya pasti akan mengubah perlakuannya terhadap dirimu. Bersabarlah, kau pasti kuat menjalani semua ini. Jangan bersedih Hoshiyar, tabahlah. Semoga semua masalah ini segera berlalu." Hosiyar mengeluh, "tapi Ratu Ruqaiya gak pernah memperlakukanku seperti kau memperlakukan moti. saya hanya ingin disayangi seperti kau menyayangi Moti. Tolong bebaskan saya dari penderitaan ini. Tolong bebaskan aku!" Jodha menjawab kalau itu gak mungkin, "..atau, nanti saya akan berbicara kepada ratu Ruqaiya. gak mungkin ia terus menerus berbuat jahat kepadamu. ia pasti juga pernah berbuat baik kepadamu." Hoshiyar dengan kecewa meminta maaf pada Jodha, "...karena telah lancang mendatangimu dan meminta pertolongan. Maafkan aku, ratu Jodha, saya hanya ingin bebas dari penderitaan. saya ini seorang manusia, saya hanya ingin di perlakukan layaknya serorang manusia. saya harap, kau mengerti apa yang saya rasakan. Kalau saya gak bisa bebas dari penderitaan ini, lebih baik saya mati saja, Ratu Jodha. Lebih baik saya mati saja..!" Hoshiyar kemudian berdiri hendak beranjak pergi. tetapi Jodha menahannya, "meskipun setelah apa yang di lakukan ratu Ruqaiya kepadamu, kau gak boleh putus asa seperti ini. Kau harus menghargai nyawamu, jangan menyia-nyiakannya. Baiklah, kau boleh tinggal di sini bersama dengan Moti bai." Hoshiyar sangat senang dan mengucapkan terima kasih pada Jodha karena telah begitu baik padanya. Hoshiyar kemudian memberi salam pada Jodha dan pergi meninggalkannya. Sepeningal Hoshiyar, moti berkata, "aku gak mengerti mengapa ia mengalami hal seprti itu, Jodha. tetapi seharusnya Hoshiyar gak menderita seperti itu." Jodha setuju dengan moti kalau Hoshiyar seharusnya di perlakukan dengan baik, meskipun ia hanya seorang pelayan. Tiba-tiba seorang pelayan datang memberi tahu Jodha kalau jalal ingin bertemu dengannya di kamar senjata. Jodha heran dan sedikit tengang.
Jalal duduk di ruang senjata dengan sebilah pedang di tanganya. Jodha datang menghampirinya. Jodha memberi salam pada Jalal. Jalal mengangkat wajahnya menatap Jodha. Jodha bertanya, "apa yang ingin kau bicarakan?" Jalal menyuruh para pengawal pergi. Jodha dengan rasa ingin tau bertanya, "apa yang sudah terjadi?" Jalal memberitahu Jodha kalau prajuritnya di bunuh dengan kejam dan tanpa alasan, tangan mereka di potong, "aku gak tahu mengapa mereka mengalami hal ini." Jodha dengan prihatin bertanya, "lalu apa yang bisa saya lakukan? Apakah ini ada hubungannya denganku?" Jalal menjawab, "aku khawatir ini ada hubungannya denganmu, ratu Jodha. Jadi saya ingin berhati-hati." Jodha gak mengerti maksud Jalal. Jalal menjelaskan, "Ratu Jodha saya akan memberitahumu apa yang sebenarnya terjadi. Kau harus mengetahuinya." Jalal mengelus bilah pedang yang tajam hingga jarinya tergores dan berdarah. Jodha berteriak panik, "apa kau gak apa-apa yang mulia? kau berdarah!" Jalal menenangkan Jodha, "tidak apa-apa. Ini hanyalah darah. Buatku, darah ini gak ada apa-apanya di bandingkan dengan tentaraku yang di bunuh dengan kejam." Joda menyahut, "tapi kau pernah menjadi seorang tentara, bukankah kemenangan dan kekalahan itu adalah hal biasa? Lalu mengapa kau memanggilku ke sini?" Jodha menatap Jalal dengan tatapan tak mengerti, Jalal balas menatapnya dan meminta maaf, "tapi kami mughal gak seperti Rajvanshi. Ratu Jodha, apa menurutmu orang Rajvan berbuat curang di dalam perang?" dengan tegas dan penuh keyakinan Jodha menjawab, "Rajvanshi...orang Rajvanshi gak pernah curang di dalam peperangan. Kami selalu jujur di dalam peperangan." Jalal menyela, " Lalu bagaimana kalau ada orang Rajvan yang berbuat curang?" Jodha dengan pasti menjawab, "kalau ada yang curang, mereka pasti akan di hukum. Karena kami gak bisa mentolerir