Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 231

Posted by

Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 231

Sidang khusus  untuk Maham masih berlanjut.  Maham berdiri di tengah ruang sidang di depan Jalal seperi layaknya pesakitan yang menanti hukuman. Jalal memberi kesempatan pada Maham untuk membela diri, tapi Maham menolak. Lalu Jalal berkata, tTersangka telah menerima kesalahannya. Jadi, Mahan anga dinyatakan sebagai penjahatnya. Kau telah mengkhianati tugasmu sebagai menteri dan mengkhianati kerajaan Mughal. Apa kau siap menerima hukumannya?” Maham menjawab, “ya.” Semua menatap maham dengan rasa iba, Adham terlihat geram dan kesal. Dengan suara lantang dan tegas, Jalal megatakan, “kau telah gagal memenuhi tugasmu. Kau mengizinkan seorang pria memasuki istana dengan menyamar sebagai seorang kasim. Jadi mulai sekarang, kau akan di jauhkan dari segala urusan politik dan keamanan kerajaan.” Maham tertegun, Jalal melanjutkan, “kau juga gak akan memberikan nasehat pada raja, sekarang Atgah Khan yang akan mengurus  urusan keamanan.” Atgah berdiri dan membungkuk hormat sebagai tanda menerima perintah. Adham terlihat gak senang. Lalu kata Jalal pada Maham, “Maham anga, semua hak dan kekuasaanmu di cabut dari dirimu.” Maham tertunduk dengan mata berkaca-kaca, yang lain menahan nafas dengan tegang. Kata Jalal lagi, “karena kau telah banyak berkorban untuk kerajaan Mughal, jadi saya gak akan memberikan hukuman yang berat kepadamu. Kau boleh pergi.” Maham menatap semua yang hadir dengan mata berlinang. Yang di tatap juga terlihat sedih, Ruq sampai menelan ludah. Adham tetap memasang raut wajah marah dan gak terima. Jalal menatap Maham dengan kecewa, sesal dan duka, tapi keadilan harus di tegakkan. Sebagai Raja, dia harus menguatkan hati dan perasaanya. Maham menatap Jalal,  memberinya hormat. Lalu memberi salam pada semua yang hadir dan pergi meninggalkan ruang sidang. Para ulama terlihat saling berisik membicarakan Maham. 
Setelah Maham pergi, Jalal meminta ulama megumumkan nama petugas kerajaan yang baru untuk menggantikan Maham. Ulama berkata, “sesuai dengan perintah raja, penjaga dan pelayan setia sang raja Shamsuddin Atgah Khan di tunjuk sebagai kepala penasehat dan menteri keuangan.” Atgah menunduk dan memberi hormat. Adham berang. Hamida menganguk setuju. Jiji angga dan Gulbadan tersenyum. Sharif kaget. Ulama melanjutkan, “bersama dengan itu, karena pelayanannya yang sempurna di Jaunpur, Kadha, Kabul, Kandhar, Punjab dan negara bagian yang lain, Munim Khan di berikan gelas Khan E Khana dan di tunjuk sebagai salah satu kepala petugas kerajaan.” Lagi-lagi Sharif kaget dan berang, begitu pula Adham. Ulama memberitahu kalau kedua orang itu, Atgah dan Munim akan mengurus manajemen dari kerajaan Mughal. Namun begitu, biarpun gak setuju dengan keputusan Jalal, Sharif dan Adham hanya diam gak berani protes. Akhirnya sidang pun berakhir.

