Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 371. Jodha sedang melakukan pemujaan pada Dewa Kahna di kamarnya, saat itu Salim juga menemaninya disana, Jodha tampak khusuk berdoa sambil bernyanyi dengan merdunya, tiba tiba Jalal datang menemui mereka dan ikut duduk disebelah Salim sambil mengatupkan kedua tangannya untuk ikut berdoa, tampak sesekali Jalal memandangi Jodha yang sedang bernyanyi. Setelah selesai melakukan pemujaan, Jodha menoleh kearah Salim tetapi dilihatnya ada Jalal juga yang sudah duduk disebelah Salim “Kapan kamu datang, Yang Mulia ?” tanya Jodha, “Tadi ketika kamu sedang berdoa untuk Kahnamu”. Kemudian Jodha memberikan ‘aarti’ untuk Salim dan Jalal, “Sekhu Baba …” panggil Jalal, mendengar namanya disebut Salim nampak ketakutan,
“Semua anak anak sedang belajar bermain pedang, kenapa kamu gak ikut ?” tanya Jalal, “Aku semalam tidur terlalu malam , ayah … jadi kepalaku sedikit pusing dan lagi saya sudah terbebas dari anak perempuan yang menjengkelkan itu” ujar Salim, “Siapa yang telah membuat kamu jengkel ?” tanya Jalal lagi, “Itu ayah, anak perempuan yang ayah beri ijin untuk berkeliling istana kita, dia itu anak yang gak tahu sopan santun, dia gak menghormati saya meskipun dia tahu kalau saya ini adalah pewaris tahta Kerajaan … dia telah terjatuh sendiri di kolam dan menuduh saya yang mendorongnya, kemudian ibu Rukayah datang lalu menegur dia kemudian ibu Rukayah memecat ayahnya dari pekerjaan di istana” ujar Salim
“Semua anak anak sedang belajar bermain pedang, kenapa kamu gak ikut ?” tanya Jalal, “Aku semalam tidur terlalu malam , ayah … jadi kepalaku sedikit pusing dan lagi saya sudah terbebas dari anak perempuan yang menjengkelkan itu” ujar Salim, “Siapa yang telah membuat kamu jengkel ?” tanya Jalal lagi, “Itu ayah, anak perempuan yang ayah beri ijin untuk berkeliling istana kita, dia itu anak yang gak tahu sopan santun, dia gak menghormati saya meskipun dia tahu kalau saya ini adalah pewaris tahta Kerajaan … dia telah terjatuh sendiri di kolam dan menuduh saya yang mendorongnya, kemudian ibu Rukayah datang lalu menegur dia kemudian ibu Rukayah memecat ayahnya dari pekerjaan di istana” ujar Salim
sementara Jalal mendengarkan dengan seksama, “Baiklah, kalo begitu sekarang saatnya kamu belajar bermain pedang dengan Rahim” kata Jalal, “Tapi ayah.besok saja” ujar Salim, “Sekhu Baba, suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang raja jadi kamu harus mempelajarinya, sudah ayoo sana” perintah Jalal, karena gak bisa berbuat banyak, Salim menoleh kearah Jodha untuk mendapat dukungan tetapi Jodha juga menyuruh Salim untuk berlatih bermain pedang, kemudian Jodha memberikan Parsad ke Salim dan Jalal, dan Salimpun berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.
“Ratu Jodha, apa yang tadi Salim katakan tentang Ratu Rukayah ?” tanya Jalal begitu Salim pergi, Jodha lalu menceritakan tentang pertengkaran antara Salim dan anak perempuan itu dan semua kejadian ketika Nadira jatuh ke dalam kolam dan bagaimana dia menuduh Salim, lalu Rukayah datang kesana, menegur anak itu kemudian memecat ayahnya dari istana, Jalal hanya diam saja mendengarkan semua cerita Jodha tentang Salim, Nadira dan Rukayah …
“Aku sudah berusaha memberikan pengertian ke Ratu Rukayah, Yang Mulia …. tetapi kamu sendiri kan bagaimana Ratu Rukayah kalau marah” ujar Jodha, “Yaa . saya tau, lalu Salim nampaknya juga gak tertarik dengan sesuatu yang seharusnya dia lakukan, seperti semua anak anak itu … mereka semua berlatih bermain pedang tetapi Salim gak ingin bergabung bersama mereka, saya pikir Salim gak mempunyai semangat untuk berperang untuk bangsanya, terlebih lagi untuk pergi berperang” kata Jalal,
“Dia masih anak anak, Yang Mulia.suatu saat pasti dia akan mengerti semuanya” ujar Jodha, “Yaaa itu juga harapanku ,,, sepertinya kita sudah lama sekali gak keluar istana yaa ??? saya pikir … bagaimana kalo kita pergi ke suatu tempat, bagaimana kalo kita pergi ke hutan ? kita ajak Salim juga” kata Jalal, “Apakah kamu akan berburu binatang, Yang Mulia ???” tanya Jodha, “Pada saatnya nanti Salim juga akan pergi berburu, Ratu Jodha … kalau sekarangingin menunjukkan dunia luar padanya, Ratu Jodha” kata Jalal.