orang-orang yang berbuat curang." Jalal berkata. "aku juga akan berbuat seperti itu." Jalal menatap Jodha dengan tajam, "Ratu Jodha, tentaraku yang mati di bunuh, di bunuh dari belakang. Yang artinya itu adalah sebuah perbuatan yang curang. Apakah kau akan membiarkan orang yang berbuat curang? Menurutku mereka dibunuh oleh rajvanshi." Jodha terlihat bingung dan gak percaya, "tidak mungkin. Mereka gak mungkin berbuat seperti itu, mereka gak punya alasan untuk melakukan itu." Jalal masih dengan tatapan tajam dan meyelidik berkata, "lalu apa yang harus saya lakukan? Karena yang mnelakukan ini adalah saudaramu, Sujamal?" Jodha terkejut dan tak percaya, tubunya mendadak terasa lemas. Jodha teringat bagaimana ia berlatih pedang dengan Sujamal dan mengangkat Sujamal sebagai guru pedangnya. Satu persatu kenangan tentang sujamal mengalir dalam benaknya. Jodha menelan ludah dan dengan suara bergetar berkata, "tidak mungkin! Kalau ia memang melakukannya, kau bisa memberikan hukuman yang layak ia dapatkan." Jalal mengatakan, "Sujamal ingin merebut tahta Amer, karena itu ia melawan Raja Bharmal. ia bersekongkol dengan Sharifudin dan sekarang ia membunuh tentara mughal. Baiklah, terima kasih karena telah melepaskan saya dari dilema ini, dan saya akan melakukan apa yang harus saya lalukan. saya akan memastikan keadilan ditegakkan, Ratu Jodha. saya pasti akan mencari sujamal dan memastikan kalau ia akan membayar untuk semua yang dilakukannya. Terima kasih." Jodha membalas ucapan terima kasih Jalal dengan melipat tangannya di dada. Jalal berkata, "kau boleh pergi." Dengan air mata menggenang di pelupuk mata, Jodha melangkah gontai meninggalkan jalal. SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 186
Jodha dan Moti sedang menghibur babu yang menanyakan ibunya. Babu bertanya apakah ia akan bisa bertemu dengan ibunya lagi? ia sangat merindukannya. Jodha memeluk babu dan berkata begitu ia mendapat kabar tentang ibunya babu, ia akan segera mengirim babu kesana. Pelayan masuk tergopoh-gopoh memberitahu kalau Jalal sedang dalam perjalanan. Jodha segera menyuruh Moti membawa babu pergi. Jodha dengan was-was berdiri menunggu Jalal. Jalal datang dan sebelum masuk ia mencopot sepatunya di depan pintu, melihat itu Jodha terlihat senang. Sambil melangkah masuk, Jalal berkata, "apa yang kau lakukan, Ratu Jodha?" Jodha terlihat gugup dan menatap kesana kemari dengan binggung, Jalal ikut menatap kearah yang di lihat Jodha dengan tatapan curiga. tetapi kemudian Jalal tersenyum dan berkata, "kau selalu melakukan hal yang berlawanan. Kau bilang gak akan berkompetisi dengan ratu Ruqaiya, tetapi kau sekarang sedang berebut kekuasaan dengannya." Jodha menyahut, "aku gak mengincar kekuasaan, yang mulia. saya anya melakukan apa yang di katakan timbangan padaku dan yang kau katakan padaku." Jalal dengan nada mengoda berkata, "wah.. kau sudah mendapatkan jawabannya. tetapi ingatlah, yang kau hadapi bukanlah perempuan biasa, tetapi Ratu Ruqaiya. Kau harus tau, Ratu Jodha, ia memiliki keahlian berpolitik yang tinggi." Jodha dengan penuh percaya diri berkata, "yang mulia, saya sudah siap menghadapi apapun resiko yang akan saya hadapi." Jalal menatap Jodha dengan rasa kagum, "subhanallah. Luar biasa, Ratu Jodha. Kau benar-benar mengaggumkan. saya tahu ketika kau mengambil keputusan, kau pasti yakin kalau kau akan menang." Pelayan datang memberi tahu Jalal kalau Atgah ingin bertemu. Jalal mengganguk dan menyuruh pelayan itu pergi. Jalal berkata, "tampaknya saya harus pergi dari sini. Sampai jumpa, "tapi sebelum pergi, Jalal menyempatkan diri berkata, "oh ya ratu Jodha, kuharap kau akan keluar sebagai pemenang." Jodha tersenyum. Setelah Jalal pergi, Jodha bergegas menemui moti.