Di rumahnya, Adham mengumpulkan orang-orang yangs setia pada Maham dan berkata, “ibuku mendedikasikan hidupnya untuk kerajaan mughal. Dia sangat mencintai Jalal. Inikah balasan untuk hal itu? saya gak akan menerima itu lagi. saya akan membalas dendam untuk pelecehan yang diterimanya. Selama ini saya diam atas perintah ibuku. Tapi sekarang, saya akan memberontak. saya akan memberontak!” Adham berteriak sambil mengangkat tangan. Yang hadir ikutan-ikutan berteriak sambil mengangkat tangan…”Ya, kami akan memberontak!” Adham berkata kalau mereka akan mulai balas dendamnya dengan membunuh Shamsuddin Atgah, “dia telah berani menuduh ibuku.. saya akan memenggal kepalanya dan membuktikan kalau pedangku lebih kuat daripada otak liciknya. ~adham mencabut pedangnya~ Kami akan membalaskan pelecehan ibuku!” Yang hadir, sambil mengangkat tangan berteriak, “ya..ya, kami akan membalas dendam!”

Terdengar teriakan Maham yang tiba-tiba muncul, “jangan, Adham khan! kalau sekarang kita memberontak kepada Jalal, itu akan berakibat fatal bagi kita.” Adham terlihat gak senang, dengan larangan Maham, “ibu, bagaimana bisa kau menghentikan saya setelah apa yang terjadi? saya menginginkan pembalasan.” Shahabuddin mendukung, “adham khan benar, ibu.” Maham menatap Shahabuddin dengan cemas lalu menatap Adham yang sedang kesal dengan lembut, “Adham, saya menghormati emosimu. Tapi ini bukan saat yang tepat. Sekarang, gak beguna untuk mengkhawatirkan tentang apa yang telah hilang dari kita dan sebaiknya berpikir tentang apa yang bisa kita selamatkan. Cobalah untuk mengeri, Adham. saya telah kehilangan status dan kekuasaanku. Tapi kau belum kehilangan itu. Jalal masih menganggapmu penting sama seperti sebelumnya. Kau harus menjaga status itu. Itu penting untuk masa depan kita yang lebih baik.” Shahabuddin menyela, “tapi anda belum kehilangan posisimu. Jalal belum menurunkanmu dari posisi menteri.” Maham tersenyum mendengarnya, “Shahabuddin, kau membuatku tertawa. Jalal telah merampas semua kekuasaanku. saya setuju kalau saya masih memiliki posisiku. saya adalah sang Perdana menteri, tapi saya gak punya kekuasaan yang berhubungan dengan posisi ini. saya telah memutuskan, gak satupun dari kalian yang akan menyerang sekarang. saya ingin berbicara secara pribadi dengan Adham Khan. Jadi, tolong tinggalkan kami!” Setelah semua orang pergi, adham bertanya pada Maham, “mengapa kau ingin menghentikan aku, ibu?” Maham menjawab, “itu karena saya peduli dengan hidupmu. Kau ingin bebas, kan? Kalau kau tetap bebas, itu akan membantumu di masa depan. Kalau sekarang kau mengambil satu langkah saja untuk melawan jalal, Jalal akan membunuhmu atau mengurungmu seumur hidup. saya tak ingin itu terjadi. Kau sangat berarti untukku. saya gak bisa kehilangan dirimu Adham. Sekarang, saya hanya khawatir tentang keselamatan dirimu dan aku. Itu saja.” Adham bertanya, “benarkah? Lalu apa yang kau rencanakan? Jalal telah merampas semuanya darimu.” Maham menyahut, “kau harus tahu, Adham..kalau seseroang harus menciptakan kesempatan untuk dirinya sendiri. Orang bodoh adalah orang yang menyerahkan semuanya kepada takdir dan gak mencoba mencari cara yang lain. saya telah menciptakan kesempatan yang lain untuk diriku, Adham. kalau saya sudah melakukan apa yang saya inginkan, kita akan menjadi sangat kuat. Pada saat itu, kita akan memiliki posisi yang lebih baik.” Dengan rasa ingin tahu, Adham bertanya, “bagaimana kau akan melakukan itu, ibu?? Maham menyahut, “sekarang saya gak bisa memberitahumu. Tunggulah saat yang tepat. Kalau kali ini rencanaku berhasil, kau akan tahu apa yang telah saya dapatkan.” Adham terbujuk juga oleh kata-kata Maham, rasa berangnya mulai berkurang.