Di kamar Rukayah, saat itu Rukayah sedang bermain catur dengan salah seorang wanita penghuni ‘Hareem’ sambil ditemani oleh Hoshiyar pelayan setianya dan tampak asyiiik menghisap hookahnya “Kamu benar benar menakjubkan Ratu Rukayah, kamu telah memecat seorang pegawai di istana ini dan Mariam Uz Zamani gak bisa berbuat apa apa, hebat kamu” kata wanita tersebut,
“Perhatianku bukan ingin menunjukkan kelemahan Mariam Uz Zamani tetapi terlebih untuk menghukum anak itu, dan itu adalah tugasku untuk memperlihatkan bahwa setiap orang harus bisa menghormati pewaris tahta kerajaan, dan bahkan Yang Muliapun gak bisa menarik keputusanku jadi apa yang akan dilakukan oleh Mariam Uz Zamani ke saya ?” ujar Rukayah,
“Itulah mengapa Pangeran Salim selalu mendengarkan semua kata katamu, Ratu Rukayah” kata wanita itu lagi, dalam hati Rukayah berkata : “Segera …. tak lama lagi Salim akan hanya ada di bawah kekuasaanku” bathinnya sambil menyengir sinis.
Sementara itu jauh didalam hutan Jalal sedang bersama Jodha dan Salim, mereka bertiga mulai memasuki hutan, Jalal dan Salim mengendarai kuda mereka masing masing, sedangkan Jodha berada didalam tandu, tiba tiba para prajuritnya datang dari dalam hutan, mencoba menghentikan perjalanan mereka.
“Lebih baik … anda gak masuk terlalu jauh, Yang Mulia … karena didalam sana banyak perampok, mereka bisa saja menyerang Pangeran Salim” kata salah satu prajurit, “Semua daerah ini adalah kekuasaanku dan saya gak akan menginjinkan siapapun yang mencoba menguasai daerah ini” ujar Jalal, “Sekhu Baba, para perampok itu telah mencuri harta kekayaan rakyat kita” ujar Jalal,
“Kamu adalah seorang Raja, ayah … kamu harus menghentikan mereka” kata Salim, “Apakah gak ada tanggung jawab dari seorang ahli waris ? tanya Jalal, “Baiklah … saya akan pergi kesana untuk bertarung dan menghabisi mereka” ujar Jalal lagi, “Ratu Jodha, saya akan pergi, kamu dan Salim disini saja, prajuritku akan melindungi kalian berdua, saya akan kembali setelah bertarung melawan mereka” ujar Jalal.
Sementara itu didalam istana, Murad dan Haidar nampak kesal dengan kepergian Salim ke hutan, “Ini gak adil !!! ini benar benar gak adil !!! apa karena Salim adalah pewaris tahta kerajaan, makanya Yang Mulia gak mengajak saya pergi ke hutan !” ujar Murad kesal, “Kamu benar, Murad tetapi Yang Mulia lebih mencintai Salim dari pada kamu” kata Haidar,
“Seharusnya gak seperti itu ! ibuku bilang sendiri ke saya kalo Yang Mulia akan membawaku pergi ke hutan dan kami akan berburu singa disana !” ujar Murad lagi, “Hmmm …. Kalo saya gak akan pernah pergi ke hutan dan berburu singa disana, hiiiii … itu sangat berbahaya” sela Danial, “Jangan khawatir Danial, kamu akan mendapatkan banyak makanan di dalam hutan dan saya akan menjagamu disana” kata Murad.