Sharif terpesona dengan kecantikan Jodha. Sambil menikmati minumannya ia membayangkan Jodha, "dia cantik...sangat cantik. Sungguh-sungguh cantik. Sempurna." Sharif meneguk minumannya lagi. Seorang pelukis wanita sedang melukis apa yang di gambarkan sharif padanya. Pelukis berkata, "bisakan kau mengatakan seperti apakah dia?" Sharif menyahut, "rambutnya sangatlah indah. Hitam dan berkilau. Tubuhnya seperti ular betina." Pelukis bertanya, " apalagi? Bagaimana dengan bibirnya?" Sharif menyentuh bibirnya sendiri dan menjawab, "bibirnya merekah seperti kelopak bunga mawar..merah merona." Setelah lukisannya jadi, sang pelukis tertegun melihat hasil lukisannya, "astaga, ini...." Sharif beranjak dari duduknya, "apa kau sudah selesai melukisnya?" Pelukis dengan tatapan curiga berkata, "sudah selesai, tetapi saya sepertinya mengenali orang ini...lihatlah sendiri." Sharif segera mendekat dan melihat hasil lukisan si pelukis. Tiba-tiba bakshi Bano datang. Pada Bakshi, Sharif mengatakan kalau ia meminta pelukis membuat lukisannya. Bakshi senang mendengarnya, ia ingin melihat lukisan itu. Sharif menunjukan lukisannya. Dan alangkah terkejutnya baksi ketika melihat kalau itu adalah lukisan Jodha. Sharif memarahi pelukis, "....mengapa kau melukis orang ini? Beraninya kau! saya mendeskripsikan istriku padamu." Pelukis membela diri, "..aku melukis sesuai dengan apa yang kau bayangkan." Sharif dengan kesal berkata, "oh, jadi menurutmu saya tadi membayangkan ratu Jodha di dalam pikiranku? Tidak. saya tadi sedang membayangkan wajah istriku, baksi bano ini. Lihatlah dia, wajahnya sangat cantik. ~Bakhsi tersenyum senang di puji Sharif~ Rambutnya yang indah, dan bibirnya...." Pelukis masih tetap kukuh dengan pendapatnya kalau dirinya gak mungkin salah, "hanya ratu Jodha yang memiliki sosok seperti yang ada dalam banyanganmu. Kalau saya salah, maafkanlah aku!" Baksi tanpa rasa marah atau curiga berkata, "pelukis, kau gak perlu minta maaf, wajar bagi seorang manusia untuk melakukan kesalahan." Pelukis mengangguk dan minta diri. Setelah kepergian pelukis, Sharif ngomel di depan baksi, "aku gak percaya dengan semua ini. Beraninya ia melukis orang lain." Dengan polos Baksi menyahut, "tidak apa-apa. saya tau kalau hanya saya yang ada di dalam pikiranmu. gak mungkin kalau kau menbayangkan orang lain. Sama seperti saya yang mencintau dirimu." Mendengar kata-kata baksi, pelukis yang belum jauh pergi, membalikan badan menatap pasangan suami istri itu sambil berkata dalam hati, "tidak mungkin saya salah, saya gak pernah salah melukis wajah seseorang. tetapi mengapa ia membayangkan wanita yang bukan istrinya?" Sharif yang berdiri di samping Bakshi Bano menatap lukisan Jodha sambil berkata dalam hati, "kau akan menjadi milikku, ratu Jodha. ~Sharif memeluk Baksi dengan mesra, tetapi ia membayangkan Jodha~ Tunggu saja waktu yang tepat. saya akan mendapatkanmu."