Jalal sedang berlatih pedang dengan para prajurit. Satu lawan dua, jalal seorang diri melawan 2 orang prajurit. Latihan pedang itu berlangsung seru, mereka bertarung dengan sungguh-sungguh seperti layaknya berada di medan perang. Pada awalnya, Jalal diatas angin, sang prajurit kewalahan, tapi kemudian kosentrasi Jalal terpecah. Dia teringat saat bertarung pedang dengan Jodha di Amer. Dalam hati Jalal berkata, “aku tahu kau sangat marah kepadaku, ratu Jodha. Dan saya pantas mendapatkan itu.” Prajurit menyerang Jalal, dengan sekuat tenaga, jalal menangkis serangan itu. Atgah dan Munim khan yang melihat latihan itu dari luar arena, mengawasi setiap gerak-gerik Jalal. Munim khan berkata, “atgah shahab, sepertinya yang mulia sedang gundah. Apakah bijaksana untuk berbicara dengannya sekarang?” Atgah menjawab, “kita gak punya pilihan. Kita harus menunggu hingga Yang Mulia menyelesaikan latihannya.” Di arena, Jalal masih terus bertarung, dia menyerang prajurit dan prajurit balas menyerangnya. Jalal sedang menangkis serangan pedang prajurit ketika dia ternampak pohon tulsi yang bergoyang di tiup angin. Jalal membayangkan Jodha sedang melakukan tulsi puja.  Karena kosentrasinya yang terpecah belah, Jalal menjadi  kewalahan. Beberapa kali serangan prajurit mengenai dirinya, tapi Jalal gak menyadarinya. Melihat itu, Atgah terpaksa menghentikan latihan. Prajurit langsung berhenti menyerang Jalal. Atgah melangkah mendekat. Jalal menatapnya dengan heran dan bertanya, “mengapa kau hentikan?” Atgah membungkuk dan minta maaf, “maafkan aku, tuan. Mungkin anda gak menyadarinya, tapi anda terluka.” Jalal kaget, dia menatap pergelangan tanganya yang memegang pedang, darah sudah berceceran. Atgah memarahi prajurit yang menjadi lawan jalal, “ini hanya sebuah latihan, bukan sebuah perang. Lain kali, berhati-hatilah.” Kedua prajurit itu menundukkan kepala dengan rasa bersalah. Atgah menyuruh mereka pergi.