Hari sudah larut malam tetapi Jalal belum datang juga, Jodha dan Salim tampak sedang menunggu Jalal di sebuah tenda tempat mereka tinggal sementara, “Ibu … kenapa orang orang itu suka merampok ???” tanya Salim, “Karena mereka gak tahu mana yang benar dan mana yang salah, nak … tetapi jangan khawatir gak akan ada orang yang bertahan kalo berhadapan dengan pedang ayahmu” kata Jodha,
“Aku tahu … saya pernah melihat ayah betarung dengan pedangnya” kata Salim kemudian Salim melakukan beberapa gerakan dengan pedangnya meniru seperti gerakan ayahnya ketika bertarung, “Ibu tahu … saya sebenarnya takut waktu melihat ayah bertarung dengan pedangnya” kata Salim, “Oooh yaa ???” Jodha tertawa melihat tingkah laku anaknya, “Sudahlah, Salim … hari sudah larut malam, bagaimana kalo kita tidur dulu ?” ajak Jodha,
“Malam ini saya gak akan tidur, ibuu … karena ayah sudah memberikan tanggung jawab ke saya untuk melindungi ibu, kamu tahu … kenapa ayah memberikan tanggung jawab padaku ??” tanya Salim … Jodha menggeleng sambil senyum senyum memperhatikan Salim “Karena ayah tahu … cuma saya yang bisa menjaga ibu, kalo ibu mau tidur … tidurlah, saya akan menjagamu, saya akan menjadi seorang raja nanti, gak ada seorangpun yang bisa berhadapan denganku bahkan bicara didepanku !” kata Salim lantang,
“Tapi semua gang perampok itu bisa saja ada didepanmu, Salim” gurau Jodha, “Ibuuu … jangan bergurau, saya tahu bagaimana caranya bertarung menggunakan pedang, saya ini lebih baik daripada ayah” kata Salim, “Ooh yaa ,,, masa sih ???” goda Jodha lagi, lalu Jodha berpura pura kalo Jalal sudah datang … “Ooh Yang Mulia, kamu disini rupanya” goda Jodha, seketika itu juga Salim Nampak ketakutan
“Ayah … saya cuma mengatakan bahwa gak ada seorangpun yang bisa bertarung menggunakan pedang yang lebih baik dari ayah” kata Salim ketakutan, Jodha tertawa terbahak bahak melihat tingkah laku anaknya, lalu Salim menoleh ke belakang dan dilihatnya gak ada seorangpun disana tetapi tiba tiba saja para perampok datang mengunjungi tenda mereka, salah seorang perampok menaruh pedangnya di leher Jodha dan mereka meminta perhiasan dan semua yang mereka punya, sementara itu prajurit yang lain sedang melawan perampok, jumlah mereka sangatlah banyak.
Menyadari ibunya dalam keadaan bahaya Salim segera mengusir sang perampok “Pergiii !!! lepaskan ibukuu !!!” tepat pada saat itu sang perampok terjungkal kebelakang dan melepaskan pegangannya ke Jodha, Jodha langsung berlari dan mengambil belatinya dan menyuruh perampok itu pergi “Pergi kamu dari sini ! atau saya akan membunuhmu !” kata Jodha, tetapi kemudian dengan sigap si perampok itu melemparkan belati yang ada ditangan Jodha dan kembali menaruh pedangnya di leher Jodha “Berikan perhiasanmu sekarang juga !!!” bentak perampok itu,
melihat ibunya dalam keadaan bahaya lagi segera Salim menyambar pedangnya sendiri dan mulai menyerang si perampok “Lepaskan ibuku !! lepaskan ibuku !!! atau saya akan membunuhmu !!!” teriak Salim sambil menebaskan pedangnya dilengan si perampok, tiba2 perampok itu mengatakan “Raja yang agung !” katanya sambil memegang pedang Salim, Salim nampak bingung lalu dilihatnya pedangnya berlumuran darah si perampok dan langsung dilemparkannya pedang itu ke lantai, tiba tiba si perampok membuka tutup mukanya dan berubah menjadi Jalal