Ruq dan Hoshiyar sedang bergegas. Hoshiyar berkata pada Ruq, "semua ratu akan berkumpul di harem untuk memilih Ratu Jodha. saya khawatir akan posisimu di harem. Bagaimana kalau kau kehilangan posisimu?" Ruq mneyuruh Hoshiyar diam. Hoshiyar melanjutkan, "maafkan aku, tetapi bagaimana kalau Ratu Jodha mengambil alih posisimu di harem? Apa yang akan kau lakukan?" Ruq dengan percaya diri bertanya, "apa menurutmu, saya akan kalah dari dia? Hah? Kau meragukan diriku? Kau pikir saya selemah itu?" Hoshiyar menyahut, "tidak ratu, tetapi saya hanya khawatir tentang dirimu." Lalu tanpa berkata apa-apa, Ruq menampar Hoshiyar, beberapa ratu melihatnya. Ruq membentak Hosiyar, "beraninya kau melampaui batasanmu." Hoshiyar sambil menangis meminta maaf, "maafkan aku." Ruq histeris, "maaf?!" Para ratu saling berbisik, "apa yang sedang terjadi?"
Ruq masih dengan setengah berteriak, berkata, "beraninya kau berteriak kepada seorang ratu!" Hoshiyar menangis. Sekali lagi Ruq menamparnya dengan keras lalu berkata, "sebagai seorang pelayan, seharusnya kau jangan pernah mempertanyakan majikanmu!" tetapi Hoshiyar sepertinya sudah kehilangan rasa takutnya, ia membalas bentakan Ruq, "ya! saya mengerti. saya mengerti ratu Ruqaiya!" Ruq berteiak lagi, "kau akan lihat sendiri! Kalau saya gak akan kalah dari siapapun di dalam mempertahankan kedudukanku! Dan juga, gak akan ada ratu manapun yang berani merebut posisiku!" Hoshiyar dengan sedih protes, "aku selalu melayanimu, Ratu Ruqaiya, tetapi kau selalu menghinaku!" Mendengar kata-kata Hoshiyar, para Ratu saling pandang. Hosh mengatakan, "mengapa kau gak pernah menghargaiku sebagai seorang manusia? saya memang hanya seorang pelayan. tetapi saya juga adalah seorang manusia! Manusia!" Ruq menatap Hosiyar dengan tatapan yang sukar untuk di katakan, tanpa berkata apa-apa lagi, Ruq meninggalkan Hosiyar yang menangis sedih.
Jalal berdoa di depan mayat prajurit, "semoga mereka beristirahat dengan tenang!" jalal menatap mayat-mayat itu lagi dan dengan prihatin berkata, "teganya orang yang melakukan ini pada mereka. Siapa yang melakukan ini Atgah khan?" Atgah menjawab kalau siapapun orangnya, ia pasti seorang yang kejam. Jalal menyuruh Atgah menyebutkan namanya. Atgah dengan ragu-ragu menyebut nama Sujamal. Raut wajah Jalal langsung berubah. Atgah berkata, "aku rasa sekarang kita harus melindungi ratu Jodha. saya takut ia akan menjadi sasaran selanjutnya. saya akan memperketat penjagaan di sekitar istana." Jalal terlihat sangat marah dan geram.
Di harem, para ratu sedang bergosip dan membicarakan siapa yang akan mereka pilih dalam pemilihan kepala permaisuri nanti. Ruksar bertanya pada Ratu fatimah, siapa yang akan ia pilih. Fatima balik bertanya pada Ruksar siapa pilihannya, karena menurut ia Ratu Jodha gak cocok untuk menjadi pemimpin. Ruksar bertanya, "kenapa kau berkata begitu? Ratu Jodha itu kompeten, layak, dan memiliki kemampuan." Ratu yang lain menimpali, "benar! ia seorang Rajvanshi dan memiliki semua hal yang di butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Yang mulia pasti tahu itu sebelum menikahinya." Ruksar menyahut, "Tidak ada lagi yang lebih pantas selain dirinya. saya ingin yang memimpin harem adalah seseorang yang mempunyai rasa kemanusiaan dan mengerti orang lain, tak peduli apakah ia Rajvanshi ataupun Mughal." Ratu lain setuju dengan pendapat Ruksar. Yang lain-lain akhirnya sepakat untuk memilih Ratu Jodha.