Atgah kemudian dengan tangannya sendiri, mengobati luka Jalal. Jalal berkata, “itu bukan kesalahan mereka, Atgah Shahab. Tapi salahku sendiri yang gak kosentrasi. Luka ini tak ada apa-apanya. Luka sebenarnya saya dapatkan ketika Ratu Jodha menolak untuk ikut saya kembali ke Agra. Bagaimanapun juga, saya senang saya terluka. Setidaknya ini menginggatkan saya akan ratu Jodha. Kalau dia ada di sini, dia akan merawat lukaku.” Lalu Jalal seperti tersadar dengan perasaanya, dia kemudian bertanya ada keperluan apa atgah menemuinya. Atga mengatakan, “aku tahu ini bukan waktu yang tepat. Sekarang anda sedang gak tenang. Tapi beberapa hal sangat memerlukan perhatian anda.” Jalal meminta Atgah mengatakan apa masalahnya. Atgah mengingatkan Jalal kalau dia pernah meminta dirinya untuk menyelidiki masalah keuangan dan pajak, “ada perbedaan di dalam akun keuangan. Ada banyak kesalahan di dalam jumlah yang di kumpulkan dan di depositokan. Kita juga menerima banyak komplain tentang masalah perdangangan yang harus segera di tangani. ” Jalal bertanya apa saran atgah. Atgah mengatakan kalau mereka membutuhkan seseorang yang mampu mengurus masalah ini. Seseorang yang setia, bisa di percaya dan berpengalaman. Atgah menyarankan Mirza Hakim untuk menjabat posisi itu. Jalal menolak, “tidak, Atgah Khan. Sekarang Mirza akan mengurus Kabul.” Atga bertanya, “kalau begitu siapa yang akan kita tunjuk?” Jalal teringat Todar Mal, “aku punya seseorang yang saya pikir bisa mengurus masalah ini. Dia  loyal, dan layak untuk dipercaya. Dia juga berpengalaman, Atgah Shahab.” Atgah bertanya siapakah orang yang di maksud Jalal. Jalal menjawab, “Todar Mal.” Atgah mengatakan kalau dia ingat Todar Mal, “tidak di ragukan, dia loyal dan berpengalaman. Tapi maaf, yang mulia, karena mengatakan hal ini. Tapi dia adalah pelayan setia dari Sher Shah Suri.” Jalal berkata, “tapi Sher Shah Suri sudah meninggal. Todar Mal adalah seorang pria berprinsip. Dia gak akan pernah berkhianat. gak peduli siapapun majikannya. Kau ingat bagaimana dia membantu ayahku, mendiang raja Humayun. Dia juga telah membantuku sebanyak 2 kali, dan saya telah melihat kalau dia sangat efisien di dalam mengurus keuangan. Todar Mal akan berguna bagi kerajaan Mughal. Kirimkan pesan kepadanya untuk datang ke agra secepat mungkin. saya ingin memasukan dia sebagai penjabat kerajaan.” Atgah berdiri dan membungkuk sambil berkata, “sesuai perintahmu, yang mulia.” Lalu dia dan Munim meninggalkan Jalal.

Jalal menghampiri pohon Tulsi yang merangas di tinggal Jodha. Jalal berdiri di depan pohon itu, memberi sembah dan berkata, “daun kemanginya layu dalam ketidak hadiranmu, Ratu jodha. Kalau bukan untuk diriku, kembalilah untuk mereka.” Jalal menatap sekeliling dia melihat para pelayan berdiri. Jalal menegur mereka, “pegilah mengambil air, apa kalian gak bisa lihat kalau daun kemanginya layu?” Seorang pelayan pergi, tak lama kemudian Moti datang sambil membawa air dalam sebuah guci tembaga. Jalal menerima air itu, melepas sandalnya dan mendekati pohon tulsi. Dengan hikmat, Jalal menyiram tanaman tulsi. Setelah selesai menyirankan air, Jalal melipat tangan didada dan mengucapkan Gayatri Matra yang sering di ucapkan Jodha saat melakukan Tulsi Puja. Ucap Jalal, “Om Bhur Bhuva Swaha, tat savitur varinyam…” Jalal gak hapal selanjutnya. lalu terdengar suara Rahim meneruskan, “… bhargo devas yadhimahi, dhiyo yo naha prachodayat.” Jalal menoleh kearah Rahim, yang bediri tak jauh darinya. Rahim juga ikut-ikutan menyembah kemangi dengan mata terpejam,  dan membaca gayatri Matra yang kemudian di tirukan Jalal. Moti yang melihat apa yang di lakukan Jalal dan Rahim tersenyum haru.