… “Yang Mulia … kamu ???” kata Jodha penasaran, “Kenapa kamu melakukan hal yang berbahaya seperti tadi, Yang Mulia ???” tanya Jodha. “Aku ingin melihat anakku mengangkat pedangnya untuk melindungi ibunya dan dia melakukan itu, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Aku ingin dia mengerti bahwa betapa pentingnya sebuah pedang untuk seorang raja, dia tahu … kamu adalah tanggung jawabnya, Ratu Jodha … itulah mengapa dia mengangkat pedangnya untuk melindungimu, suatu hari nanti … rakyatnya adalah tanggung jawabnya dan dia akan mengangkat pedangnya untuk melindungi rakyatnya” jelas Jalal
Sementara itu Salim terus memperhatikan ayahnya, sedangkah Jodha mengerti bahwa ini semua adalah sebuah pelajaran yang diberikan Jalal ke Salim tentang bagaimana tanggung jawabnya nanti sebagai seorang Raja. “Sekhu Baba … kemarin ada seorang pria yang kehilangan pekerjaannya, kamu adalah seorang calon Raja, kamu seharusnya memberikan pekerjaan bukan merenggutnya, cara kamu melindungi ibumu tadi, juga harus kamu lakukan untuk melindungi rakyatmu, semua ibu adalah ibumu, rakyatmu adalah tanggung jawabmu … ayah tahu … Nadira mungkin telah berbuat kesalahan tetapi kamu seharusnya bisa menghentikan ibu Rukayah, apakah kamu gak pernah berfikir sekali saja …. bagaimana keluarga Rashid bisa makan ? bagaimana dia bisa hidup bersama keluarganya tanpa bekerja ?” jelas Jalal lagi,
Salim dan Jodha hanya diam mendengarkan, “Seorang Raja gak akan bisa tidur jika ada salah seorang rakyatnya kelaparan, nak …. Ayah senang, ayah bangga begitu melihat kamu bisa melindungi ibumu, kamu bukan hanya seorang anak tetapi calon pewaris tahta kerajaan, seorang raja gak mengangkat pedangnya untuk membunuh semua orang tetapi untuk melindungi rakyatnya … lalu mengapa kamu gak menghentikan ibu Rukayah yang telah berbuat seperti itu ? kamu seharusnya bisa menyelamatkan pekerjaan seseorang, nak” jelas Jalal lagi,
“Aku gak mendorongnya ke kolam, ayah” bela Salim, “Sekhu Baba, kamu bisa saja berbohong untuk menyelamatkan pekerjaan seseorang, kamu adalah seorang raja dan kamu harus melakukan semua hal untuk menyenangkan orang lain, yang harus selalu kamu ingat, nak … bahwa kamu adalah calon pewaris tahta kerajaan Mughal, jangan pernah lakukan sesuatu apapun itu yang bisa memalukan keluargamu” jelas Jalal,
“Salim masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku dulu lebih kecil dari Salim, Ratu Jodha … inilah saatnya dia belajar tentang tanggung jawab seorang Raja” ujar Jalal kemudian berlalu memasuki tenda mereka. Salim menoleh kearahnya ibunya, lalu Jodha memeluknya erat.
Jiwa Jodha berkata : “Cara Yang Mulia mengajarkan sesuatu hal memang unik, gak ada ayah yang bisa mengajarakan anaknya seperti itu, sebagai seorang ayah, Yang Mulia memang mengesankan”
Jiwa Jalal berkata : “Salim telah belajar satu pelajaran terbesar, bagaimana cara melindungi ibunya dan rakyatnya pada malam itu tetapi kisah itu berada di titik balik, saya telah membuat Salim belajar tentang kehidupan tetapi saya lupa bahwa kehidupan itu sendiri juga memberikan pelajaran kepada setiap orang. saya gak tahu bahwa kehidupan akan membuat sebuah pelajaran segera.
SERLANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 372
“Ratu Jodha, apa yang tadi Salim katakan tentang Ratu Rukayah ?” tanya Jalal begitu Salim pergi, Jodha lalu menceritakan tentang pertengkaran antara Salim dan anak perempuan itu dan semua kejadian ketika Nadira jatuh ke dalam kolam dan bagaimana dia menuduh Salim, lalu Rukayah datang kesana, menegur anak itu kemudian memecat ayahnya dari istana, Jalal hanya diam saja mendengarkan semua cerita Jodha tentang Salim, Nadira dan Rukayah …
“Aku sudah berusaha memberikan pengertian ke Ratu Rukayah, Yang Mulia …. tetapi kamu sendiri kan bagaimana Ratu Rukayah kalau marah” ujar Jodha, “Yaa . saya tau, lalu Salim nampaknya juga gak tertarik dengan sesuatu yang seharusnya dia lakukan, seperti semua anak anak itu … mereka semua berlatih bermain pedang tetapi Salim gak ingin bergabung bersama mereka, saya pikir Salim gak mempunyai semangat untuk berperang untuk bangsanya, terlebih lagi untuk pergi berperang” kata Jalal,
“Dia masih anak anak, Yang Mulia.suatu saat pasti dia akan mengerti semuanya” ujar Jodha, “Yaaa itu juga harapanku ,,, sepertinya kita sudah lama sekali gak keluar istana yaa ??? saya pikir … bagaimana kalo kita pergi ke suatu tempat, bagaimana kalo kita pergi ke hutan ? kita ajak Salim juga” kata Jalal, “Apakah kamu akan berburu binatang, Yang Mulia ???” tanya Jodha, “Pada saatnya nanti Salim juga akan pergi berburu, Ratu Jodha … kalau sekarangingin menunjukkan dunia luar padanya, Ratu Jodha” kata Jalal.
Di kamar Rukayah, saat itu Rukayah sedang bermain catur dengan salah seorang wanita penghuni ‘Hareem’ sambil ditemani oleh Hoshiyar pelayan setianya dan tampak asyiiik menghisap hookahnya “Kamu benar benar menakjubkan Ratu Rukayah, kamu telah memecat seorang pegawai di istana ini dan Mariam Uz Zamani gak bisa berbuat apa apa, hebat kamu” kata wanita tersebut,
“Perhatianku bukan ingin menunjukkan kelemahan Mariam Uz Zamani tetapi terlebih untuk menghukum anak itu, dan itu adalah tugasku untuk memperlihatkan bahwa setiap orang harus bisa menghormati pewaris tahta kerajaan, dan bahkan Yang Muliapun gak bisa menarik keputusanku jadi apa yang akan dilakukan oleh Mariam Uz Zamani ke saya ?” ujar Rukayah,
“Itulah mengapa Pangeran Salim selalu mendengarkan semua kata katamu, Ratu Rukayah” kata wanita itu lagi, dalam hati Rukayah berkata : “Segera …. tak lama lagi Salim akan hanya ada di bawah kekuasaanku” bathinnya sambil menyengir sinis.
Sementara itu jauh didalam hutan Jalal sedang bersama Jodha dan Salim, mereka bertiga mulai memasuki hutan, Jalal dan Salim mengendarai kuda mereka masing masing, sedangkan Jodha berada didalam tandu, tiba tiba para prajuritnya datang dari dalam hutan, mencoba menghentikan perjalanan mereka.
“Lebih baik … anda gak masuk terlalu jauh, Yang Mulia … karena didalam sana banyak perampok, mereka bisa saja menyerang Pangeran Salim” kata salah satu prajurit, “Semua daerah ini adalah kekuasaanku dan saya gak akan menginjinkan siapapun yang mencoba menguasai daerah ini” ujar Jalal, “Sekhu Baba, para perampok itu telah mencuri harta kekayaan rakyat kita” ujar Jalal,
“Kamu adalah seorang Raja, ayah … kamu harus menghentikan mereka” kata Salim, “Apakah gak ada tanggung jawab dari seorang ahli waris ? tanya Jalal, “Baiklah … saya akan pergi kesana untuk bertarung dan menghabisi mereka” ujar Jalal lagi, “Ratu Jodha, saya akan pergi, kamu dan Salim disini saja, prajuritku akan melindungi kalian berdua, saya akan kembali setelah bertarung melawan mereka” ujar Jalal.