Jodha sedang berbincang dengan moti ketika pelayan memberitahunya kalau Hoshiyar ingin bertemu. Jodha menyuruhnya masuk. Jodha bertanya-tanya kenapa Hoshiyar ingin menemuinya? Moti menjawab, "karena ia telah membuat Ratu Ruqaiya marah. ia di tampar oleh Ratu Ruqaiya. Mungkin karena itu ia ingin bertemu denganmu." Hoshiyar datang menghampiri Jodha, duduk di kakinya dan sambil menangis berkata, "tolonglah saya ratu, saya membutuhkan pertolonganmu. Lindungi aku, Ratu, lindungi aku!" Jodha mengangkat Hoshiyar dari kakinya dan berkata, "Hoshiyar, jangan mencium kakiku, saya gak suka. Katakan padaku, ada apa?" Hoshiyar mengadu kalau ia telah di tampar oleh ratu Ruqaiya dan Ruq selalu merendahkan dirinya, "meskipun saya melayaninya dengan setia, ia gak pernah menghargai usahaku. Ratu Ruqaiya gak pernah menganggapku sebagai seorang manusia. Terimalah akau sebagai pelayanmu, terimalah aku!" Hoshiyar bersujud di kaki Jodha. Moti melarangnya melakukan itu. Hoshiyar bertanya, "lalu apa yang harus saya lakukan, ratu? saya gak tahan di perlakukan seperti ini. saya hanya ingin usahaku di hargai. saya gak ingin di sia-siakan. Kerja kerasku gak pernah di hargai. ia gak pernah bersikap baik kepadaku. Terimalah saya sebagai pelayanmu." Jodha dengan lembut berkata, "Hoshiyar, saya turut bersedih atas apa yang kau alami. tetapi saya sudah memiliki seorang pelayan. Suatu saat ratu Ruqaiya pasti akan mengubah perlakuannya terhadap dirimu. Bersabarlah, kau pasti kuat menjalani semua ini. Jangan bersedih Hoshiyar, tabahlah. Semoga semua masalah ini segera berlalu." Hosiyar mengeluh, "tapi Ratu Ruqaiya gak pernah memperlakukanku seperti kau memperlakukan moti. saya hanya ingin disayangi seperti kau menyayangi Moti. Tolong bebaskan saya dari penderitaan ini. Tolong bebaskan aku!" Jodha menjawab kalau itu gak mungkin, "..atau, nanti saya akan berbicara kepada ratu Ruqaiya. gak mungkin ia terus menerus berbuat jahat kepadamu. ia pasti juga pernah berbuat baik kepadamu." Hoshiyar dengan kecewa meminta maaf pada Jodha, "...karena telah lancang mendatangimu dan meminta pertolongan. Maafkan aku, ratu Jodha, saya hanya ingin bebas dari penderitaan. saya ini seorang manusia, saya hanya ingin di perlakukan layaknya serorang manusia. saya harap, kau mengerti apa yang saya rasakan. Kalau saya gak bisa bebas dari penderitaan ini, lebih baik saya mati saja, Ratu Jodha. Lebih baik saya mati saja..!" Hoshiyar kemudian berdiri hendak beranjak pergi. tetapi Jodha menahannya, "meskipun setelah apa yang di lakukan ratu Ruqaiya kepadamu, kau gak boleh putus asa seperti ini. Kau harus menghargai nyawamu, jangan menyia-nyiakannya. Baiklah, kau boleh tinggal di sini bersama dengan Moti bai." Hoshiyar sangat senang dan mengucapkan terima kasih pada Jodha karena telah begitu baik padanya. Hoshiyar kemudian memberi salam pada Jodha dan pergi meninggalkannya. Sepeningal Hoshiyar, moti berkata, "aku gak mengerti mengapa ia mengalami hal seprti itu, Jodha. tetapi seharusnya Hoshiyar gak menderita seperti itu." Jodha setuju dengan moti kalau Hoshiyar seharusnya di perlakukan dengan baik, meskipun ia hanya seorang pelayan. Tiba-tiba seorang pelayan datang memberi tahu Jodha kalau jalal ingin bertemu dengannya di kamar senjata. Jodha heran dan sedikit tengang.