Setelah selesai berdoa, Jalal tersenyum dan berjongkok di depan rahim, “bagus Khan E Khana, Jadi, kau tahu doa ini.” Rahim menjawab, “ya. Choti Ami jaan mengajarkan mantra itu padaku.” Jalal tertunduk sedih. Lalu dia bangkit, mengendong tubuh rahim sambil bertanya, “apa lagi yang choti ami jaan ajarkan padamu?” Rahim menyahut, “sangat banyak!” Jalal menbawa rahim duduk di sofa, dia sendiri duduk di sebelahnya. Jalal kemudian bertanya, “katakan padaku, Khan E khana, apa yang di ajarkan Choti Ami Jaan padamu?” Rahim mengatakan kalau Jodha mengajarinya ramayana, Mahabharata, Kisah Arjun, Kisah Bheem  atau kisah karna dan banyak lagi. Jalal bertanya, “siapa mereka?” Rahim dengan heran balik bertanya, “kau gak tahu siapa mereka?” jalal meggeleng. Rahim berkata, “kau sudah tua, tapi gak tahu. Mereka adalah karakter dari Mahabharata, cerita Pandawa dan Kurawa. saya mengajarkan ayat dari Al Qur’an pada Choti Ami, sebagai gantinya dia menceritakan kisah-kisah ini padaku. Oh ya, satu lagi, dia juga mengajarkan Gita kepadaku.” jalal dengan rasa ingin tahu bertanya, “apa lagi yang diajarkan choti ami jaan kepadamu?” Rahim mengucapkan sebuah kalimat dalam bahasa indi murni yang di ajarkan Joda. Jalal memuji rahim tapi gak mengerti maksudnya, “Merdu sekali, Rahim. Tapi apa artinya?” Rahim menjawab, “kebaikan akan di balas dengan kebaikan. Artinya, lakukan saja pekerjaanmu dan jangan khawatir. Karena kau akan mendapat balasan atau hukuman dari setiap perbuatan itu. Apa yang kau tabur, itu yang akan kau tuai.” Jalal tersenyum dia memuji rahim, “selamat Khan e Khana, kau lebih berpengalaman daripada bocah seusiamu.” Rahim dengan polos berkata, “Yang Mulia, ketika choti ami kembali, saya akan minta padanya untuk menceritakan ini kepadamu.” Jalal dengan penuh harap menyahut, “amin. saya harap tuhan akan mendengarkan doamu.” Rahim lalu bertanya, “sekarang, bolekan saya bermain?” Jalal mengangguk. Rahim menberi salam lalu berlari pergi. Jalal memikirkan ucapan Rahim dan berkata, “kamu benar, ratu Jodha. saya akan mendapatkan apa yang layak saya dapatkan. saya melakukan kesalahan dengan meragukanmu, karena itu saya di hukum.”

Sinopsis Jodha Akbar episode 231. Maham berdiri mematung di kamarnya ketika Jiji anga datang menemuinya. Maham gak menyadari kedatangan Jiji. Jiji menatap Maham dan memberinya salam. Maham seperti tersadar, dia segera membalas salam jiji anga. Maham bertanya apa yang membawa jiji anga datang ke kamarnya, “apa kau datang untuk melihat apa yang saya rasakan setelah di kalahkan? Atau kau datang kesini untuk melihat kalau sekarang statusku ada di bawahmu?” Jiji anga berkata, “aku menyayangkan caramu berpikir, Maham anga. Semua ini terjadi karena cara berpikirmu.” Maham dengan cepat menyela, “tidak, Jiji Anga. gak ada yang salah dengan cara berpikirku. Semua ini adalah salah ratu jodha. Ratu Jodha telah merusak hubunganku dengan Jalal. saya adalah pengasuh Jalal. saya yang membesarkan dia. saya melindungi dia dari musuh-musuhnya. Lalu ratu Jodha masuk kedalam kehidupannya. Beraninya dia merampas hak ku dari diriku. Dia ingin merampas hak ku! Mengapa? Ini bukan salahku, melainkan salah ratu Jodha.” Jiji anga mencela Maham dengan bekata, “kamu selalu ingin menjadi lebih hebat dari orang lain. Itu menghancurkan cara bepikirmu dan kau menghancurkan martabatmu. Pertama , kau ingin mendapatkan sesuatu, dan kamupun mendapatkannya. Lalu kau ingin menjadi orang yang yang paling penting. Dan sekarang, kau kehilangan semuanya, Maham anga.” Maham gak terima, dia berkata, “aku gak kehilangan segalanya karena cara berpikirku…..tapi karena suamimu, Atgah.” Maham mulai emosi. Dia mengatakan kalau dirinya kehilangan posisinya karena Atgah khan. Kalau Atgah gak memberi tahu Jalal tentang Sujamal dan Dilawar Maham gak akan kehilangan posisinya. Maham menuduh Atgah yang merebut posisinya.