Sementara itu didalam istana, Murad dan Haidar nampak kesal dengan kepergian Salim ke hutan, “Ini gak adil !!! ini benar benar gak adil !!! apa karena Salim adalah pewaris tahta kerajaan, makanya Yang Mulia gak mengajak saya pergi ke hutan !” ujar Murad kesal, “Kamu benar, Murad tetapi Yang Mulia lebih mencintai Salim dari pada kamu” kata Haidar,
“Seharusnya gak seperti itu ! ibuku bilang sendiri ke saya kalo Yang Mulia akan membawaku pergi ke hutan dan kami akan berburu singa disana !” ujar Murad lagi, “Hmmm …. Kalo saya gak akan pernah pergi ke hutan dan berburu singa disana, hiiiii … itu sangat berbahaya” sela Danial, “Jangan khawatir Danial, kamu akan mendapatkan banyak makanan di dalam hutan dan saya akan menjagamu disana” kata Murad.
Hari sudah larut malam tetapi Jalal belum datang juga, Jodha dan Salim tampak sedang menunggu Jalal di sebuah tenda tempat mereka tinggal sementara, “Ibu … kenapa orang orang itu suka merampok ???” tanya Salim, “Karena mereka gak tahu mana yang benar dan mana yang salah, nak … tetapi jangan khawatir gak akan ada orang yang bertahan kalo berhadapan dengan pedang ayahmu” kata Jodha,
“Aku tahu … saya pernah melihat ayah betarung dengan pedangnya” kata Salim kemudian Salim melakukan beberapa gerakan dengan pedangnya meniru seperti gerakan ayahnya ketika bertarung, “Ibu tahu … saya sebenarnya takut waktu melihat ayah bertarung dengan pedangnya” kata Salim, “Oooh yaa ???” Jodha tertawa melihat tingkah laku anaknya, “Sudahlah, Salim … hari sudah larut malam, bagaimana kalo kita tidur dulu ?” ajak Jodha,
“Malam ini saya gak akan tidur, ibuu … karena ayah sudah memberikan tanggung jawab ke saya untuk melindungi ibu, kamu tahu … kenapa ayah memberikan tanggung jawab padaku ??” tanya Salim … Jodha menggeleng sambil senyum senyum memperhatikan Salim “Karena ayah tahu … cuma saya yang bisa menjaga ibu, kalo ibu mau tidur … tidurlah, saya akan menjagamu, saya akan menjadi seorang raja nanti, gak ada seorangpun yang bisa berhadapan denganku bahkan bicara didepanku !” kata Salim lantang,
“Tapi semua gang perampok itu bisa saja ada didepanmu, Salim” gurau Jodha, “Ibuuu … jangan bergurau, saya tahu bagaimana caranya bertarung menggunakan pedang, saya ini lebih baik daripada ayah” kata Salim, “Ooh yaa ,,, masa sih ???” goda Jodha lagi, lalu Jodha berpura pura kalo Jalal sudah datang … “Ooh Yang Mulia, kamu disini rupanya” goda Jodha, seketika itu juga Salim Nampak ketakutan
“Ayah … saya cuma mengatakan bahwa gak ada seorangpun yang bisa bertarung menggunakan pedang yang lebih baik dari ayah” kata Salim ketakutan, Jodha tertawa terbahak bahak melihat tingkah laku anaknya, lalu Salim menoleh ke belakang dan dilihatnya gak ada seorangpun disana tetapi tiba tiba saja para perampok datang mengunjungi tenda mereka, salah seorang perampok menaruh pedangnya di leher Jodha dan mereka meminta perhiasan dan semua yang mereka punya, sementara itu prajurit yang lain sedang melawan perampok, jumlah mereka sangatlah banyak.