Jalal duduk di ruang senjata dengan sebilah pedang di tanganya. Jodha datang menghampirinya. Jodha memberi salam pada Jalal. Jalal mengangkat wajahnya menatap Jodha. Jodha bertanya, "apa yang ingin kau bicarakan?" Jalal menyuruh para pengawal pergi. Jodha dengan rasa ingin tau bertanya, "apa yang sudah terjadi?" Jalal memberitahu Jodha kalau prajuritnya di bunuh dengan kejam dan tanpa alasan, tangan mereka di potong, "aku gak tahu mengapa mereka mengalami hal ini." Jodha dengan prihatin bertanya, "lalu apa yang bisa saya lakukan? Apakah ini ada hubungannya denganku?" Jalal menjawab, "aku khawatir ini ada hubungannya denganmu, ratu Jodha. Jadi saya ingin berhati-hati." Jodha gak mengerti maksud Jalal. Jalal menjelaskan, "Ratu Jodha saya akan memberitahumu apa yang sebenarnya terjadi. Kau harus mengetahuinya." Jalal mengelus bilah pedang yang tajam hingga jarinya tergores dan berdarah. Jodha berteriak panik, "apa kau gak apa-apa yang mulia? kau berdarah!" Jalal menenangkan Jodha, "tidak apa-apa. Ini hanyalah darah. Buatku, darah ini gak ada apa-apanya di bandingkan dengan tentaraku yang di bunuh dengan kejam." Joda menyahut, "tapi kau pernah menjadi seorang tentara, bukankah kemenangan dan kekalahan itu adalah hal biasa? Lalu mengapa kau memanggilku ke sini?" Jodha menatap Jalal dengan tatapan tak mengerti, Jalal balas menatapnya dan meminta maaf, "tapi kami mughal gak seperti Rajvanshi. Ratu Jodha, apa menurutmu orang Rajvan berbuat curang di dalam perang?" dengan tegas dan penuh keyakinan Jodha menjawab, "Rajvanshi...orang Rajvanshi gak pernah curang di dalam peperangan. Kami selalu jujur di dalam peperangan." Jalal menyela, " Lalu bagaimana kalau ada orang Rajvan yang berbuat curang?" Jodha dengan pasti menjawab, "kalau ada yang curang, mereka pasti akan di hukum. Karena kami gak bisa mentolerir orang-orang yang berbuat curang." Jalal berkata. "aku juga akan berbuat seperti itu." Jalal menatap Jodha dengan tajam, "Ratu Jodha, tentaraku yang mati di bunuh, di bunuh dari belakang. Yang artinya itu adalah sebuah perbuatan yang curang. Apakah kau akan membiarkan orang yang berbuat curang? Menurutku mereka dibunuh oleh rajvanshi." Jodha terlihat bingung dan gak percaya, "tidak mungkin. Mereka gak mungkin berbuat seperti itu, mereka gak punya alasan untuk melakukan itu." Jalal masih dengan tatapan tajam dan meyelidik berkata, "lalu apa yang harus saya lakukan? Karena yang mnelakukan ini adalah saudaramu, Sujamal?" Jodha terkejut dan tak percaya, tubunya mendadak terasa lemas. Jodha teringat bagaimana ia berlatih pedang dengan Sujamal dan mengangkat Sujamal sebagai guru pedangnya. Satu persatu kenangan tentang sujamal mengalir dalam benaknya. Jodha menelan ludah dan dengan suara bergetar berkata, "tidak mungkin! Kalau ia memang melakukannya, kau bisa memberikan hukuman yang layak ia dapatkan." Jalal mengatakan, "Sujamal ingin merebut tahta Amer, karena itu ia melawan Raja Bharmal. ia bersekongkol dengan Sharifudin dan sekarang ia membunuh tentara mughal. Baiklah, terima kasih karena telah melepaskan saya dari dilema ini, dan saya akan melakukan apa yang harus saya lalukan. saya akan memastikan keadilan ditegakkan, Ratu Jodha. saya pasti akan mencari sujamal dan memastikan kalau ia akan membayar untuk semua yang dilakukannya. Terima kasih." Jodha membalas ucapan terima kasih Jalal dengan melipat tangannya di dada. Jalal berkata, "kau boleh pergi." Dengan air mata menggenang di pelupuk mata, Jodha melangkah gontai meninggalkan jalal. SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 186