Jiji anga membalas maham dengan mengatakan kalau Atgah, sumainya gak berbuat kesalahan apa-apa. Tapi Maham sendiri yang telah mengkhianati Jalal.  “kamu masih memiliki tangung jawab yang lain atas hukuman yang kau dapatkan karena kejahatanmu sendiri. Suamiku hanya menjalankan tugasnya. Dia setia kepada kerajaan Mughal. Dan kamu? kau mengkhianati kerajaan…..” Maham berteriak marah, “cukup! Itu sudah cukup! Mengapa kau datang ke sini, Jiji anga? Kau ingin menunjukan rasa simpati kan? Beginikah caramu melakukannya? Apa kau datang ke sini untuk mengejek aku? Kalau begitu izinkan saya mengatakan sesuatu padamu. Maham anga gak membutuhkan simpati, belas kasihan, atau penghiburan dari siapapun. Khususnya darimu. Jadi, pergilah dari sini.” Jiji anga dengan polos tertawa, “bagaimana bisa ada orang yang bersimpati kepadamu? saya datang untuk bilang kepadamu, bahwa ketika seorang pengasuh menyusui seorang anak. Dia mendapatkan status sebagai ibu dari anak itu. Ini belum terlambat, Maham anga, penuhilah tugasmu sebagai seorang ibu. Kalau Ratu Jodha memaafkanmu, kau masih bisa mendapatkan semuanya kembali. Hanya sekali saja, datanglah pada ratu Jodha dan …” Maham menoleh kearah Jiji anga dengan cepat dan memotong kata-katanya, “apa? Hanya sekali saja Maham anga medatangi Ratu Jodha? Dan melakukan apa, jiji anga? Apa kau ingin mengatakan kalau saya harus minta maaf padanya? kau ingin saya berlutut di hadapannya? Itukan yang ingin kau katakan? Lebih baik saya menjadi seorang pengemis, dari pada saya meminta maaf pada Ratu Jodha. saya gak akan pernah meminta maaf kepadanya. Labih baik saya mati. saya akan membunuh diriku sendiri, tapi saya gak akan pernah menerima seorang Rajput sebagai ratu” Lalu dengan menunjuk Jiji anga, maham berkata lagi, “..aku merasa malu karena dirimu! Bagaimana bisa kau meminta seorang Mughal untuk meminta maaf kepada seorang wanita Rajput. saya gak pernah membutuhkan saranmu. Jadi, pergilah dari sini!” Jiji anga menyempatkan diri bekata, “akan datang suatu hari, di mana sikap keras kepala dan harga dirimu akan menghancurkan dirimu, Maham anga..!” Maham dengan lantang berteriak, “Pergi dari diri!” jiji anga menatap Maham dengan putus asa, sedangkan maham menatapnya dengan terbelalak marah. Akhirnya tanpa berkata apa-apa lagi, Jiji angga pergi dari hadapan Maham.

Setelah kepergian Jiji, sifat asli Maham muncul. Dengan penuh kemurkaan dia berkata, “aku masih belum menyerah, Jalal. saya belum kehilangan segalanya. saya masih memiliki lebih banyak pilihan!” …SELANJUTNYA Sinopsis Jodha Akbar episode 232

Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 231



Tags: Jodha Akbar, Sinopsis

Terima Kasih sudah Membaca Sinopsis Jodha Akbar ANTV Episode 231. Please share...!

Blog, Updated at: 04:05