Menyadari ibunya dalam keadaan bahaya Salim segera mengusir sang perampok “Pergiii !!! lepaskan ibukuu !!!” tepat pada saat itu sang perampok terjungkal kebelakang dan melepaskan pegangannya ke Jodha, Jodha langsung berlari dan mengambil belatinya dan menyuruh perampok itu pergi “Pergi kamu dari sini ! atau saya akan membunuhmu !” kata Jodha, tetapi kemudian dengan sigap si perampok itu melemparkan belati yang ada ditangan Jodha dan kembali menaruh pedangnya di leher Jodha “Berikan perhiasanmu sekarang juga !!!” bentak perampok itu,
melihat ibunya dalam keadaan bahaya lagi segera Salim menyambar pedangnya sendiri dan mulai menyerang si perampok “Lepaskan ibuku !! lepaskan ibuku !!! atau saya akan membunuhmu !!!” teriak Salim sambil menebaskan pedangnya dilengan si perampok, tiba2 perampok itu mengatakan “Raja yang agung !” katanya sambil memegang pedang Salim, Salim nampak bingung lalu dilihatnya pedangnya berlumuran darah si perampok dan langsung dilemparkannya pedang itu ke lantai, tiba tiba si perampok membuka tutup mukanya dan berubah menjadi Jalal
… “Yang Mulia … kamu ???” kata Jodha penasaran, “Kenapa kamu melakukan hal yang berbahaya seperti tadi, Yang Mulia ???” tanya Jodha. “Aku ingin melihat anakku mengangkat pedangnya untuk melindungi ibunya dan dia melakukan itu, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Aku ingin dia mengerti bahwa betapa pentingnya sebuah pedang untuk seorang raja, dia tahu … kamu adalah tanggung jawabnya, Ratu Jodha … itulah mengapa dia mengangkat pedangnya untuk melindungimu, suatu hari nanti … rakyatnya adalah tanggung jawabnya dan dia akan mengangkat pedangnya untuk melindungi rakyatnya” jelas Jalal
Sementara itu Salim terus memperhatikan ayahnya, sedangkah Jodha mengerti bahwa ini semua adalah sebuah pelajaran yang diberikan Jalal ke Salim tentang bagaimana tanggung jawabnya nanti sebagai seorang Raja. “Sekhu Baba … kemarin ada seorang pria yang kehilangan pekerjaannya, kamu adalah seorang calon Raja, kamu seharusnya memberikan pekerjaan bukan merenggutnya, cara kamu melindungi ibumu tadi, juga harus kamu lakukan untuk melindungi rakyatmu, semua ibu adalah ibumu, rakyatmu adalah tanggung jawabmu … ayah tahu … Nadira mungkin telah berbuat kesalahan tetapi kamu seharusnya bisa menghentikan ibu Rukayah, apakah kamu gak pernah berfikir sekali saja …. bagaimana keluarga Rashid bisa makan ? bagaimana dia bisa hidup bersama keluarganya tanpa bekerja ?” jelas Jalal lagi,
Salim dan Jodha hanya diam mendengarkan, “Seorang Raja gak akan bisa tidur jika ada salah seorang rakyatnya kelaparan, nak …. Ayah senang, ayah bangga begitu melihat kamu bisa melindungi ibumu, kamu bukan hanya seorang anak tetapi calon pewaris tahta kerajaan, seorang raja gak mengangkat pedangnya untuk membunuh semua orang tetapi untuk melindungi rakyatnya … lalu mengapa kamu gak menghentikan ibu Rukayah yang telah berbuat seperti itu ? kamu seharusnya bisa menyelamatkan pekerjaan seseorang, nak” jelas Jalal lagi,
“Aku gak mendorongnya ke kolam, ayah” bela Salim, “Sekhu Baba, kamu bisa saja berbohong untuk menyelamatkan pekerjaan seseorang, kamu adalah seorang raja dan kamu harus melakukan semua hal untuk menyenangkan orang lain, yang harus selalu kamu ingat, nak … bahwa kamu adalah calon pewaris tahta kerajaan Mughal, jangan pernah lakukan sesuatu apapun itu yang bisa memalukan keluargamu” jelas Jalal,
“Salim masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku dulu lebih kecil dari Salim, Ratu Jodha … inilah saatnya dia belajar tentang tanggung jawab seorang Raja” ujar Jalal kemudian berlalu memasuki tenda mereka. Salim menoleh kearahnya ibunya, lalu Jodha memeluknya erat.
Jiwa Jodha berkata : “Cara Yang Mulia mengajarkan sesuatu hal memang unik, gak ada ayah yang bisa mengajarakan anaknya seperti itu, sebagai seorang ayah, Yang Mulia memang mengesankan”
Jiwa Jalal berkata : “Salim telah belajar satu pelajaran terbesar, bagaimana cara melindungi ibunya dan rakyatnya pada malam itu tetapi kisah itu berada di titik balik, saya telah membuat Salim belajar tentang kehidupan tetapi saya lupa bahwa kehidupan itu sendiri juga memberikan pelajaran kepada setiap orang. saya gak tahu bahwa kehidupan akan membuat sebuah pelajaran segera.
SERLANJUTNYA
Sinopsis Jodha Akbar episode 372